Izin Pergi (53).

2.5K 131 16
                                    

Ramein yukk :)

Happy Reading All!
______________

Sesampainya digramedia, Alea segera berlari menuju rak yang berisikan novel terbaru. Ia terus mencari novel itu, namun tak ada.

Gus Azzam yang sedari tadi hanya mengekori tubuh kecil Alea, langsung bertanya, kala wajah sang istri tiba-tiba berubah sedih. "Kenapa, hm? " gus Azzam segera mensejajarkan tubuhnya dengan Alea.

"Novelnya engga ada, " ucapnya sedih.

"Bentar, mas bantu cari ya. Nanti juga ada, kalau ngga ada kita pindah gramedia. " gus Azzam mengecup singkat dahi Alea.

Tanpa berlama-lama lagi, gus Azzam sibuk mencari novel itu bahkan sampai rak buku yang tinggi-pun. Namun tetap nihil, novel itu tidak ada.

"Sibuk terus, yang ada urusan kesini siapa, yang sibuk siapa, " ucapnya menyindir gus Azzam.

"Engga sibuk sayang, kamu tadi-kan nyuruh mas buat cari novel kesukaan kamu itu, " ucapnya lembut.

"Iya, tapi ngga harus mengabaikan panggilan Lea! "

"Memang kamu tadi manggil mas? Kok mas ngga denger? "

"Tau ah, udah yuk bayar. Kita pulang sekarang, Lea udah laper ini, "

Gus Azzam mengangguk, setelah sampai dikasir ia segera membayar novel itu.

"Kita makan diluar aja ya? Kalau kerumah pasti perutmu udah sakit karna kelaparan, mending kita makan diluar, "

"Boleh, itu terserah mas. Memang kita mau makan kemana? "

"Ke restoran dekat sini saja, "

Tak lama mobil gus Azzam berhenti didepan restoran. Restoran itu sangat luas, dominan warna putih dengan gold yang menyatu bersejajar, itu sangat indah.

Mereka masuk kedalam restoran itu, dan segera memesan makanan yang diinginkan.

"Baik, ditunggu ya mas, mbak, " sahut sang pelayan dengan ramah.

Pelayan itu-pun pergi menjauh dari area meja mereka. Gus Azzam sedari tadi menunggu momen ini, ada sedikit rasa khawatir tapi apa salahnya jika mencoba. Toh, hanya meminta izin pergi, bukan izin nikah lagi.

"Zaujati, "

"Iya, kenapa mas? "

"Mas mau minta izin, besok mas harus ke New York, perusahaan mas disana lagi ada masalah, dan tangan kanan mas ngga bisa ngatasi. Jadi harus mas sendiri yang turun tangan, kamu bolehin? " jelasnya panjang lebar seraya mengelus pelan punggung tangan Alea.

"Kenapa baru bilang sekarang? Dan kenapa harus mendadak? Kalau begini aku jadi bimbang mas Azzam, "

"Maafin mas, mas waktu itu juga dapat kabarnya mendadak sayang. Jadi mas rencana baru hari ini mau kasih tau kamu, "

"Tapi firasat aku ngga enak mas. Mas ngga usah pergi ya? "

"Ngga bisa sayang, mas harus pergi, karna ini perusahaan utama dari perusahaan lain. Kamu jangan khawatir ya, dan jangan terlalu dipikirin. Mas bakal baik-baik aja, jangan overthinking juga! " peringatnya.

"Iya udah kalau gitu. Nanti malam aku bantuin packing ya, berangkatnya jam berapa? "

"Jam delapan pagi sayang, jadi nanti dari rumah kita berangkat setengah tujuh, "

Alea hanya mengangguk beberapa kali seraya tersenyum simpul kepada suaminya ini. Entah mengapa ada rasa takut, khawatir, ketidak nyamanan, di dalam hatinya. Semoga saja itu bukan pertanda, mungkin efek dia lagi setres karna pekerjaan kuliahnya.

Di Atas Sajadah  || END [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang