Alexander
"Irene, apa kau merasa tidak nyaman? Bagaimana keadaanmu, sayang. Apa kau merasakan nyeri?" Isabella mendekat ke arah Irene yang sudah mulai membuka matanya.
Irene justru menangis ketika Isabella menanyakan bagaimana keadaannya. Dia menangis tersedu-sedu sampai berteriak. Aku mendekat untuk membantu menenangkannya.
"Irene sayang, apa yang terjadi? Mengapa menangis? Apa yang sudah kau lakukan?" tanyaku kepadanya agar dia berhenti menangis.
"Alexander, diamlah!" Isabella memperingatkanku.
Dia tersenyum sembari membelai rambut Irene yang masih menangis sedikit. "Sudah, tidurlah lagi, ya. Mama sama Papa kamu akan segera datang nanti, jangan khawatir. Dokter Sherlien akan datang untuk memeriksa kau nanti. Dia sudah ditelpon."
Irene hanya mengangguk mendengar perintah Isabel, dia kemudian langsung tidur sementara, aku dan Isabella keluar meninggalkannya. Aku harap dia tidak melihat aku dan Isabella yang sempat bercakap.
"Aku harap penglihatannya masih sedikit kabur ketika melihat kita begitu dekat, Alexander. Dia tidak boleh tau atau melihat kita." Isabella menarik napasnya panjang ketika menutup pintu utama kamar Irene.
"Akupun demikian." Aku mengambil jalan yang berbeda seiring dengan kedatangan Vena yang membawakan makanan dan minuman untuk Irene. Aku akan menjenguknya lagi nanti karena sepertinya dia masih butuh istirahat.
"Tuan Foster, tunggu sebentar." Aku berbalik badan karena Vena memanggilku.
"Ada apa, Vena? Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanyaku.
"Tuan Zach meminta anda untuk mengawasi Nona Irene sampai mereka datang nanti, Tuan." Aku mengangguk dan kembali ke kamar Irene. Aku masuk ke dalam kamarnya kemudian menghampirinya yang ternyata masih belum tertidur.
"Apa yang kau lakukan disini, Alexander? Dengan Isabella?" Irene menatap wajahku sedikit ragu sementara, Vena menyiapkan makanan untuknya.
"Aku tidak ingin makan, Vena."
"Ada telpon, aku akan menunggumu di ruang tamu jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa memanggilku, Irene sayang." Aku tersenyum dan mencium keningnya.
Aku tidak tau harus mengatakan apa jika orangtuaku datang nanti karena tidak ada pekerjaan di Melbourne. Semua pekerjaan di Perth ku tinggalkan sejenak untuk bertemu dengan Isabella sehari. Aku tidak ingin dia berurusan dengan Rick Bennet karena itu akan membahayakan dirinya.
"Kau sebaiknya berada di sini untuk menjaga Irene, aku harus kembali untuk bertemu dengan Isabella karena besok pagi aku sudah harus berada di kantor. Jane sepertinya akan kembali lebih cepat." perintahku kepada John.
"Baiklah, Tuan."
Aku keluar dari kamar Irene dan kembali ke apartemen Isabella sampai dia selesai dengan tugasnya. Aku sengaja melalui kantornya untuk melihat apakah dia baik-baik saja atau tidak. Ku lihat dia baik jadi, ku tinggalkan hanya saja dia sedang berbincang dengan Brandon. Raut wajah Brandon tampak sedikit bahagia ketika berbicara dengan Isabella walaupun Isabella meresponnya sedikit canggung. Hal itu membuat hatiku sedikit terbakar rasa cemburu. Aku ingin sekali memukul Brandon karena berada di dekat kekasihku akan tetapi, dia itu adikku. Jika dia orang lain, sudah ku bunuh dia dan ku buang jasadnya ke samudra atlantik.
Aku mempersiapkan beberapa hadiah untuk Isabella nanti. Aku sangat mencintainya, sungguh aku tidak bisa melupakannya. Aku bahkan sudah membeli rumah pribadi yang jauh dari komplek perumahan milik Foster karena aku ingin bercinta dengan Isabella tanpa diketahui oleh siapapun. Kita tidak perlu berpisah lagi, kita akan bersama-sama sampai aku memutuskan untuk menikah dengannya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Desire
RomanceFoster S-3 Alexander & Isabella (21+) Alexander Grant Foster memilih untuk menikah dengan Jane Maynard, kekasih dan sahabatnya setelah kematian calon istrinya. Dia mencintai istrinya yang kian hari mulai pudar karena kehidupan sebelum dan setelah pe...