Mohon memberikan vote nya jangan jadi silent reader!!
Stefan
Setelah semua masalah ini selesai, kami kini bisa menikmati hidup dengan tenang dan damai. Tak ada lagi orang-orang yang menghina kami, tak ada lagi orang-orang yang berbuat jahat pada kami dan semua orang kini mendukung kisah kami. Nilai positifnya aku dan Sabrina pun tidak perlu lagi menyembunyikan pernikahan kami yang sudah berjalan hampir 3 tahun ini. Dengan begitu tentu saja kami bisa menjalani hidup dengan bahagia tanpa perlu bersembunyi-sembunyi lagi. Lagipula terus menyembunyikan pernikahan ini sangatlah melelahkan.
Semua masalah yang terjadi pada kami merupakan pelajaran yang berharga karena kami kini bisa lebih bijak lagi dalam bersikap. Bahkan Sabrina kini makin dewasa dan matang pemikirannya meski usianya baru 18 tahun. Padahal dulu dia hanyalah gadis kecil yang selalu mengikutiku pergi kemanapun. Namun kini Sabrina sudah berubah menjadi gadis yang dewasa dan tumbuh dengan sangat baik. Mungkin Tante Raisa dan Om Darmawan akan merasa tenang telah meninggalkan Sabrina lebih dulu kalau Sabrina sudah sedewasa ini.
Tanpa terasa waktu ujian kelas 3 pun datang. Sabrina kini sibuk dalam mengerjakan soal-soal ujian. Bahkan dia sangat rajin belajar hingga membuatku terus merasa bangga. Tanpa sadar aku selalu mengagguminya karena Sabrina terlihat jauh lebih cantik saat serius dan aku selalu memperhatikannya setiap waktu. Semoga Sabrina lulus dengan nilai memuaskan....
Meskipun kemampuan matematika Sabrina memang masih kurang namun sudah mengalami banyak kemajuan. Aku hanya berharap semua nilai ujiannya bagus dan Sabrina bisa kuliah di tempat yang dia inginkan. Tentu saja soal biaya bukan masalah besar karena aku sudah menabung jauh-jauh hari.
Melihatnya yang fokus mengerjakan soal ujian membuat semangatku untuk kuliah mulai muncul lagi. Tampaknya profesorku benar, sudah saatnya aku melanjutkan kuliah S2 dan pasti akan semakin seru jika bersamaan dengan kuliah Sabrina. Pasti akan sangat menyenangkan juga jika kami berdua saling mendukung satu sama lain.
Setelah kejadian kemarin, Prisilia memutuskan untuk pindah sekolah sehingga dia tidak lagi bertemu Sabrina. Memang jalan terbaik Prisilia harus pindah karena aku pribadi pun masih merasa kesal dengan sikapnya yang tidak bertanggung jawab. Apalagi Sabrina sebagai teman yang lumayan akrab dengannya pasti merasa sangat dikhianati oleh sikap Prisilia yang jahat. Gadis itu hampir membuat Sabrina trauma tapi untungnya Sabrina bisa menghadapi semuanya dengan sabar.
"Pak Stefan anda benar-benar akan resign dari sekolah ini?"
Ya setelah berpikir dengan matang akhirnya aku memutuskan resign sebelum daftar kuliah S2. Aku pun mendatangi ruangan pak kepala sekolah dan menyerahkan surat resign padanya. Aku ingin lebih fokus mengejar cita-citaku sebagai dosen terlebih keluarga sudah mendukungku sepenuhnya.
"Ya pak kepala sepertinya saya akan kembali ke bangku kuliah..."
"Wah bagus sekali kalau begitu.. pak Stefan pintar memang sangat disayangkan jika hanya menjadi seorang guru SMA saja.. semoga anda sukses ya!"
"Terimakasih pak kepala..."
Dengan langkah yang ringan aku pun mulai mengemasi barangku di ruang guru. Apalagi profesor tempatku kuliah dulu telah menawarkan beasiswa penuh agar aku bisa segera lanjut S2. Meski masih mampu untuk kuliah dengan biaya sendiri tak etis kalau aku menolak bantuan beasiswa bukan? Lagipula kesempatan tidak akan datang dua kali dan aku harus bisa memanfaatkannya.
..............................
"Stefan jadi kamu benar-benar sudah resign dari sekolah?"
Saat malam tiba aku dan Sabrina biasanya hanya berpelukan dan cuddling. Selain itu kami pun seringkali berdiskusi dan mengobrol apapun agar kehidupan rumah tangga kami makin akur. Rumah tangga itu isinya hampir 70 persen mengobrol bukan?
"Ya sayang soalnya kan aku mau kuliah lagi.."
"Tapi gimana kalau aku gak bisa masuk dan kuliah di kampusmu juga? Nanti kita gak akan barengan dong..." ucapnya tampak khawatir.
"Kamu kuliah dimanapun aku bakal tetap dukung.. jangan merasa sedih duluan"
"Iya sih kamu bener... Stefan aku jadi makin sayang kamu...."
"Aku juga sayang kamu Sabrina.. forever..."
Setelah itu aku berinisiatif menciumnya duluan. Meski kami sudah puluhan kali berciuman, aku tidak pernah merasa bosan bahkan justru aku semakin tergila-gila dengannya. Aku menyukai apapun yang ada dalam diri sabrina dan bagiku dia tidak memiliki kelemahan apapun. Dia adalah hal terindah dalam hidupku dan jika aku dilahirkan lagi ke dunia aku tetap memilih menjadi suami Sabrina.
Tapi dalam hati kecil ini sebenarnya aku lumayan takut karena gadis kecil ini sudah tumbuh menjadi gadis cantik yang memesona. Aku takut banyak laki-laki yang menyukainya apalagi Sabrina memutuskan untuk kuliah. Pasti akan banyak pasang mata yang memandangi kecantikannya dan membayangkannya saja sudah membuatku kesal.
Karena kesal aku pun tanpa sadar menggigit bibirnya kencang dan Sabrina menjerit keras karena kesakitan. Bahkan bibirnya kini berdarah dan tentu saja membuatku panik. Sungguh aku tidak sengaja berbuat seperti ini...
"Sabrina are you okay? Maaf maafin aku..."
"Sudah ah aku mau tidur duluan aku kesel sama kamu" balasnya merajuk.
Sambil menggembungkan pipi, Sabrina mulai merajuk dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Aku yang melihatnya malah tertawa dalam hati karena Sabrina sangat lucu saat marah.
"Maaf ya sayang jangan marah.."
"Bodo amat ah jangan pegang-pegang!!"
Tidak kehabisan ide aku mulai membuka selimut dan mencium pipinya berkali-kali sampai Sabrina terkikik. Akhirnya Sabrina tidak marah lagi dan kami kembali berpelukan mesra..
...............................
Satu minggu kemudian merupakan hari yang berkesan bagi kami karena hari tersebut merupakan hari kelulusan Sabrina. Aku menunggunya di mobil karena aku sudah resmi mengundurkan diri dari sekolah beberapa saat silam. Sehingga tentu saja aku tak memiliki kepentingan lagi di SMA Pelita Dunia karena bukan lagi guru disana. Tak lama Sabrina pun berjalan dengan ceria dan masuk ke mobil dengan bahagia. Aku pun langsung memeluknya erat dan menciumi seluruh wajahnya. Akhirnya Sabrina lulus SMA dan tanpa sadar membuatku terharu karena tiga tahun kebelakang perjuangan kami dalam mempertahankan rumah tangga sangatlah luar biasa.
Setelah mencium pipinya yang lembut aku pun kembali mencium bibirnya yang manis. Sabrina membalas ciumanku dengan semangat dan tanpa sadar dia sudah duduk dipangkuanku. Beruntung mobil ini memiliki kaca yang gelap sehingga tak akan ada orang yang melihat kami sedang bermesraan. Aku terus melumat bibirnya dan tidak mau melepaskannya meski nafas Sabrina mulai memendek. Namun pada akhirnya ku lepaskan tautan bibir kami dan dia mulai terengah-engah dan wajahnya memerah.
Semua kenangan indah kami saat menjalani pernikahan rahasia tentu tak akan aku lupakan. Senyum cerahnya, tatapan matanya dan segala hal yang ada pada diri Sabrina membuatku semakin mencintainya. Aku berjanji akan melindungimu selamanya.. maka dari itu tetaplah menjadi istriku dan jangan pernah bosan denganku Sabrina.
I love you Sabrina.. my wife, my sunshine and my everything....
Bersambung.....
