Isabella
Menghindar dari Alexander sepertinya bukan ide yang buruk terlebih aku harus tetap menyembunyikan siapa itu subjek spesial. Aku tidak mengerti konteks pertanyaannya karena pertanyaannya saja sebenarnya sudah membuatku cukup panik mengingat aku harus tetap menyembunyikan subjek spesial ini. Acara pelantikan hari ini lumayan baik, Alexander pamit karena aku menolak untuk berbicara lebih lanjut dengannya. Aku sebenarnya malas basa-basi dengan tim kerjaku karena Arleen terlihat sangat judes sekali apalagi Michael dan teman lelakinya astaga aku saja lupa namanya, mereka terlihat tidak sefrekuensi denganku.
Aku melanjutkan pekerjaan setelah acara pelantikan selesai, banyak yang memberikan selamat kepadaku terutama tim yang bekerja denganku secara langsung. Mereka terlihat senang karena mengira aku tidak sama dengan ibuku yang keras. Semoga mereka tidak salah duga, aku hanya tersenyum tipis sepanjang pujian itu.
Alexander masih tetap menelpon dan mengirim pesan sepanjang waktu. Dia menanyakan kapan aku akan kembali ke rumah pribadi yang dia belikan tempo hari. Bukan hanya dia, aku juga ingin sekali mencoba produk-produk baru yang sudah disediakan di ruangan khusus itu. Namun, aku rasanya tidak bisa kembali karena dia mengirimkan sebuah potongan tangan dengan jari-jari yang terpisah. Milik Alice Spencer, aku sudah menduga dia pasti akan habis di tangan Almonds. Hanya saja cara ini yang tidak ku suka.
"Vanessa, bisa kau letakkan kotak ini di ruang mayat. Sekaligus perintahkan petugas otopsi untuk menyusun potongan tubuhnya dan mengkremasinya setelah semuanya lengkap."
Vanessa yang masuk menghadap kepadaku pun sangat mual seketika mendengar perintahku.
Aku mengangkat alisku heran, "Apakah kau pegawai baru?" tanyaku penasaran.
"Tidak, aku sudah bekerja selama kurang lebih 3 tahun di tempat ini hanya saja aku tidak pernah menjumpai mayat yang dimutilasi." jawab Vanessa dengan raut wajahnya yang merasa jijik, dia masih mual ketika mendekat ke arah kotak ini.
"Mengapa mereka tidak mengirim ke rumah sakit saja?" protesnya ketika akan mengambil kotaknya.
"Mereka akan menunggu lama karena banyak mayat yang diotopsi di rumah sakit untuk keperluan penyidikan. Tapi, di tempat ini tidak perlu menunggu lama karena biasanya mayat hanya akan dikremasi." jelasku kepadanya.
"Kotak lain akan dikirim dalam bentuk yang lebih besar karena memuat bagian tubuh yang lain. Seth akan mengurus mereka, jangan khawatir. Kau hanya perlu menyingkirkan kotak ini dari hadapanku." perintahku kepadanya.
"Baiklah," Dia terdengar sedikit terpaksa ketika mengangkat kotak itu, sesekali dia terlihat mual ketika berjalan mengangkat kotak itu. Aku tertawa kecil melihatnya.
Benar saja, beberapa saat setelah kotaknya dipindahkan ke ruang mayat. Seth melaporkan bahwa terdapat kiriman baru berupa kotak besar yang berisi potongan tubuh Alice yang lain. Hal ini sebenarnya pertama di laboratorium untukku. Namun, aku mendengar cerita ibuku beberapa kali tentang mayat yang dimutilasi oleh Almonds karena mereka adalah mata-mata yang dikirimkan oleh red. Sebenarnya, Foster sangat ingin memusnahkan seluruh anggota Almonds yang tersisa meskipun belum terdengar kabar Almonds berbuat ulah akan tetapi, dia menolak karena apa yang terjadi di masa lampau sudah cukup baginya.
Kakek secara pribadi mempertimbangkan keputusannya demi melihat agar tidak ada anak cucunya yang tersakiti. Aku masih mengingat dia menatapku dalam waktu pertemuan tempo hari di Perth ketika aku masih kuliah. Dia juga sangat bersedih ketika mengetahui bahwa aku hampir dibunuh oleh Almonds. Yah, aku adalah Bolo kesayangannya, aku masih ingat dia sering memanggilku dengan nama itu ketika masih kecil. Aku sangat menyukai masa itu dimana luka itu belum singgah di hatiku.
"Seth, bagaimana apakah semua sudah lengkap? Pastikan semuanya sudah lengkap, aku ingin kau mengabari adiknya sebelum mengkremasi jasadnya yang mengenaskan. Aku harus pergi karena ada urusan penting." perintahku kepada Seth yang sedang mengawasi para perawat menyusun tubuh Alice.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Desire
RomansaFoster S-3 Alexander & Isabella (21+) Alexander Grant Foster memilih untuk menikah dengan Jane Maynard, kekasih dan sahabatnya setelah kematian calon istrinya. Dia mencintai istrinya yang kian hari mulai pudar karena kehidupan sebelum dan setelah pe...