1278 Saka
Keraton Wengker tengah mempersiapkan puja untuk Dewi Parwati, sakti Dewa Siwa, dan juga ibu dari Dewa Ganesha dan Dewa Agni. Acara tersebut sebagai wujud rasa bersyukur atas kesuburan tanah Wengker, sehingga tahun ini kerajaan vasal tersebut dapat membayar upeti untuk Majapahit secara tepat waktu. Hasil panen yang melimpah menambah kemakmuran rakyat di sana.
Dewi Parwati memiliki nama lain, yaitu Dewi Durga. Dewi Parwati merupakan lambang dari Ibu Pertiwi atau Ibu Bumi, sedangkan Dewa Siwa dilambangkan sebagai Bapa Angkasa atau Bapa Langit. Maka dari itu, kesuburan yang memberkati tanah Wengker tidak terlepas dari anugerah dari Dewi Parwati. Upacara tersebut dipandu oleh beberapa pendeta, salah satunya Wiku Wrddhacari. Acara suci tersebut dilaksanakan di candi tempat pendharmaan yang terdapat arca Dewi Parwati. Sebagai putri sulung dari Kerajaan Wengker, Indudewi ditugaskan sebagai pembawa baki yang memimpin pemujaan. Namun, berhubung status Indudewi saat ini berubah menjadi Bhre Lasem, maka tugas tersebut dilimpahkan kepada Sudewi sebagai putri bungsu Bhre Wengker. Biasanya, Sudewi hanya berdiri sembari mengatupkan kedua tangan di dada dengan khidmat. Serta mendengarkan kakaknya yang melantunkan puja puji.
Saat ini, Sudewi sedang berias dibantu oleh sahabat sekaligus dayang kepercayaannya, Rarasati. Sebagai gadis pemimpin upacara suci, Sudewi tampil sedikit berbeda dari biasanya. Rambutnya tak disanggung seperti layaknya perempuan di Majapahit. Ia menggerai surai hitam legamnya dan diletakkan di samping.
Rambutnya yang terurai panjang, dihiasi dengan berbagai bunga untuk menambah keindahan dan keharuman. Sudewi juga memakai upawita, tetapi terbuat dari sutra dan sasampur. Busana yang dikenakan Putri Wengker tersebut bernuansa merah dan kuning gading.
"Apa yang membawa bidadari ini jatuh ke Wengker?" celetuk Rarasati memakaikan salah satu suweng emas di telinga kiri Sudewi.
Sudewi menyenggol pinggang sahabatnya yang berada tepat di samping ia duduk. "Jangan berbicara melantur. Aku sedang berkonsentrasi menghapalkan puja untuk Dewi Parwati," decak gadis berparas rupawan tersebut.
Bibir Sudewi yang memerah karena dipoles lati aruna pun bergerak mengikuti lagu yang ia lantunkan. Hal tersebut membuat Rarasati bergidik. "Kau seperti merapalkan mantra, Dewi. Salah siapa saat yundamu mempimpin kau malah asik dengan lamunan," balas dayang itu tak mau kalah. Ia kembali memasangkan suweng pada telinga kanan Sudewi.
Sudewi yang memesona dengan Pahyas Wilwatiktapura pun telah siap untuk menuju ke tempat dilaksanakannya upacara suci. Sebelum itu, Rarasati memberikan sekartaji untuk menambah keanggunan yang terpancar di wajah ayu tuannya.
"Sudah selesai, Dewi. Semoga kau tak salah dalam merapalkan mantra!" bisik Rarasati menciptakan suasana suram di indra pendengaran Sudewi. Putri kedua Kudamerta tersebut hanya melengos, tak ingin menanggapi lebih jauh godaan sahabat kurang ajarnya.
Putri Wengker berjalan menapaki satu per satu anak tangga menuju puri yang di dalamnya terdapat candi pendharmaan untuk Dewi Parwati. Dewi yang menjadi salah satu dari Tridewi itu telah dihias sedemikian rupa. Terdapat banyak bunga yang amat harum diletakkan di bawah arca istri Dewa Siwa tersebut.
Sudewi memperhatikan setiap langkahnya. Dirinya tidak bisa melihat ke bawah karena baki yang dibawanya menutupi. Baki tersebut diisi oleh beraneka macam bunga dan lampu minyak diya. Cahaya dari lilin itu harus Sudewi jaga agar tidak padam. Hal yang semakin sulit adalah dalam bakinya tidak hanya ada satu lilin saja, tetapi ada beberapa dan bertingkat. Maka dari itu, putri bungsu Bhre Wengker tersebut juga harus menjaga keseimbangan.
Memasuki area candi, Sudewi disambut oleh para pendeta yang menampilkan gestur menunduk untuk menghormati sang pemimpin upacara suci untuk Durgapuja di Istana Wengker. Setelah berhasil sampai di depan arca Dewi Parwati, Sudewi membungkukkan badannya sembari mengarahkan baki yang ia bawa ke depan. Wiku Wrddhacari yang mendampingi Sudewi membantu gadis itu agar upacara suci yang akan dilangsungkan berjalan dengan lancar. Iringan dibunyikan, saatnya Sudewi mengeluarkan suara indahnya. Nampaknya hasil menghapal semalam yang ia lakukan membuahkan hasil. Gadis itu dapat melantunkan puja untuk Dewi Parwati dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
APSARA MAJA : SANG PUTRI
Historical Fiction-Historical Fiction- {Apsara Majapahit I} Apsara adalah makhluk kayangan (bidadari). Diambil dari bahasa Jawa Kuno, yaitu apsari yang terdapat dalam pupuh 27 bait 1 Kakawin Nagarakretagama. Namanya memang tak semegah Gayatri Rajapatni ataupun Tribhu...