Zara kembali ke dalam kamarnya, penjara berjeruji yang disebut KAMAR itu.
Ia menatap perutnya yang terdapat bekas luka sayatan besar di sana, jahitan besar yang sudah mengering namun masih terasa sama sakitnya. Luka yang busuk merah keunguan yang sudah tidak membuat Zara merasa mual lagi sangking terbiasa nya dia.
Zara menutup kembali perutnya dengan baju yang ia gunakan, lalu pandangannya beralih pada cermin yang menampilkan dirinya dengan penampilan berantakan sekarang.
Entan sudah berapa kali dirinya merasa mual karena penampilannya sendiri yang mengerikan yang terkadang membuatnya takut hanya untuk menatap pantulan dirinya sendiri dari cermin.
Zara menyisir rambutnya dengan tangannya, rambut pink yang perlahan pucat membuatnya membuang nafas panjang, rambut panjangnya terlihat semakin tipis karena rontok dan kulit kepalanya selalu mengelupas karena sering dijambak.
Zara memunduk, ia kembali mengingat sesering apa dirinya mewarnai rambutnya sendiri dari SMP, Rambut Zara tidak pernah berwarna hitam.
Zara ingat bagaimana rambutnya berwarna pelangi saat menginjak kelas 10, dimana dirinya menjadi pusat perhatian pada pandangan pertama karena rambutnya yang mencolok.
Zara merasa dia bisa berekspresi hanya dengan warna rambutnya, disaat orang-orang disisir oleh ibunya, Zara memilih mengecat rambutnya untuk menuangkan rasa kesepian itu.
Dia melampiaskan semuanya ke rambut, mewarnai rambutnya beberapa kali saat merasa kesepian dan memotong rambutnya saat Zara menginginkan sosok Ibu dalam hidupnya.
Namun kini, apa yang Zara harapkan dari semua itu, Untuk sekedar menyisir rambutnya sendiripun begitu sulit untuk Zara.
Zara menatap sekujur tubuhnya, Kaki yang penuh dengan luka memar juga goresan mengering, tangannya pun sama, lehernya yang menunjukkan bamyak tanda keunguan, bibir yang bengkak hingga kening yang memar dengan tanda keunguan membuatnya kembali tertampar akan kenyataan.
Dari kecil, Zara tidak pernah seterluka ini, Seluruh tubuhnya selalu disayang lebih dari apapun bahkan Yesung dan Yedam tidak pernah memukulnya sama sekali.
Namun siapa sangka jika orang pertama yang melukai tubuhnya adalah orang asing yang tidak pernah berperan penting dalam kehidupannya sama sekali.
"Dia gak pernah bawa targetnya ke sana sama sekali"
Zara menoleh, menatap Jay yang datang dengan nampan berisi makanan dan koper ditangannya.
"Mashiho, dia gak pernah bawa targetnya ke gedung tadi" Ulang Jay kali ini menaruh nampan makanan di meja nakas lalu membuka koper besar yang dia bawa.
Zara hanya diam, dia benar-benar tidak mengerti kemana arah ucapan Jay, Ditambah lelaki itu juga tidak melanjutkan kalimatnya.
"Ini isinya baju-baju lo, baju yang sempet gue ambil dari rumah lo pas gue mau bawa lo dari rumah sakit waktu itu" Ujar Jay
Zara baru menyadari hari dimana menjadi hari pertama Zara bertemu Jay yaitu saat Jay ingin membawanya dari rumah sakit dengan dalih bawahan Yesung.
"Makan makanan lo, Lo butuh tenaga buat berontak lagi" Ucap Jay lalu melangkah pergi.
Namun saat jay mengunci pagar kamar, Lelaki itu membalikan tubuhnya lalu menatap Zara,
"Gimana bisa lo buat Mashiho jadi gitu?" Ucap Jay membuat Zara menatap bingung.Sedangkan Jay membuang nafasnya,
"I mean, dia gak pernah ragu buat lakuin apapun, tapi tadi? Dia bahkan keliatan ragu buat nyentuh lo" Ucap Jay sebelum akhirnya benar-benar pergi
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE • Takata Mashiho ver✔️
غموض / إثارة"I'm Mashiho, And you're mine now!" 🔞 ⚠️Kekerasan ⚠️Bahasa Non-Baku ⚠️Unsur Dewasa