11 | Polemik Upeti

2.3K 222 0
                                    

1275 Saka

Sudewi menajamkan pendengarannya pada sebuah percakapan penting antara Kudamerta dan seorang wiyasa. Sejauh yang ia tangkap, mereka sedang membicarakan tentang upeti yang akan diserahkan kepada bujangga. Sesekali Bhre Wengker meninggikan suaranya ketika wiyasa tersebut menyampaikan hal yang membuatnya marah.

"Sekarang sudah memasuki bulan Caitra, Arya Bagus. Mengapa gabah yang terkumpul tidak sesuai dengan cacah desa yang telah kita lakukan?" tanya Kudamerta sembari mengelus kepalanya yang semakin pening. Saat ini, orang yang akan berhadapan dengannya bukan hanya penguasa Tumapel semata, tetapi juga merupakan anggota Dewan Pertimbangan Agung Wilwatika yang bergelar Sri Nata Singasari atau Raden Kertawardhana—ayahanda Sri Rajasanagara.

Arya Bagus, seorang wiyasa pemimpin salah satu Watek di Kerajaan Wengker pun tertunduk lesu. Kudamerta memerintahkan pencatatan ke seluruh desa di penjuru Majapahit. Akan tetapi, di daerahnya sendiri malah terjadi kekacauan. Hal tersebut membuat Arya Bagus merasa bersalah karena ialah orang yang ditunjuk oleh Bhre Wengker untuk membantunya melakukan cacah desa dan cacah jiwa.

Terdapat sesuatu yang membuat mereka merasa kebingungan. Catatan utama mengatakan bahwa gabah yang terkumpul sama dengan hasil cacah desa. Akan tetapi, setelah melakukan penimbangan, gabah tersebut berkurang jumlahnya, tidak sepadan dengan hasil cacah desa. Apabila terjadi hal seperti itu, maka harus ada catatan lanjutan sebagai penjelasan catatan utama.

Jika tidak, maka Nagari Wengker akan dianggap sebagai pencuri oleh pihak pemerintah pusat, yaitu Kerajaan Majapahit. Hal tersebut dikarenakan setiap kerajaan vasal harus mengirimkan upeti untuk dipersembahkan kepada Sri Nata Wilwatikta sebagai tanda kesetiaan. Upeti tersebut ditagih sesuai kemampuan sebuah kerajaan. Misalnya Wengker, kerajaan vasal ini harus membayarkan upeti yang berupa hasil pertanian perkebunan atau perikanan. Setiap tahun, Wengker mempersembahkan gabah yang menjadi kebanggaan masyarakat di sana. Wilayah darat Wengker yang luas menjadi kelebihan dalam memproduksi lebih banyak hasil pertanian.

"Di mana Arya Santani?" tanya Bhre Wengker kepada bawahannya.

"Ia sedang melakukan cacah desa ulang, Bhre Wengker. Bisa jadi kesalahan terjadi saat melakukan pencatatan, bukan dari jumlah gabah-nya," jelas Arya Bagus singkat. "Kita harus menyelesaikan permasalahan ini sebelum bujangga mengeceknya sendiri. Jika hal tersebut terjadi, maka akan sangat merugikan bagi kerajaan kita, Gusti Bhre Wengker," tandas pria itu.

Kudamerta mengangguk. Arya Bagus pamit untuk undur diri. Dirinya akan menimbang kembali gabah yang sekarang terkumpul di Keraton Wengker. Ia berharap, antara cacah desa dan jumlah gabah menemukan kata seimbang.

Sebelum Arya Bagus memergokinya menguping, Sudewi sudah terlebih dahulu meninggalkan tempat itu. Otaknya penuh dengan tanda tanya. Firasatnya berkata buruk. Tanpa pikir panjang, ia segera mencari Indudewi karena kakaknya itu memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan dirinya mengenai hukum di Majapahit. Indudewi terlihat sedang merapikan tumpukkan daluang di perpustakaan. Ia ditemani oleh Anantari, dayang kepercayaannya. Sudewi mempercepat langkahnya.

"Yunda!" pekik Sudewi.

Indudewi dan Anantari terkejut. Kakak dari Sudewi itu hampir saja menjatuhkan satu susun daluang. Kemudian ia menatap adiknya kesal. Sudewi seringkali berteriak heboh hingga mengagetkan siapa saja. "Bisakah kau merendahkan suaramu itu? Aku tidak tuli, Nimas!" protesnya.

Sudewi terkekeh pelan. Lalu dengan sekejap, wajahnya berubah menjadi serius. "Yunda, apakah kau mengetahui tentang upeti yang harus dibayarkan oleh Romo?" Ia membuka percakapan tentang upeti dengan kakaknya untuk menuntaskan rasa penasaran.

Indudewi mengangguk tanpa melihat ke arah adiknya. "Tentu. Semenjak Maharaja Sri Rajasanagara naik takhta, penarikan upeti semakin ketat. Mengapa kau menanyakan tentang hal ini? Biasanya kau hanya peduli tentang busur, hutan, dan teman-temanmu."

APSARA MAJA : SANG PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang