3 | Puaka Air

3K 384 5
                                    

Nertaja mengepakkan tangannya di air supaya tubuhnya tidak tenggelam. Malam dan air dingin adalah perpaduan yang sempurna untuk menyiksa tubuhnya. Matanya terpejam rapat. Air yang ada di sekitarnya membentuk gelombang akibat tangannya yang tak henti bergerak. Gelembung-gelembung terbentuk dari hidungnya yang berusaha meraup sebanyak mungkin udara.

Sudewi berenang menuju Nertaja. Nampaknya ia harus berterima kasih kepada Sagara —sahabatnya— yang dahulu mengajari gadis muda itu berenang. Dengan susah payah, Sudewi menarik tangan Nertaja agar tak tenggelam. Adik Hayam Wuruk itu sudah kehabisan tenaga. Hal tersebut justru membuat Sudewi semakin kesulitan untuk menopangnya. Kemudian ia memeluk tubuh Nertaja, memberi sedikit kehangatan sembari kakinya mengayun ke tepian.

Sudewi mulai menggigil. Air kolam yang dingin menguras tenaganya. Dilihatnya Nertaja yang tak bergerak dalam pelukannya. Pandangannya memburam karena banyak sekali teratai di sana. Sudewi menggeram kesal. Bagaimana mungkin mulut kolam terasa jauh padahal dari daratan terlihat sangat dekat. "Tolong!" rintihnya, berharap ada seseorang yang kebetulan lewat dan melihat mereka.

Seseorang terjun ke kolam. Sudewi tak tahu pasti siapa itu. Namun, ia berucap syukur karena ada pertolongan datang tepat waktu. Sudewi merasakan pundaknya terdorong ke atas. Ia menoleh ke samping, melihat seseorang yang menyelamatkan dirinya dan Nertaja. Ialah Hayam Wuruk. Tatapan mereka kembali bertemu. Sudewi memberi tenaga pada kakinya agar cepat sampai ke tepian.

Saat sampai di tepian kolam, Hayam Wuruk menekan dada Nertaja. Laki-laki itu memberi pertolongan pertama pada adiknya. Hati Sudewi mencelos. Rasa bersalah menggerogoti dirinya saat menyadari Nertaja tak kunjung sadar.

"Bertahanlah, Nertaja. Bukalah matamu," pinta Hayam Wuruk memelas. Tubuh Nertaja yang mendingin membuatnya khawatir.

Tak lama kemudian, Nertaja terbatuk. Ia mengeluarkan air kolam yang sempat singgah di mulutnya. Hayam Wuruk dan Sudewi menghela napas lega. Beruntung tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Kemudian gadis kecil itu merengek dan memeluk kakaknya.

"Dingin, Kanda," keluh Nertaja tidak ingin melepas pelukannya.

Hayam Wuruk menyeka rambutnya yang basah dan menyingkirkan kotoran yang ada di sana. Lalu ia mengelus pelan rambut Nertaja yang basah. Mata Hayam Wuruk memerah menatap Sudewi. "Mari, Kanda akan menggendongmu," ucapnya kepada Nertaja tanpa memutus pandangan pada Sudewi.

Sudewi yang sadar sedang diperhatikan Hayam Wuruk hanya bisa menunduk lesu. Terdapat bunga teratai di rambutnya dan beberapa dedaunan menempel di kainnya. Gadis muda itu terlihat kacau. Jika situasinya berbeda, ia akan memeluk Nertaja dan mengucapkan beribu maaf. Ia sungguh tidak bermaksud melukai Nertaja. Namun, melihat Hayam Wuruk yang menatapnya tak bersahabat, membuat Sudewi mengurungkan niatnya.

Hayam Wuruk bangkit dengan menggendong Nertaja. Ia berbalik badan meninggalkan Sudewi yang masih duduk bersimpuh. Dari ekor matanya, ia dapat melihat bahu Sudewi yang bergetar. Pemuda itu tahu bahwa sepupu tirinya juga kedinginan. "Kembalilah ke kamarmu. Aku anggap kejadian ini tak pernah ada," tukas Hayam Wuruk langsung melangkahkan kakinya menjauh dari Sudewi.

Sudewi memandang nanar kepergian Hayam Wuruk dan Nertaja. Ia kalut dalam pikirannya. Sudewi harus bersiap dengan beribu pertanyaan yang akan dilontarkan oleh kedua keluarga nanti. Sebenarnya ada yang lebih Sudewi takutkan, yaitu keselamatan Nertaja.

Bagaimana jika Hayam Wuruk tidak datang?

Apakah Sudewi akan tenggelam bersama Nertaja?

Tidak, Sudewi menggelengkan kepalanya. Mengusir pikiran buruk yang berulangkali hinggap di kepalanya.

Sudewi berjalan lunglai meninggalkan kolam. Air yang menetes dari tubuhnya membentuk jejak. Siapapun dapat melihat ke mana arah Sudewi melangkah. Gadis itu benar-benar tak peduli dengan penampilannya. Terbukti bunga teratai masih bertengger manis di kepalanya. Kemelut hati memanglah mengalahkan segala akal sehat.

APSARA MAJA : SANG PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang