Chapter 25: Private House

44 1 0
                                    

Alexander

"Apa maksud dari subjek spesial, Isabella?" Aku mengangkat alisku sebelah menatapnya yang sedikit panik. 

Dia menggaruk hidungnya, "Itu bukan hal yang penting, aku bisa menjelaskan nanti." jelasnya. 

Dia sepertinya menyembunyikan sesuatu dariku, aku dapat melihat gerak-geriknya yang sedikit mencurigakan. Dia juga menghindar dariku untuk sengaja menyapa para dokter lain yang memberikannya selamat. Aku baru mendengar subjek spesial sepanjang hidupku sekali ini. Aku tak pernah mendengar hal itu sebelumnya. Aku jadi penasaran namun, proyek ini bukan milikku. Aku hanya bekerja sama untuk mendistribusikan produk-produk yang dihasilkan oleh laboratorium Foster. 

Aku pamit kepada Isabella karena dia menolak menjelaskan apa itu subjek spesial meskipun sebenarnya aku sangat penasaran karena raut wajahnya menunjukkan seperti ada sesuatu yang tersembunyi ketika ibuku sempat menyinggung mengenai subjek spesial. 

"Alexander, tunggu sebentar." teriak Ibuku memanggilku yang hendak keluar dari gedung laboratorium ini. 

Aku berbalik badan menoleh dia yang menghampiriku, "Kau sepertinya masih belum berkunjung ke tempat ini sejak terakhir kunjunganmu." ucapnya kepadaku.

"Aku akan menjadwalkan kunjungan secepatnya. Untuk saat ini aku masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan pasca liburan." jawabku sembari menuju ke mobil yang sudah menungguku. 

Ibuku masuk ke dalam mobil yang sama, aku tidak tau mengapa mungkin dia ingin berbicara karena kami tidak pergi bersamaan. "Alexander, apapun yang terjadi jika itu adalah salahku maka, aku minta maaf. Aku tidak tau akan tetapi, kau adalah anakku yang tertua, kau yang paling tau baik buruk kedua orangtuamu. Meski kau lebih banyak diam daripada protes." ucapnya lirih.

"Itu karena aku tidak ingin ikut campur terhadap urusan kalian. Aku juga tidak peduli, hubunganku dengan istriku saja rasanya sudah hambar. Aku sama sekali tidak merasakan cinta yang sama."

"Bahkan di usia pernikahan yang baru setahun?" Ibuku menatap ke arahku serius, 

"Benar, aku rasanya sudah tidak mencintai dia lagi, terlebih ketika dia berbohong mengenai kehamilannya." jawabku.

Dia tertawa kecil meresponku, "Kau rasa-rasanya mengatakan hal itu untuk memiliki alasan agar dapat menceraikan istrimu itu, kan?" 

Aku menatapnya serius karena kalimatnya seolah dapat menebak isi pikiranku, "Tidak, bukan begitu. Jika dia tidak membuat kesalahan besar maka, aku tidak akan menceraikannya tanpa sebab. Aku tau keluarga kita sangat menjunjung tinggi reputasi baik." jawabku.

"Menikah dengannya sudah merupakan keputusan yang salah, Alexander. Andai saja aku dapat kembali ke waktu itu, aku mungkin akan memberimu waktu untuk menemukan yang lebih tepat daripada menikah dengan Jane." Dia menghela napas panjang sembari menatapku dengan rasa bersalah. 

"Semuanya sudah terlambat-" ucapku lirih.

"Ya, dia melakukan apa saja untuk mempertahankan pernikahannya denganmu. Aku tidak suka jika dia membicarakan masalah Irene. Anak itu sudah sangat depresi karena diselingkuhi-" Mama menghela napas panjang, dia memegangi dadanya yang terasa sesak. 

"Ah sudahlah! Aku tidak mau membicarakan hal ini lagi. Aku sudah muak dengan prahara perselingkuhan, ayahmu bahkan telah berselingkuh dariku selama 3 kali. Aku rasanya tidak sanggup."

"Mengapa tidak bercerai saja?" 

Dia menatapku sinis, "Itu bukan jawaban atas masalahku, Alexander. Aku hanya ingin mengatakan kepadamu bahwa Jane akan dihapus dari red. Aku tidak mau dia menggunakan informasi hanya untuk memanipulasiku. Aku tidak suka dia." ucapnya sebelum akhirnya dia keluar dari mobilku. Dia naik ke mobil pribadinya yang dengan cepat melaju.

Forbidden DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang