Isabella
Aku terbangun di antara aroma yang tidak menyenangkan, entah bagaimana aku bisa berakhir di sini sebab semalam aku berpesta bersama dengan kekasihku. Pandangan mataku terasa kabur, aku menyapunya dengan kelopak mataku agar penglihatanku dapat berfungsi dengan baik. Kepalaku terasa begitu sakit, itulah mengapa penglihatanku kabur. Rasanya tubuhku begitu lemas sampai tak terasa ternyata aku terikat pada sebuah kursi dengan rantai yang membelenggu tubuhku. Rasanya begitu kuat, menyiksa. Siapa yang sudah menculikku?
Aku mengangkat daguku melihat kondisi Mike dalam keadaan yang sama. Wajahnya penuh dengan lebam begitupun tubuhnya. Pakaiannya sudah rusak padahal semalam dia terlihat begitu rapi ketika mengajakku makan malam lalu, berpesta. Mengapa semuanya berakhir begini? Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku.
"Mike! Bangunlah!" Teriakku memanggilnya.
Aku terus memanggilnya sampai dia mulai mengembalikan kesadarannya dengan membuka matanya. Dia menggerakkan tubuhnya untuk melepaskan dirinya.
"Isabella, apa yang terjadi? Apa yang mereka lakukan kepadamu?"
Aku mengernyitkan dahiku heran, "Kita, Mike. Aku tidak tau, semalam kau yang begitu bernafsu membawaku ke atas untuk tidur. Lalu, mengapa kita bisa berakhir di sini?" tanyaku sedikit kesal.
"Mana aku tau Isabella? Semalam kau pingsan karena mabuk dan aku ingin tidur."
"Lalu, apa yang terjadi? Mengapa kita bisa berakhir di sini? Bisakah kau mengingat. Mustahil ada orang yang masuk ke kamar kita kecuali kau belum menguncinya." Ucapku memotong kalimatnya tidak sabar. Belenggu rantai ini semakin menyakiti tubuhku. Aku merasa ada yang aneh, tubuh Mike banyak lebam sementara, aku baik-baik saja. Hanya kemerahan pada beberapa titik karena belenggu rantai ini.
"Apa kau tidak sadar jika semalam kau dipukuli? Tubuhmu banyak lebam, Mike. Aku tidak tau harus apa sekarang? Dimana mereka menyimpan ponsel kita?" Aku semakin paranoid karena ketakutan. Aku tidak ingin mati konyol di sini.
"Aku tidak ingat, Isabella. Berhenti bertanya kepadaku! Kepalaku terasa begitu pusing." Bentaknya kepadaku yang membuatku terdiam seketika.
"Kita harus menemukan cara untuk melepaskan diri." ucapnya ngide.
"Tapi, mana bisa Mike? Kita sedang dirantai begini?" ucapku.
"Kita pasti bisa, Isabella. Kau diamlah, biar ku lakukan sesuatu agar kita bisa kabur."
Dia mulai menggerakkan kursinya sekuat tenaga mendekat ke arah lemari untuk menemukan sesuatu yang dapat melepaskan kita dari belenggu rantai ini. Dia terus mencoba bergerak sampai kursinya mengguling dan terjatuh. Dia berteriak kesakitan karena tangannya terkena sebilah pisau yang entah sengaja di letakkan berdiri di atas lantai atau bagaimana akan tetapi, hal itu membuatku semakin panik dan khawatir.
"Isabella, kuncinya ada di dalam lemari itu, tepatnya di laci atas paling kiri. Kau harus mengambilnya dan kabur dari sini sebelum mereka membunuhmu." ucapnya terbata-bata.
"Apa maksudmu, Mike? Aku tidak bisa melakukan hal itu. Rantai ini terlalu berat bagiku." protesku kepadanya.
"Berusahalah, sayang. Aku tidak ingin kau mati konyol di sini. Mereka akan datang dalam satu jam. Aku tidak ingin kau dibunuh Isabella!!" teriakknya kepadaku.
"Okay, okay fine. I'll get the key." ucapku pasrah.
Aku menarik napas panjang untuk menggerakkan kursi ini yang terasa begitu berat. Aku juga harus menghindari beberapa barang yang berserakan di atas lantai. Aku mengerang kesakitan karena rantai ini menyakiti tubuhku.
"Isabella, kuatlah sayang. Kau harus bisa melakukannya sebelum mereka datang, oke. Aku akan mencoba untuk berdiri." ucapnya terbata-bata karena kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Desire
RomanceFoster S-3 Alexander & Isabella (21+) Alexander Grant Foster memilih untuk menikah dengan Jane Maynard, kekasih dan sahabatnya setelah kematian calon istrinya. Dia mencintai istrinya yang kian hari mulai pudar karena kehidupan sebelum dan setelah pe...