63

1.3K 128 3
                                    

"Hei siapa mereka?" tanya seorang penjaga gerbang lalu seorang yang lain menajamkan pengelihatan matanya.

"Bukankah itu Putra Mahkota?" sahutnya setelah meyakinkan pengelihatannya.

"Benarkah?" tanyanya lalu memfokuskan lagi pada empat orang di hadapannya.

"Perempuan itu terlihat seperti putri pertama"

"Kau benar cepat laporkan pada Yang Mulia!" perintahnya lalu segera menyiapkan diri. Sementara yang lain pergi menemui Jiazhen.

"Yang Mulia!" pekiknya berlari di koridor.

Lalu saat sampai di aula singgasana segera ia berlutut dengan nafas yang tersenggal ia menghadap Jiazhen.

"Ada hal ribut apa sampai kau bertindak tidak sopan seperti ini?" kesal Jiazhen.

"Ampun Yang Mulia, saya membawa kabar dari gerbang istana"

"Ada apa?"

"Tuan putri, tuan putri sudah kembali Yang Mulia" ucapnya lalu membungkukkan badan ke lantai.

"Apa? Apa yang kau katakan adalah benar?" kagetnya sembari berdiri dari duduknya.

"Benar Yang Mulia, Putra Mahkota dan Pangeran Wang ada bersamanya"

"Putri ku Lian'er" ucapnya lalu pergi bergegas menuju gerbang istana.

Sementara di depan gerbang istana seluruh prajurit berbaris rapi menyambut kedatangan mereka.

"Selamat datang kembali Putri Pertama"

"Apa-apaan penyambutan ini? Kenapa mereka hanya menyambutku sendiri? Ini pasti ulah kaisar bodoh itu"

"Tapi dimana dia? Aku tidak melihatnya sejak memasuki istana"

"Kenapa aku malah kepikiran tentang kaisar itu? Sudahlah"

"Lian'er!" pekik suara seorang pria yang begitu berat.

"Ayah?" lirih Lian Wei yang masih dapat di dengar Xiuhuan.

"Salam ayahanda" ucap Xiuhuan memberi salam di ikuti Lian Wei.

"Salam Kaisar Wei" ucap Xuemin.

"Lian'er kau baik-baik saja?" tanya Jiazhen khawatir.

"Ayah bisakah kita bicarakan itu besok, biarkan Lian'er beristirahat lebih dulu"

"Baiklah baik"

"Pangeran Wang mari ku tunjukan kediaman mu"

Setelah pergian Xiuhuan dan Xuemin, kedua pasang ayah dan anak itu saling memandang satu sama lain.

"Pria di hadapan ku saat ini, adalah pria yang di cintai ibu. Namun mengapa ibu menyuruhku mencari 'ayah yang lain'?"

"Bolehkah ayah memeluk mu?" tanya Jiazhen meminta izin yang di setujui Lian Wei.

Jiazhen memeluk erat putrinya, ia menangis saat memeluk putrinya. Hati nurani Lian Wei tergerak, perlahan tapi pasti Lian Wei memeluk tubuh ringkih yang masih gagah itu erat, namun sedikit canggung.

"Maafkan ayah mu yang bodoh ini putri ku. Kau bisa membenci ku tapi bisakah kau tidak pergi lagi?"

"Ayah janji, ayah akan menjadi lebih baik. Ayah akan memperlakukan mu dengan baik. Maafkan ayah Lian'er"

"Mungkinkah sudah saatnya aku melupakan dendam padamu? Lalu menerima kembali kehadiran mu?"

"Berjanjilah ayah, jika kau kembali mengulanginya lagi, aku akan benar-benar pergi dari hidupmu selamanya"

Transmigrasi Komandan Militer (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang