Alexander
Aku kembali ke kamar Jane, membersihkan diri sebelum tidur di sampingnya setelah bermalam dengan Isabella. Aku harap dapat melakukannya lain waktu di tempat ini akan tetapi, dia benar. Keluarga dapat menaruh curiga kepada kami jika kami terus menghilang berdua. Jane sudah tertidur ketika aku merebahkan tubuhku di sampingnya.
Keesokan harinya, aku bersama dengan istriku sarapan bersama di ruang makan. Isabella, Dean dan istrinya tidak datang. Selain itu, semuanya berkumpul di tempat ini untuk membahas acara selanjutnya. Irene meminta membakar daging bersama keluarga di luar villa. Walau ibuku menolak karena udaranya dingin, ayahku tetap menyetujuinya karena tak ada salju turun hari ini.
Aku merasa lega karena mereka tidak membahas Bennet karena sudah dibereskan oleh Isabella. Aku tidak akan menduga dia melakukan hal itu dengan cepat di belakangku. Dia ternyata lebih kuat dari yang ku duga. Pantas saja dia menolak untuk didampingi pengawal ketika berada di luar atau sedang bertugas.
"Aku tidak melihatmu kembali semalam ke acaranya. Kau hanya tidur di kamar, kau kemana saja?" tanya Jane tetiba.
"Kau bahkan sering melakukan hal yang sama untuk mengangkat telpon dari klienmu itu. Ada pekerjaan yang harus ku urus." jawabku.
"Jane, Alexander sedikit sibuk karena kami akan mengirim produksi baru ke Swiss. Mungkin kau juga bisa memeriksa laboratorium secara berkala untuk memantau perkembangan produk obatnya." tutur mama kepadaku.
"Itu tidak perlu, Alexander. Laboratorium adalah urusan Isabella, kau cukup membaca laporan, membuat kesepakatan dan mengirim barangnya." bantah ayahku.
Aku tidak mengerti mengapa mereka memiliki pendapat tidak senada begini? Apakah mereka masih bertengkar atas kejadian tahun lalu?
"Atau kau bisa menghubungi Isabella untuk laporan teknisnya. Aku sudah meminta dia untuk mulai bekerja di laboratorium setelah kembali dari Melbourne dan menyelesaikan studi kedokterannya. Dia juga akan belajar lebih lanjut tentang obat-obatan di West Island University." ucap Tante Jade menimpali.
Aku mengangguk, "Baiklah, itu semua ide yang bagus. Aku akan tetap memeriksa laboratorium maupun rumah sakit berkala karena itu semua adalah bagian dari Foster Group." ucapku tenang.
"Bahkan jika diperlukan, aku bisa membereskan Almonds." ucapku menambahkan
"Tidak sekarang, mereka kembali untuk alasan yang belum jelas. Jemma dan William tidak memiliki anak akan tetapi, aku yakin mereka sedang merencanakan sesuatu untuk balas dendam mengingat apa yang terjadi kepada Isabella tempo hari." sahut kakek.
"Itu benar, untuk sekarang kita hanya perlu fokus pada pengembangan obat-obatan yang akan segera dikirim ke Swiss." balas Mama
Aku hanya mengangguk setuju saja. Itu bahkan ide yang sangat bagus, aku bisa bertemu dengan Isabella kapanpun aku mau dengan alasan pekerjaan. Sebab dalam beberapa waktu dekat aku harus memantau laboratorium. Aku yakin Brandon juga tidak akan mengganggu terlebih pekerjaan utamanya adalah sebagai kepala dokter di rumah sakit. Secara tidak sengaja mereka telah mempermudah aku untuk bertemu dengan Isabella.
Bahkan saat dia tidak hadir di sarapan pagi ini membuatku bertanya-tanya apa yang terjadi setelah semalam. Ku rasa dia begitu mabuk, mungkin dia masih ketiduran. Aku sangat ingin bertemu dengannya namun, aku harus tetap berperan menjadi suami yang baik di hadapan seluruh keluarga. Tidak ada yang boleh mencurigai hubunganku dengan Isabella. Meskipun seperti katanya, tidak ada arah untuk hubungan ini. Jane juga sedang hamil, aku tak mungkin meninggalkan dia begitu saja. Sampai aku menemukan alasan yang tepat untuk bercerai, aku akan tetap mempertahankan Isabella.
Hari ini sesuai dengan persetujuan ayahku, beberapa anggota keluarga bergabung untuk membakar daging di luar villa. Aku dan Jane memilih untuk menyempatkan waktu bersama di kamar. Sudah lama sekali rasanya tidak berhubungan dengannya. Dia masih sibuk dengan perhiasan yang baru dia beli di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Desire
Roman d'amourFoster S-3 Alexander & Isabella (21+) Alexander Grant Foster memilih untuk menikah dengan Jane Maynard, kekasih dan sahabatnya setelah kematian calon istrinya. Dia mencintai istrinya yang kian hari mulai pudar karena kehidupan sebelum dan setelah pe...