Sebuah bu yao tergenggam erat di tangan seorang putri dari Kerajaan Wengker. Sesekali, ia menatap pilu benda berkilauan tersebut. Jika berbicara tentang kejujuran, sang Dewi berat hati melepaskannya. Ingin sekali dirinya menyimpan tusuk konde tersebut sebagai kenangan, tetapi urung dilakukan. Menyimpan pemberian dari pemuda itu membuatnya semakin sulit untuk melupa.
Sudewi mendesah pelan. Di alun-alun yang biasanya menjadi tempat pesta rakyat, ia memutuskan untuk menemui Sagara. Di bawah pohon beringin yang rindang, ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Berharap sang Pemuda memenuhi permintaannya. Sudewi mengelus dengan lembut bu yao pemberian Sagara, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Kemudian menyimpannya di balik sasampur ketika beberapa gadis menghampirinya.
Para gadis tersebut mengambil tempat di sisi Sudewi. Gelak tawa mereka mengingatkan sang Dewi akan kebersamaan dirinya dan sahabat-sahabatnya. Sudewi mengulas senyum, kenangan itu akan tertanam abadi dalam memori. Salah satu gadis berbicara cukup keras, sehingga tertangkap baik oleh telinga Sudewi.
"Kira-kira siapakah yang mendapatkan lakon utama nanti?" cetus gadis dengan rambut disanggul bermodel gelung kekendon.
Gadis lainnya mengendikkan bahu. "Aku tak tahu. Yang pasti, jika Kangmas Maheswara sebagai Panji Tekes, maka aku akan sukarela menjadi pemeran istrinya," sahutnya dengan diiringi kekehan.
Kangmas Maheswara, batin Sudewi dengan hati tergelitik. Nampaknya, pria itu menjadi dambaan bagi gadis-gadis di Wengker. Lidahnya gatal ketika menirukan cara gadis-gadis itu mengucapkan nama sahabatnya. Begitu menggelikan, Sudewi tak pernah membayangkan ia memanggil Arya Maheswara dengan embel-embel kangmas di depan namanya.
Terdapat gadis dengan memakai sekartaji dengan rambut dikepang. Saat Sudewi melirik, paras gadis tersebut sangatlah menarik. Apalagi wajahnya yang bersinar bagaikan rembulan menemani anaksatra. "Maksudmu Sori? Kalau begitu, maka akulah yang pantas memerankan tokoh ceria itu." Sunggingan bibirnya melebar, memamerkan lati aruna yang merah kecokelatan.
"Sebenarnya, untuk apa kita berlatih Lakon Panji saat ini? Bukankah terlalu dini? Pesta rakyat masihlah lama," heran gadis yang sedang duduk di samping Sudewi. Salah satu temannya mendorong pundak gadis itu. Alhasil dirinya tak sengaja menyenggol Sudewi, sehingga bu yao yang disembunyikan Putri Wengker terjatuh. Dengan sigap, ia mengambilnya. Sebelum para gadis itu menyadari benda tersebut.
"Maaf, aku tak sengaja," ucap gadis bersurai hitam legam dengan raut wajah bersalah. Tak ingin ambil pusing, Sudewi pun mengangguk sebagai jawabannya.
Gadis tersebut tak sengaja melihat benda mengkilat di tangan Sudewi. "Apakah itu tusuk konde dari daratan Yuan?" Ia mencuri pandang karena Sudewi terus saja menutupinya.
"Benar," jawab Sudewi singkat.
Tak menyerah, gadis itu memegang lengan Sudewi, lalu menggoyangkannya. "Bolehkah aku melihatnya?" Rautnya memelas, berharap Sudewi mengabulkan keinginannya.
Namun, angannya terhempas. Sang Dewi menggeleng dengan tegas. "Maafkan aku, tetapi benda ini bukan milikku. Aku tak bisa memperlihatkannya ke sembarang orang," kelakarnya.
Gadis tersebut mendengus. "Betul, gadis sepertimu mana mungkin memilikinya." Setelah itu, tatapan gadis berparas ayu tersebut beralih kepada temannya. "Kalian benar-benar mengacuhkanku," sungutnya ketika melihat teman-temannya asyik berbincang.
"Bukan kami yang mengacuhkanmu, tetapi kau nampak akrab berbicara dengan gadis di sampingmu," kilah salah seorang gadis yang rambutnya berbentuk gelung kekendon.
Perkataan para gadis itu membuat Sudewi melihat dirinya. Benar, ia terlihat seperti gelandangan yang tengah beristirahat di bawah pohon. Sasampur-nya mulai kusut, sedangkan ujung jariknya kotor terkena debu dan tanah. Sudewi yakin, wajahnya pun tak kalah mengenaskan, berhias peluh tanpa riasan apa pun.
![](https://img.wattpad.com/cover/353488848-288-k721913.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
APSARA MAJA : SANG PUTRI
Historical Fiction-Historical Fiction- {Apsara Majapahit I} Apsara adalah makhluk kayangan (bidadari). Diambil dari bahasa Jawa Kuno, yaitu apsari yang terdapat dalam pupuh 27 bait 1 Kakawin Nagarakretagama. Namanya memang tak semegah Gayatri Rajapatni ataupun Tribhu...