Chapter 56: Deal With Almonds

28 1 0
                                    

Alexander

Mayat bibi Violet disemayamkan di mansion utama milik Stevenson. Para pelayan dan petugas lainnya menyiapkan mayatnya untuk dimasukkan ke dalam peti. Paman Hank datang beberapa saat setelah mayatnya sudah berada dalam peti. Beberapa orang datang ke rumah duka untuk mengikuti kegiatan doa sampai dengan pemakaman. Kate seketika memeluk ayahnya ketika ayahnya datang. Aku sedikit terkejut dengan dia yang sudah terbiasa memanggil Tiffany dengan sebutan Mama? Bukankah ibunya adalah Violet? Atau jangan-jangan dia juga merupakan anak Tiffany Lawson dengan Paman Hank di luar nikah. Aku hanya menduganya saja. 

"Aku sudah mengabari keluargamu, mereka akan segera datang. Terima kasih telah bersedia mengantarkan Kate. Dia sangat bersedih kehilangan salah satu ibunya." ucapnya kepadaku. 

Aku mengangguk paham tanpa meresponnya. Aku juga tak ingin mempertanyakan mengapa Tiffany menjadi ibu untuk Kate sebab dalam keadaan seperti ini, dia juga sangat berduka atas kematian istri pertamanya. 

Para putra bibi Violet juga datang untuk melihat mayat ibunya serta berdoa bersama sebelum pemakaman ibunya. Hanya Theo yang tidak hadir sebab dia masih berada di dalam laboratorium untuk dijadikan sebagai subjek penelitian. Ketiga putranya tampak bersedih, mereka juga memeluk Kate, satu-satunya adik perempuan mereka yang sangat terpukul atas kematian Bibi Violet. Kedua orangtuaku juga tak lama datang untuk mengucapkan belasungkawa disusul dengan kedua orangtua Isabella. Brandon juga datang setelah mereka datang. 

"Maaf, aku sempat merebut kekasihmu." ucapnya lirih sembari memperhatikan orang melantunkan doa untuk mengiringi kepergian Bibi Violet.

"Aku memaafkanmu sebab kau juga telah gagal, Brandon." balasku lirih. 

"Dia tidak memilih siapapun katanya namun, aku tidak percaya. Dia itu sangat mencintaimu, dia panik setengah mati ketika kau hampir bunuh diri waktu itu. Mengapa tidak mencobanya lagi, siapa tau itu akan memancing perhatiannya." ucap Brandon menyarankan. 

Aku menatapnya sinis, "Bagaimana jika dia tidak peduli? Lagipula ada hal yang lebih daripada Isabella. Aku akan mengurus Isabella nanti, yang jelas aku tidak akan melepaskannya apalagi merelakan dia menikah dengan pria lain termasuk denganmu." Aku menatap kedua matanya serius.

Dia hanya tertawa kecil meresponku. "Aku tau kau tidak akan membiarkannya begitu saja. Ngomong-ngomong, siapa yang sudah membunuh Bibi Violet?" tanyanya penasaran. 

"Dokter Hendrik mengatakan bahwa red masih mencoba untuk menyelidikinya. Dia menduga Almonds mengirim orang untuk menyusup ke dalam laboratorium memberikan sejenis racun atau obat-obatan tertentu kepada Bibi Violet." jelasku. 

"Mungkin itu benar, laporannya juga mengatakan dia mengalami overdosis yang menyebabkan beberapa organ tubuhnya mengalami gagal fungsi." sahut Brandon.

"Almonds sepertinya aktif lagi, setelah kau. Stevenson yang akan jadi targetnya." sambung Brandon. 

"Aku rasanya tidak yakin Almonds akan melakukan semua itu tanpa adanya alasan tertentu." ucapku menimpali.

"Memangnya apa yang Stevenson lakukan kepada mereka? Lihatlah Mark, dia masih duduk di kursi roda sebab mengalami kecelakaan tempo hari." Brandon menunjuk ke arah Mark yang masih menangis di depan peti ibunya. 

"Kalian ini tidak berdoa malah ngobrol sendiri!" Papa berbalik badan menatap kami yang memang sedang ngobrol.

"Sukurin, marahin aja Pa." ucap Irene mengejek kami. 

"Aku suntik kau ya nanti malam, awas aja." ucap Brandon mengancam.

Aku menahan tawa seraya mengikuti doa-doa. Sementara, Irene justru bertengkar sebab diancam oleh Brandon. 

Forbidden DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang