36 | Satu Istri

2.2K 236 4
                                    

"Hamba meminta Eka Patni Vrata, Gusti Prabu," ulang Sudewi dengan memantapkan hatinya. "Ialah janji satu istri sehidup semati. Hamba untuk Baginda dan Baginda untuk hamba."

Sontak, seluruh raut wajah tercengang bersamaan dengan terkatupnya mulut Sudewi. Permintaan yang bahkan semesta pun tak dapat mengira. Sudewi merasakan remasan dari tangan Dyah Wiyat. Diliriknya ibu tirinya dari ekor mata. Adapun, helaan napas terdengar dari mulut Kudamerta.

Alam mencicit, suara burung yang berkicau pun terbungkam.

Dyah Gitarja memberikan tatapan sarat penjelasan kepada kedua mempelai, terutama anak laki-lakinya. Ia merasa diamnya Hayam Wuruk tak menjawab ucapan yang Sudewi lontarkan. Lalu, dilihatnya Dyah Wiyat yang bergeming. Entah apa yang dipikirkan saudarinya itu. Mereka seperti terhimpit sebagai seorang wanita dan istri yang diduakan. Belum pernah ada bangsawan wanita yang dengan lantang meminta hal tersebut kepada calon suaminya. Pun, di tanah Majapahit, Sudewi adalah wanita pertama yang menggaungkan permintaan itu.

Berkaca kepada masa lalu, Ibu Suri Agung Wilwatikta yang bernama Gayatri Rajapatni pun tak menjadi istri satu-satunya dari Prabu Kertarajasa. Bahkan, ketika meminang putri terakhir Singasari itu pun, Raden Wijaya telah memiliki tiga istri. Maka dari itu, Gayatri Rajapatni menjadi istri keempatnya. Pun, ia bukanlah istri terakhir karena Raja Majapahit I menikah lagi dengan Dara Petak bergelar Indreswari yang menurunkan Raden Kalagemet.

Dua romo di samping mempelai memiliki istri lebih dari satu. Sudahlah pantas mulutnya dibiarkan terkunci. Ketika meminang sang Rajaputri, Raden Cakradhara tidak mendapat syarat yang mengharuskan ia hanya beristri Tribhuwana Wijayatunggadewi saja. Begitu pun dengan Kudamerta, pria itu bahkan memiliki istri lain sebelum menikahi Rajadewi Maharajasa. Setelah memperistri wanita bergelar Bhre Daha, ia mengangkat dukan yang melahirkan Sudewi. Sungguh, suasana yang tadinya penuh keriuhan berganti dengan keheningan.

Deheman keras Hayam Wuruk memecah suasana. Bibirnya tersungging ke samping. Pria itu membenarkan posisi duduknya sebelum menjawab tantangan yang berbalut permintaan dari Sudewi. Hayam Wuruk-lah yang mengajukan permintaan untuk calon istrinya. Maka, ia juga yang harus menerima segala risiko, termasuk menghadapi mahalalita Putri Wengker yang cukup merepotkan.

Keegoisan menjadi bumbu dalam perkawinan kita, kau mengikatku, dan aku pun membatasimu, batin Sudewi. Wajah yang tadinya berbalut mendung pun kini berangsur cerah. Ia membalas seringai Hayam Wuruk dengan mengulas senyum tipis. Apapun nanti jawaban calon suaminya, Sudewi harus bersiap. Ia tak berharap banyak, tetapi orang lain di pendopo agung itu yang menjadi saksi ketidakmampuan dari raja mereka.

"Aku hanya akan memiliki satu permaisuri saja, Dinda Sudewi," sahut Hayam Wuruk tak kalah lantang. Telinga-telinga berdengung, seolah mencatat sabda raja yang baru saja keluar.

Namun, kabut kembali menyelimuti wajah sang Dewi. Bukan, bukan itu yang diinginkannya. Satu permaisuri dan satu istri adalah dua hal yang berbeda. Memang betul pria itu memiliki satu parameswari yang duduk di singgasana bersamanya. Namun, bagaimana dengan hadirnya dukan? Semua di luar kendali Sudewi. Lantas, mulut-mulut ikut mendesis, bukahkah putri bungsu Bhre Wengker dilahirkan dari rahim seorang dukan? Sang Putri tahu, ia telah melampaui batasan seorang wanita di tanah Jawadwipa.

Upacara Tukon usai ditunaikan. Pihak wanita telah terikat dengan keluarga mempelai pria, maka ia akan menjadi wulanjar apabila tidak kunjung dinikahi dalam jangka waktu tertentu. Pun, ia menjadi gadis larangan bagi pria lain yang ingin mengawininya.

Menjelang matahari tenggelam, Lakon Panji pun dipersembahkan. Rakyat berbondong-bondong memasuki pelataranan Keraton Wengker. Mereka ingin melihat pesta rakyat yang menjadi rangkaian prosesi Rajawiwaha. Rakyat pun bersorak sorai, tak ada kedukaan yang menyelimutinya kecuali raut wajah calon mempelai wanita.

APSARA MAJA : SANG PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang