Isabella
Pemakaman Elizabeth masih terasa bagiku, rasanya cepat sekali seolah mimpi. Dia meninggalkan kesedihan yang begitu mendalam untuk Dean dan juga keluarganya. Aku juga sedih sebab dia adalah sahabat baikku selama ini. Namun, hidup harus terus berlanjut, aku sudah mengambil cuti selama sakit dan kematian Elizabeth. Sekarang saatnya untuk kembali bekerja. Aku senang dokter Hendrik melapor bahwa transplantasi jantungnya berjalan dengan baik. Aku lega karena tinggal tiga organnya lagi yang perlu untuk diganti menunggu kedatangan organ dari Moretti yang akan dikirimkan besok dari pelabuhan.
Meskipun pekerjaan ini harus segera dilakukan sebab aku memiliki jadwal khusus dengan Esra. Subjek masih dalam kondisi stabil sehingga aku tak perlu buru-buru. Aku mengerjakan penelitian untuk diterbitkan serta akan fokus mengambil kuliah lanjutan untuk spesialis penyakit dalam. Aku juga ingin mempelajari mengenai obat-obatan lebih lanjut melalui pelatihan di sela-sela pekerjaan. Sepertinya setelah transplantasi organ pada subjek spesial ini selesai, aku mungkin tidak akan begitu sibuk sehingga, aku bisa melanjutkan kuliah sambil bekerja.
Malam ini setelah bekerja, aku kembali ke rumah pribadiku sebab aku ingin istirahat sebelum pekerjaan besok. Sebenarnya bukan aku yang akan melakukan bedah, aku hanya mengawasi dan sedikit membantu prosedur operasinya.
Akhirnya aku dapat merebahkan tubuhku di atas kasur ini. Rasanya sudah lama sekali tidak merasakan kedamaian seperti ini. Aku melupakan segala hal yang menganggu pikiranku dengan membaca buku dan minum anggur merah yang baru datang dari Brisbane.
"Astaga, Isabella sudah lama sekali kita tidak bertemu. Bagaimana kondisimu? Aku tidak bisa datang ke pemakaman Elizabeth kemaren sebab masih berada di London. Ada pekerjaan yang harus ku selesaikan." ucap Mirabeth yang baru saja datang ke rumahku. Dia ingin mampir setelah pulang dari London.
"Aku tau, kau pasti mengenal Jane bukan?" Aku mengangkat alisku sebelah,
"Dia adalah asisten Andrews Scott, selain pengacara pada sektor pemerintahan. Dia termasuk wanita yang setia di samping Andrews." jawabnya yang membuatku sedikit terkejut.
"Apa menurutmu mereka selingkuh? Mereka juga sering pergi dinas bersama." ucapku.
"Tidak, aku rasa mereka hanya bersikap profesional saja. Tidak ada hal yang mencurigakan namun, Jane sering berbicara intens kepada Andrews tentang bisnis bukan tentang romansa. Jane sudah memiliki suami yang mana suaminya adalah kekasihmu." Dia tertawa kecil meledekku.
"Kau benar lagi, aku tidak tau harus berbicara apa kepadanya. Seharusnya ini juga menjadi haknya untuk memutuskan." ucapku seraya mengelus perutku.
"Isabella, dia tidak memberikan kepastian kapan akan menikahimu, kan?" Dia menatap kedua mataku serius,
"Sepertinya tidak, aku belum bertanya lagi." jawabku sedikit ragu.
"Kau sebaiknya bertanya, jika dia pasti akan menikahimu dalam waktu dekat maka, kau harus berdiskusi mengenai bayi dalam kandunganmu akan tetapi, jika dia tidak memberi kepastian maka, kau tidak perlu diskusi." ucapnya menasehatiku.
Aku mengangguk setuju, "Itu ide yang bagus, aku tidak tahan dengan ketidakjelasan ini akan tetapi, aku masih mencintainya." ucapku pasrah.
"Ah, yasudahlah. Kau memang bebal, kau tidak akan meninggalkannya meskipun seribu kali aku mengatakan bahwa kau akan menjadi selingkuhan saja, perusak rumah tangga orang lain atau pelakor. Kau kan tau pelakor itu adalah kepanjangan dari perebut laki-laki orang lain." jelasnya lagi.
Dia memang sering menasehatiku dengan kalimat-kalimat yang hanya masuk ke telinga kanan kemudian, keluar ke telinga kiriku begitu saja terus berulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Desire
عاطفيةFoster S-3 Alexander & Isabella (21+) Alexander Grant Foster memilih untuk menikah dengan Jane Maynard, kekasih dan sahabatnya setelah kematian calon istrinya. Dia mencintai istrinya yang kian hari mulai pudar karena kehidupan sebelum dan setelah pe...