Chapter 21: Back to Villa

41 0 0
                                    

Alexander

"Aku menginap di hotel yang terletak di kota. Kau mengatakan bahwa Isabella menghilang jadi, aku memutuskan untuk memeriksa di hotel terdekat." jawabku tenang.

Dia mengangguk paham, "Jadi, apakah dia menginap di sini?" tanyanya penasaran.

"Tidak, tidak ada nama Isabella Foster terdaftar di hotel ini. Jadi, sebaiknya kita kembali ke villa. Aku ingin melihatmu minta maaf kepada kedua orangtuaku karena telah membohongi mereka." ajakku kepadanya.

Dia berdeham lirih, "Aku takut, Alexander. Aku takut mereka tidak akan menerimaku lagi."

"Itu seharusnya yang kau rasakan ketika telah membohongi mereka." Aku meraih pergelangan tangannya untuk mengajaknya kembali ke villa akan tetapi, aku melihat Paman Louis dan Bibi Jade terburu-buru menuju ke resepsionis. Mereka pasti hendak menanyakan keberadaan Isabella.

Jane melepaskan genggaman tanganku, dia menghampiri mereka yang sedang panik bertanya dimana keberadaan Isabella.

"Aku rasa Isabella tidak ada di sini. Alexander sudah mencarinya sebelumnya." ucap Jane. 

Aku mengangguk untuk mengkonfirmasi bahwa ucapan Jane benar. Aku ingin mereka percaya bahwa Isabella tidak ada di sini meskipun Isabella mungkin saat ini masih menangis.

"Kita sudah mencari kemana-mana, tapi dia tidak ada dimanapun. Kami pikir dia tidak mungkin pergi jauh tanpa kendaraan dan ponselnya. Dia tidak mungkin memesan kendaraan untuk pergi jauh, tempat ini adalah yang terdekat." ucap Bibi Jade bersikeras. 

Jika dipikir-pikir, logikanya ada benarnya.

"Lihatlah ini, dia pasti semalam datang kemari. Apakah ada yang mirip dengan gadis ini semalam? Katakan padaku?!" Dia menunjukkan foto Isabella melalui ponselnya kepada resepsionis.

"Ada, Nyonya. Namun, tidak ada nama Isabella Grace Foster terdaftar sebagai penginap di hotel ini." jawab resepsionis. 

Aku rasa dia mengingat karena salah seorang pengawal sempat datang kemari lebih awal daripada Paman Louis dan Bibi Jade.

Resepsionis ini juga yang sempat menyajikan sarapan yang dipesan oleh Isabella tadi pagi. Untungnya aku tidak memesan dengan nama asliku semalam.

"Katakan di kamar nomer berapa gadis ini berada, ini sangat penting. Aku harus bertemu dengannya." ucap Bibi Jade terus bersikeras. Dia benar-benar sangat panik.

"Jade, tenanglah. Dia akan kembali lagi nanti, jika dia tidak ada di sini kita cari di tempat lain. Pengawal juga mengatakan Isabella tidak ada di tempat ini, jangan bersikeras seperti ini." Paman Louis mencoba untuk menenangkan istrinya.

"Katakan kepadaku dimana nomernya atau kau sebaiknya menghubungi bossmu." bentak Bibi Jade memarahi si resepsionis yang hanya mendengarkan tanpa melakukan apapun.

"Ini adalah privasi tamu, Nyonya. Kami tidak bisa memberitaukan dimana jika anda tidak memiliki keperluan atau janji secara pribadi." tegas si resepsionis akan tetapi, Bibi Jade terus bersikeras, dia terus berteriak memaksa.

"Dia ada di lantai paling atas. Kamar nomer 401." ucap Jane tetiba.

Bibi Jade tanpa bertanya pun langsung menuju lift untuk ke kamar putrinya.

Aku menggelengkan kepala menatap Jane serius, "Bagaimana kau bisa mendapatkan informasi itu?" tanyaku sedikit heran.

"Sudah ku katakan aku mengenal pemilik hotel ini, Alexander. Dia adalah teman lamaku semasa aku kuliah politik di Sydney." jawab Jane tenang.

"Apakah informasi itu benar?" Paman Louis mendekat bertanya kepada Jane.

"Benar, paman." Jane menunjukkan sebuah bukti percakapan dirinya dengan pemilik hotel yang menginformasikan dimana kamar Isabella. Kamar yang dipesan oleh Sea River tepatnya.

Forbidden DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang