Karena komennya baru sampai 200, makanya baru update lagi.
Selamat baca
--------------------------------------------------------
Pertanyaan sakral itu akhirnya Lakeswara ajukan kepada sang calon menantu. Melihat situasi dan kondisinya, sudah sangat tepat, dimana makan malam telah usai, semua orang tengah menikmati live musik yang disajikan sembari berbincang banyak hal, maka Lakeswara pun tidak ingin melewatkan kesempatan ini.
Sebuah tanggal penting yang perlu ditentukan untuk diadakan akad nikah menjadi tujuan utamanya melakukan open pembicaraan kepada Hira.
Diawali dengan bincang-bincang santai, suara bass penuh penekanan itu mulai memangggil nama Hira tuk menanyakan tanggal pasti dari akad nikah Hira dan Humairah kelak.
"Hira, bagaimana keputusanmu? Jadinya kamu memilih tanggal 14 bulan ini atau bulan depan?"
Melirik ke wajah seluruh keluarga, yang kebetulan duduk dalam satu meja besar ini, Hira menarik napasnya dalam-dalam. Sebenarnya dia ingin bulan depan untuk melakukan proses ijab kobul bersama Humairah. Namun sayangnya, jadwal pertandingan sudah keluar. Dan tepat tanggal 14 bulan depan, dia ada pertandingan club di Solo sehingga amat sangat tidak mungkin melakukan ijab kobul disela-sela pertandingan.
Sebenarnya Hira bisa saja mengajukan cuti terkait pernikahan ini. Namun jika ijab bisa dilakukan tanpa mengganggu jadwal pertandingan, kenapa dia harus memilih cuti?
Lagi pula adanya kontrak dengan club yang sudah disepakati diawal membuat Hira susah untuk mengajukan cuti saat pertandingan sedang berlangsung. Karena itulah memajukan akad nikah adalah keputusan yang tepat untuk karir dan juga kehidupannya dimasa depan.
"Hira..." panggil Lakeswara penuh penekanan karena sejak tadi Hira hanya diam, tanpa ada tanggapan sedikitpun.
Karena Hira masih membisu diposisinya, Humairah mulai terlihat panik. Dia menatap wajah Hira yang duduk di sebelahnya, kemudian menyuarakan kepanikannya.
"Ah? Bulan ini? Apa enggak kecepetan?" Tanya Humairah memelas. Meminta belas kasihan dari sang Jenderal untuk memberikan waktu lebih panjang baginya mempersiapkan diri menjadi istri Hira. Tidak pernah mendengar cerita bagaimana bentuk kehidupan setelah menikah, membuat Humairah tidak yakin bisa melakukan semuanya. Dia takut. Takut Hira menuntut banyak hal, sedangkan dia tidak siap dengan apapun.
"Kenapa? Bukannya kamu mau lebih cepat jadi istri orang? Biar bisa ikutan trend ditiktok?"
"Ayaaahh...." Rengek Humairah merasa malu dengan tanggapan yang diberikan oleh Lakeswara atas pertanyaanya tadi. "Enggak gitu ih! Maksudnya kan, duh, gimana dong?" Melemparkan pertanyaan ke arah Hira, laki-laki itu hanya menanggapinya dengan menaikkan kedua alis hitam yang ia miliki.
"Jawab sih!"
"Jawab apa?"
"Bilang sama pak Jenderal kalau tanggal 14 bulan ini terlalu cepat, soalnya ...."
"Kalau bulan depan, aku enggak bisa. Tepat tanggal 14 bulan depan, aku ada pertandingan di Solo. Jadi enggak mungkin untuk adakan ijab kobul saat itu. Kecuali aku cuti. Cuma kalau aku cuti hanya satu hari, akan sangat disayangkan. Jadi ...."
"Yaudah cuti seminggu. Susah banget. Ngapain jadi dimajukan ijab kobulnya. Aneh!"
"Aku juga enggak bisa cuti selama itu, Ra. Apalagi cuti ditengah-tengah musim pertandingan berlangsung, akan ada penalty dalam kontrak yang sudah aku sepakati sejak musim lalu. Jadi mau tidak mau alangkah lebih baik akadnya dimajukan. Biar tidak mengganggu apapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan anak JENDERAL
General FictionKedua insan yang pada awalnya tidak saling kenal, harus menjalani hubungan menjadi sepasang suami istri demi keuntungan yang akan didapatkan masing-masing. "Target gue cuma karir. Kalau karir gue udah dipuncak, gue bisa tinggalin dia seolah kita eng...