Chapter 53: Hopeless

28 0 0
                                    

Isabella

Dadaku terasa sesak mendengar perdebatan yang seolah tiada ujungnya. Aku mengira mereka akan memarahi aku kemudian, mengizinkan aku untuk memilih dan menikah dengan Alexander namun, sepertinya sama saja bahkan mereka masih mendukung aku untuk menikah dengan Brandon kendati Brandon telah menjebakku untuk bertunangan dengannya. Aku tidak tau harus mengatakan apa ditengah-tengah perdebatan itu. Hubungan ini memang sudah salah sejak awal, aku tidak bisa balas dendam dengan melakukan hal yang sama seperti kedua orangtuaku sebab hal salah tidak untuk diulangi. 

Aku semakin kehilangan kesadaranku memikirkan semua itu, tenggorokanku terasa sangat terbakar terutama setelah hari ini mengerjakan pekerjaan yang lumayan banyak. Aku hampir tidak bisa bernapas, aku menahan diriku untuk bereaksi atas perdebatan yang intinya mereka tidak mengizinkanku menikah dengan Alexander. Ya Tuhan, mengapa rasanya sulit sekali untuk mendapatkan restu mereka sekalipun istri Alexander telah mati. Jane mati saja aku masih tidak mendapatkan restu, bagaimana jika dia masih hidup? 

Aku semakin kesulitan untuk bernapas sebab kepalaku terus berputar-putar memikirkan sesuatu yang tiada akhirnya. Kepalaku terasa berdenyut nyeri, berdenging sampai aku akhirnya tak sadarkan diri. Berakhir di rumah sakit adalah hal yang biasa terjadi semenjak aku memiliki penyakit yang aku sendiri tak bisa kendalikan. Bagaimana aku bisa mencegah ketika aku sendiri tak bahagia menjalani hidup ini. Aku rasanya ingin menyerah saja. 

"Isabella, bagaimana keadaanmu? Apakah kau merasa lebih baik?" Brandon duduk di sampingku.

"Brandon, pergi dari hadapanku. Aku ingin membatalkan tunangan kita juga tak akan menikah dengan Alexander jadi, itu cukup adil. Pergilah!" usirku dengan lirih. 

Aku tidak punya tenaga untuk berteriak, tubuhku rasanya masih begitu lemah. Aku bahkan masih kesulitan bernapas saat ini. Pikiranku terdengar sangat berisik. 

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Aku minta maaf jika aku bersalah, aku minta maaf sebab telah menjebakmu waktu itu. Aku harap Alan juga memaafkanku atas apa yang telah terjadi. Aku akan siap tanggung jawab jika saudaranya menuntutku ke pengadilan." 

Aku hanya bisa meneteskan air mata mendengar ketulusan maafnya. Sepertinya dia telah merelakan aku. 

"Aku sadar kau berhak untuk bahagia dengan pria yang kau cintai, Isabella. Meski jika itu dengan kakakku sendiri, aku akan merelakanmu bersamanya. Aku tidak akan merebutmu dari Alexander sebab kau lebih memilihnya daripada-"

"Aku tidak memilih di antara kalian berdua, Brandon. Sekarang, pergilah. Aku tidak ingin diganggu saat ini." usirku kepadanya. 

"Baiklah, semoga kau cepat sembuh. Aku tidak masalah jika pertunangan kita berakhir sekalipun. Kau berhak bahagia dengan siapapun, aku tidak akan benar-benar menyebarkan foto-foto kalian sebab aku peduli dengan reputasi keluarga kita." ucapnya. 

Aku hanya mendengarkan saja sampai akhirnya dia beranjak keluar dari ruanganku.

Aku semakin menangis teriak ketika tak ada siapapun di kamarku, aku tidak sanggup jika harus begini. Semua ini terasa begitu menyakitkan sebab tidak ada harapan untuk terus bersama. Mengapa semesta harus mempertemukan aku jika akhirnya begini. Mengapa semesta mengizinkan Alexander untuk membunuh orang-orang agar dapat memiliki aku jika akhirnya semesta tak pernah merestui hubungan ini. Mengapa semua ini terjadi kepadaku? Apakah aku sangat berdosa sebab bersama dengan suami orang lain selama 2 tahun. Aku tidak tau jika akhir dari semua ini akan sangat menyakitkan. 

Jika saja aku mengetahui bahwa semua ini sangat menyakitkan seperti ini maka, aku akan melarikan diri dari Alexander sebelum kami terlibat cinta satu malam. Aku akan menolak seluruh hadiah yang dia berikan selama aku di Munich, aku tidak akan menerima rumah itu. Dua tahun bukan waktu yang singkat, sudah banyak hal yang aku lalui bersama dengan Alexander. Hubungan yang selalu kami sembunyikan dari semua orang. Kami yang memperjuangkan agar terlihat bukan sebagai sepasang kekasih meskipun ketika sedang berdua kami adalah sepenuhnya pribadi yang berbeda. 

Forbidden DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang