Kanker? (50).

2.7K 144 13
                                    

Haii, gimana kabarr kaliann? :)
Semoga baik baik ajaa yaaa...

Happy Reading All
»»--⍟--««

Didalam kamar mandi, gus Azzam melihat dirinya dalam pantulan cermin. Darah terus mengalir dari hidungnya, rasa pusing kini melanda hebat dalam benaknya. Sial! Seharusnya jangan sekarang.

"Jangan lemah! Jangan pingsan sekarang bodoh!. " pekiknya, seraya memukuli keras kepalanya.

Perlahan namun pasti, tubuh gus Azzam kini semakin terkulai lemah. Ia duduk dipojokkan lantai kamar mandi itu.

Saat merasa dirinya tak tahan lagi, ia berusaha mengunci pintu kamar mandi dengan sisa tenaga yang ia miliki. Namun, bukannya berhasil, justru itu membuatnya terjatuh berkali-kali. Hingga percobaan ketiga, gus Azzam berhasil mengunci pintu itu.

BRUKH!

Badan tegapnya kini terjatuh tak sadarkan diri, dengan tangan yang terkena banyak darah.

Disisi lain, Arian dan teman-teman lainnya begitu juga dengan kyai Hasim, bergegas menuju kamar mandi. Apa ini? Apa yang terjadi? Apa temannya memiliki penyakit?. Itulah pertanyaan yang ada dibenak teman-temannya.

"Zam! Lo ngga papakan?. " ucap Ilham, khawatir.

"Azzam, keluar nak!. " ucap kyai Hasim.

Lama menunggu jawaban, akhirnya Adgam dan Aron memutuskan untuk mendobrak pintu itu saja.

BRAKH!
BRAKH!
BRAKH!

Tiga kali dobrakan mereka layangkan, dan akhirnya pintu yang semula tertutup kini langsung terbuka. Saat mereka masuk, mereka terkejut dengan kondisi gus Azzam.

"Astagfirullah!, " pekik mereka bersamaan.

"Azzam! Bangun woi, kenapa banyak darah gini?! Hei, bangun!. " teriak Aron.

"Astagfirullah! Azzam! Nak cepat bawa Azzam ke rumah sakit! Cepat. " perintah kyai Hasim.

"Abi bener, ayo cepet kita bawa ke rumah sakit!. " final Adgam.

Saat keluar rumah, Adgam segera menyuruh Ilham untuk menjaga tahanan kita. Siapa lagi jika bukan Arani?.

"Kenapa harus gue? Kan tadi Aron, Gam. " sungutnya, mengapa harus dia? Bahkan melihat wajah tuanya saja, rasanya ingin muntah.

"Gantian. " tegas Adgam.

Ilham menghela napas gusar, jika Adgam sudah tegas seperti ini, dirinya sudah tak mampu mengeluarkan unek-uneknya.

"Iya!, " sahutnya, lalu beranjak pergi dari sana, menuju ruang tamu. Tak lupa juga, untuk mengunci pintu ruang eksekusi itu.

~~~~

Di perjalanan hanya ada keheningan, Adgam yang bertugas mengendarai mobil itupun, tak tanggung tanggung menekan kecepatan tinggi. Hingga tak ada dua puluh menit, mereka telah sampai dirumah sakit.

Sesampainya disana, gus Azzam segera ditangani oleh dokter dan para perawat. Lama menunggu, hingga setengah jam dokter tak kunjung keluar. Rasa penasaran, khawatir,sedih, kini menyeruak hebat dihati mereka.

Di Atas Sajadah  || END [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang