Isabella
Aku sedikit kesal jika harus mengingat apa yang telah terjadi tempo hari. Terlebih ketika ayahku membentakku di hadapan semua orang. Ibuku yang berdiam diri tanpa membelaku. Tidak ada satupun yang membelaku. Mereka pikir aku salah karena telah membenci keduanya. Ya seharusnya aku mengikuti kemauan mereka dengan menerima kesalahan ayahku, memaafkan dirinya. Melupakan apa yang terjadi dan merangkul ibuku yang memilih untuk bertahan kendati demi anak-anaknya atau demi reputasi dan kekayaan.
Aku tidak melihat ketulusan pada ibuku atau mungkin aku yang salah. Meskipun mengira menikah dengan pria Foster adalah sebuah kesalahan tetap saja dia merasa sangat beruntung menikah dengan ayahku yang merupakan anak orang kaya. Ibuku terlahir dari keluarga kaya akan tetapi, kekayaaan keluarganya jauh berada di bawah kekayaan keluarga ayahku. Mereka juga memikirkan reputasi dan nama baik dari kedua belah pihak. Itulah alasan mengapa mereka tetap bertahan pada prahara rumah tangga ini.
Meskipun itu bukan urusanku akan tetapi, apa yang terjadi masih membekas dan melukaiku. Melihat mereka seolah melihat apa yang terjadi tempo hari. Aku pergi ke klub yang jaraknya dekat dengan villa dimana aku tinggal. Aku ingin sedikit melupakan rasa sakit yang ada di dalam hatiku. Aku menangis sepanjang jalan kaki menuju klub itu. Aku sedikit mencurahkan isi hatiku dengan bartender yang ramah, dia mengerti apa yang aku rasakan. Aku merasa sedikit lega, dia juga merekomendasikan minuman yang populer di klub itu.
Aku minum sembari menangis melanjutkan curahan hatiku sampai Alexander datang dan membawaku ke hotel kecil ini. Meskipun kecil, hotel ini memiliki 4 lantai dengan 15 kamar. Alexander memesan kamar di lantai 4 untuk semalam. Dia menggendongku menaiki lift menuju kamar yang telah dipesan. Dia mencium bibirku sepanjang perjalanan mencari nomor kamarnya. Aku terus melumat bibirnya sampai dia merebahkan tubuhku di atas kasur ketika sudah memasuki nomor kamar yang dipesan.
Dia menutup pintu dan menguncinya. Dia mendekat ke arahku sembari melepaskan pakaiannnya satu per satu. Dia sampai di hadapanku hanya dengan setengah tubuhnya yang sudah telanjang tanpa pakaian, tinggal celananya saja. Aku menarik risleting celananya, aku mengeluarkan batang dari celananya dan segera memakan batangnya yang sudah terasa begitu tegang semenjak menggendongku.
"Ahhh-" teriaknya ketika batangnya keluar masuk ke dalam mulutku, basah oleh air liurku. Aku menikmati batangnya yang begitu keras, tegak berdiri tak sabar menghantam liang kewanitaanku.
"Sayang sekali aku tidak membawa produk baru itu, ahhhh!!" teriaknya mengerang begitu keras ketika ku remas kedua buah zakarnya sembari memakan batangnya.
Aku tersenyum menyeringai menatap matanya sembari memainkan batangnya dengan tanganku, "Aku pikir kau mencoba produk baru itu dengan istrimu."
Dia tertawa kecil sembari memegang erat kepalaku, "Dia ku cambuk saja menangis kesakitan sampai tepar begitu. Bagaimana jika dia akan tahan dengan sensasi panas dingin atas produk itu." Dia masih terdengar sedikit mendesah bersama dengan ucapannya.
"Kau pasti menggunakan vibrator tegangan tinggi kemudian, mencambuknya, kan?" Aku masih terus memainkan batangnya sampai mengeluarkan cairan kental yang berwarna putih transparan.
"Bagaimana kau tau?" Dia melepaskan seluruh celananya.
"Tentu saja, aku tau. Jane itu sangat sensitif dengan cambuk, waktu itu dia sempat pingsan di atas ranjangmu karena kau mencambuknya berkali-kali ketika mengetahui kepergianku."
Dia mendekat ke arahku, dia menarik risleting dressku, kemudian melepaskan dressku dengan gentle.
"Aku tidak ingin kau pergi lagi, Isabella." ucapnya ketika melepaskan pengait braku dengan gentle.
"Kau tau kita hanya bisa melakukan semua ini secara tersembunyi, kan?" Aku menatapnya dalam ketika dia menarik celana dalamku. Dia menaruh semua pakaianku di atas sofa yang membuatku kini telanjang tanpa sehelai kain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Desire
RomanceFoster S-3 Alexander & Isabella (21+) Alexander Grant Foster memilih untuk menikah dengan Jane Maynard, kekasih dan sahabatnya setelah kematian calon istrinya. Dia mencintai istrinya yang kian hari mulai pudar karena kehidupan sebelum dan setelah pe...