1271 Saka
Tahun ini adalah saka yang sakral bagi Wilwatikta. Penguasanya, Rajaputri Tribhuwana Wijayatunggadewi akan mengumumkan kepada seluruh kerajaan bawahannya bahwa ia sudah menunjuk sang yuwaraja yang akan meneruskan kejayaan di masa depan. Tentu, tak sembarang perayaan yang akan diadakan di seluruh sudut tanah kekuasaannya. Perayaan megah tak hanya diselenggarakan di Kotaraja Trowulan, tetapi sang Maharani akan menunjuk salah satu kerajaan bawahan yang akan dikunjunginya. Rajaputri menjatuhkan pilihan pada Wengker. Hal tersebut tentu membuat Kudamerta merasa terhormat menjadi tuan rumah.
Kudamerta yang bergelar Wijayarajasa Bhre Wengker, selaku pemimpin ingin semua upacara penyambutan berlangsung mewah dan istimewa. Bukti bakti Wengker terhadap kerajaan terbesar dan berpengaruh di dunia, Majapahit. Sampai-sampai, ia dilanda demam sebelum perhelatan terjadi.
"Ibunda akan menikah lagi jika Romo tak kunjung sembuh," celetuk putri pertamanya, Indudewi.
Dyah Wiyat, istri sah Kudamerta Bhre Wengker yang bergelar Rajadewi Bhre Daha mendesah pelan. "Romomu tidak selemah itu hingga harus berdiam diri di ranjang selama tiga tahun."
Seorang wiyasa datang dan memberi informasi bahwa rombongan dari Trowulan akan sampai besok pagi dan progres persiapan upacara penyambutan. Kudamerta menganggukkan kepalanya saat mengetahui informasi tersebut. Denyut di kepalanya kian bertambah saat tahu bahwa persiapan mereka untuk menyambut kakak iparnya tersebut belum selesai.
Sembari memegangi kepalanya yang berdenyut kian hebat, ia berkata kepada Dyah Wiyat, "Dinda, aku meminta kepadamu untuk membereskan masalah ini."
"Baik, Kanda, akan dilaksanakan," jawab Dyah Wiyat patuh. Bermodalkan kepatuhan, ia tetap teguh bersanding dengan suaminya. Melupakan seorang pria nun jauh di sana. Dyah Wiyat tersenyum miris.
Saat beranjak pergi, Kudamerta Bhre Wengker menghentikan langkahnya. Dyah Wiyat kembali berpaling memandangi suaminya dengan raut wajah ingin tahu. "Urusi juga putri keduamu itu, jangan sampai dia pergi dari istana diam-diam," tambah Bhre Wengker.
Indudewi yang sedari tadi berdiam kemudian menambahkan, "Romo, biar saya saja yang mencari Nimas. Saya adalah yundanya," tawarnya. Mendengar hal tersebut, Bhre Wengker setuju dengan usulannya, lagipula Dyah Wiyat sudah ia bebankan tugas yang berat.
Saat melihat persetujuan ayahnya, Indudewi bergegas keluar dari kamar utama, tempat ayahnya beristirahat. Sambil bergumam tak jelas, ia menghentakkan kakinya. Sebenarnya Indudewi tak mengetahui di mana adiknya berada. Alasan mengapa bukan Dyah Wiyat yang mencari adiknya, supaya adiknya tidak mendapat masalah lagi. Sudah beberapa kali ia mendengar Dyah Wiyat atau pun Kudamerta Bhre Wengker berbicara dengan si Nimas dengan intonasi yang tidak mengenakkan.
Di sisi lain, seorang gadis muda berusia dua belas tahun berlarian menyusuri hutan. Ia membawa sebuah panah kecil, seolah ingin mengejar sesuatu dan melumpuhkannya. Namun, bukan raut ketegangan dan keseriusan yang ditampilkannya, tetapi tawa ceria yang terdengar. Ia berlari diikuti seorang gadis yang lebih tua darinya. Mereka mengejar rusa yang berbadan besar melebihi keduanya.
"Dewi, jangan terlalu cepat, kau bisa terjatuh," ucapnya diiringi kekehan sang Dewi. "Jangan panah rusa itu, terlalu besar!"
Tak lama kemudian, rasa lelah menerpanya. Melihat rusa begitu jauh dari jangkauan, gadis itu pun berhenti. Diiringi oleh temannya. Gadis dengan sapaan dewi itu memilih untuk duduk di salah satu akar pohon yang menjulang melebihi tanah. Ia menarik napas dan menghembuskannya. Panah yang sedari tadi ia bawa, ia letakkan di sampingnya.
"Rarasati, lihatlah rusa itu. Ia berlari sangat cepat, sehingga aku tak bisa menangkapnya," keluh gadis itu.
"Bukan begitu, Gusti Putri, teta-"
![](https://img.wattpad.com/cover/353488848-288-k721913.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
APSARA MAJA : SANG PUTRI
Historical Fiction-Historical Fiction- {Apsara Majapahit I} Apsara adalah makhluk kayangan (bidadari). Diambil dari bahasa Jawa Kuno, yaitu apsari yang terdapat dalam pupuh 27 bait 1 Kakawin Nagarakretagama. Namanya memang tak semegah Gayatri Rajapatni ataupun Tribhu...