65

1.3K 99 8
                                    

"Ayahanda bukankah sudah ku katakan aku tidak ingin ikut campur dalam perang ini?"

"Kau Putra Mahkota Tiong Wai!"

"Ayahanda?"

"Sudah seharusnya kau menjalankan tugas mu sebagai Putra Mahkota Kekaisaran Sheng bukan malah diam saja seperti seorang putri!"

"Aku? Seorang putri?" terkejut Tiong Wai.

"Ha... Hahahaha" Tiong Wai tertawa sangat keras namun suara tawanya terdengar sangat getir.

"Ayahanda, jangan lupakan jasa ku yang menyediakan pangan untuk rakyat saat mereka terkena musibah banjir, bahkan bahan pangan itu sendiri adalah hasil yang ku beli dengan uang ku sendiri. Lalu, wabah penyakit mematikan yang bisa kapan saja merenggut nyawa, aku juga meredakan masalah itu. Bagaimana dengan jasaku yang mengurus pemerintahan saat ayahanda terpuruk karena kematian anak dari kekasih masa lalu ayahanda?"

"Ayahanda apa kau tahu? Aku hampir mati saat wabah itu. Penyakit mematikan ini sudah sampai ke jantung ku, yang kapan saja bisa kambuh. Jika tabib Kekaisaran tidak membeli obat herbal langka dari Kerajaan Wei. Putra mu tidak akan berdiri di hadapan mu!"

"Apakah, ayahanda masih memikirkan ku?!"

"Diam! Jangan menyalahkan kematian anak Fang Yin! Kau tidak pantas menyebutkan hal ini lagi!"

"Hah... Ayahanda, aku tidak menyalahkan kematian anak malang itu. Tapi aku menyalahkan orang yang berada di sekitarnya. Bahkan ayahnya sendiri tidak peduli padanya" Tiong Wai membalikkan badannya.

"Jika ayahanda sangat memedulikan anak itu kenapa tidak kau bawa sebelum dia mati?"

"Tiong Wai!" bentak Li Song. Tiong Wai membalikkan badan kembali menghadap ayahnya.

"Aku tidak akan pergi berperang" ucap tegas Tiong Wai dengan menekan setiap kata. Setelah mengucapkan itu Tiong Wai pergi keluar aula singgasana.

Pria tinggi dengan rambut hitam panjang yang terikat satu. Mata coklat yang begitu tajam. Berjalan dengan elegan keluar dari aula singgasana kaisar. Ia pergi menuju danau di belakang istana. Tempat kesukaannya saat sedang merasa kesal atau sedih.

"Ayahanda kau terlalu di butakan oleh cinta lama mu. Kapan kau akan melihat ku sebagai salah satu orang terpenting bagimu?"

Sendu, sangat sendu jika melihat Putra Mahkota yang hebat ini hanya mampu diam tak berdaya.

"Yang Mulia, angin dingin dapat menyebabkan anda sakit" ucap seorang pelayan pria yang selalu mendampingi Tiong Wai. Ia memakai jubah mantel pada Tiong Wai.

"Dixien?"

"Yang Mulia, anda harus banyak istirahat. Jika bukan karena wabah itu, anda tidak akan seperti ini selamanya"

"Tabib Kekaisaran hanya mampu memperpanjang hidupku. Tidak tahu kapan aku mati. Mengapa ayahanda tidak mengerti aku?"

"Yang Mulia, anda harus yakin jika anda akan sembuh"

"Baiklah. Mari kembali"

Mereka berbicara cukup lama namun tidak menyadari jika terdapat seseorang yang mencuri dengar percakapan mereka.

"Aku harus melaporkan hal ini"

***

Sementara di tempat lain, Lian Wei mendapatkan surat dari mata-mata di Kekaisaran Sheng. Ia membuka kertas itu dan membacanya.

"Bagus sangat bagus"

"Putri apa yang bagus?"

"Mingmei siapkan bahan herbal terbaik dan lengkap. Lalu kemas dengan rapi, kita akan pergi ke Kekaisaran Sheng"

Transmigrasi Komandan Militer (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang