Alexander
"Aku tidak mau mencoba cara lain, Alexander. Semuanya telah usai, kita tak akan bertemu lagi. Aku tak ingin dan kau sebaiknya mulai untuk berhenti mencintaiku. Berakhir secara baik-baik pun tak masalah, kan?" Dia menatapku dalam melanjutkan kalimatnya.
"Aku tidak siap jika harus berpisah, Isabella. Aku tidak akan mampu hidup sendirian tanpa kehadiranmu. Jika kita masih bisa bertemu sesekali maka, aku bisa akan tetapi, aku tidak mau kita berpisah seperti ini. Mengapa kau ingin berpisah, Bells? Apakah kau sudah tidak mencintaiku?"
Dia menatapku sendu. "Aku tidak memilih baik kau atau Brandon sekalipun, Alexander. Aku masih mencintaimu namun, semua itu tidak berguna sebab keluarga kita sama sekali tidak merestui hubungan kita. Kita memang sudah salah sejak awal, seharusnya kita tidak melakukan itu." Dia mulai menangis tersedu-sedu setelah mengatakan itu.
"Aku ingin kita usai tanpa perlu bertengkar, lupakan aku sebab aku juga sudah mulai melupakanmu." pintanya seraya menyeka air matanya.
"Aku sudah terlalu banyak menangis, aku bisa mati jika terus merasa sesak. Aku ingin tidur sekarang. Kau hanya harus ingat bahwa kita bukan sepasang kekasih lagi. Kau bukan kekasihku dan aku juga bukan selingkuhanmu lagi." Dia tersenyum tipis melanjutkan kalimatnya.
"Aku tidak bisa, Isabella. Aku tidak ingin kita berpisah, pasti ada cara untuk meluluhkan hati mereka atau kita bisa menunggu sampai semua mereda. Aku akan bertemu dengan Almonds agar mereka tidak menganggu kita dan aku akan membantu mereka mencari anaknya Lily. Mereka pasti tidak akan menyebarkan berita-berita tentang skandal kita." jelasku mencoba untuk membujuknya.
"Itu semua tidak akan berguna, Alexander. Kita sudah mencoba berbagai cara, kau sudah menyingkirkan Jane, Brandon juga sudah kita singkirkan. Dia bahkan mengatakan akan merelakan aku untuk berhubungan dengan siapapun. Tapi, tetap saja keluarga kita menolak kita untuk menikah." tegasnya kepadaku.
"Isabella, aku yakin pasti ada cara. Bagaimana kalau kita membawanya kembali, dia pasti akan meluluhkan hati keluarga kita." ucapku terus membujuknya dengan berbagai cara.
"Mereka akan lebih membenci kita, aku mati-matian menyembunyikan hal itu dari mereka. Aku tidak akan setuju jika kau membawanya pulang, biarlah dia di sana dengan tenang. Aku tidak yakin semua cara itu akan berhasil." ucapnya yang terdengar pesimis.
"Kita tidak akan pernah tau jika tidak mencobanya, Bells." ucapku terus membujuknya.
"Sudahlah, Alexander. Semua percakapan ini sia-sia saja, kau harus mulai menerima bahwa hubungan kita telah berakhir. Kita sudah selesai, Alexander. Kau tidak perlu datang lagi kepadaku. Aku akan memberikan rumah itu kepadamu sesegera mungkin."
"Tidak, simpan saja sebagai kenangan. Aku tidak ingin rumah itu, jika kau tak ingin. Kau bisa menjualnya, jika tak ingin uangnya sekalipun kau bisa mendonasikan pada acara amal tahun ini yang akan diadakan oleh Irene." ucapku.
Dia mengangguk paham, "Kau sebaiknya pergi, aku berterima kasih banyak atas semua hal yang pernah kau berikan kepadaku. Aku tidak akan bisa membalas hal yang sama namun, semesta ingin kita berpisah jadi, semoga hari-harimu baik." ucapnya.
Dia terlihat menghembuskan napasnya yang berat, aku yakin dia juga mencoba untuk menguatkan dirinya agar tidak menangis lagi.
"Aku tidak ingin kita berpisah, Isabella. Apapun kondisinya, aku akan tetap mempertahankanmu. Kau tidak punya alasan yang kuat mengapa kita harus berpisah. Aku akan mencari cara agar keluarga kita merestui hubungan kita." tegasku kepadanya.
"Jangan bersikeras, Alexander. Kecewa akan harapanmu sendiri setelah berusaha secara mati-matian itu sangat tidak menyenangkan apalagi kau tau sejak awal hubungan kita memang sudah terlarang." balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Desire
RomanceFoster S-3 Alexander & Isabella (21+) Alexander Grant Foster memilih untuk menikah dengan Jane Maynard, kekasih dan sahabatnya setelah kematian calon istrinya. Dia mencintai istrinya yang kian hari mulai pudar karena kehidupan sebelum dan setelah pe...