Ekhm! (51).

2.5K 122 11
                                    

Bantu ramein yokk, makasihh.

Happy Reading All!
------------------------

Seorang laki-laki berpostur tubuh tegap, kini terbaring lemah diatas brankar. Perlahan matanya kembali terbuka, rasa pusing menyeruak dalam kepalanya.

"Ruangan apa ini? " gumamnya.

"Masih ada yang sakit? Atau ada apa gitu? " tanya laki-laki paruh baya.

"Abi? Ini dimana, bi? " tanyanya. Pasalnya ruangan ini hanya bernuansa putih dan berbagai bau obat menyeruak dihidungnya.

"Rumah sakit. " kyai Hasim mengambil air mineral untuk gus Azzam.

"Umi? Alea? "

"Dirumah, mereka ngga tau kamu disini. Yang bawa kamu kesini ustadz Fahri sama abi, kita lewat belakang pondok. Biar ngga dicurigai orang-orang, " jelasnya panjang lebar, seraya menyerahkan air itu pada anaknya.

"Alhamdulillah, " gumamnya. Gus Azzam menerima air itu, lalu meneguknya hingga tandas tak tersisa.

"Yaudah, kamu istirahat gih. Abi mau keluar bentar, bayar administrasi. Habis itu kita pulang, " ucapnya.

Gus Azzam mengangguk pelan, jujur saja untuk berbicara ia masih lemah. Entahlah, bibirnya terasa sulit digerakkan, dan rahangnya sangat pegal. Apa itu karna ia memakan obat tadi? Pasanya obat tadi sangat keras, berbeda dengan obat pada umumnya. Ah, sudahlah.

Sembari menunggu abinya, gus Azzam iseng membuka handphonenya, sudah lama ia tak membuka benda pipih itu. Walaupun ia bawa kemana-mana namun tetap saja, ia tak memiliki waktu untuk membuka benda itu.

Saat membuka satu aplikasi berwarna hijau, matanya terbelalak kaget. Bisa-bisanya ada seseorang yang berani mengkorupsi uang perusahaannya!. Gus Azzam menggerakkan giginya, amarah dalam dirinya mengebul begitu saja.

"Ada apa, Zam? " tanya kyai Hasim tiba-tiba. Pasalnya raut wajah gus Azzam memerah seperti sedang menahan amarah besar.

"Ada seseorang yang korupsi diperusahaan. Mungkin dua hari lagi Azzam bakal langsung ke New York, " ucapnya.

"Memang tangan kanan kamu disana ngga bisa ngatasi sendiri? Biasanya jika ads seperti itu diperusahaan mu, tangan kanan kamu langsung bisa nyelesaiin, "

"Ngga bisa abi, korupsi yang dia lakukan banyak. Hampir semua dana dia ambil, yang seharusnya dana itu ada delapan ratus milyar, sekarang hanya sisa dua ratus milyar " gus Azzam segera turun dari atas brankar, dan bergegas melenggang pergi dari ruangan itu.

Kyai Hasim yang melihat itu segera mengekori gus Azzam dari belakang. Ia tidak tau, semenjak gus Azzam berkata akan ke New York dua hari kedepan. Hatinya merasa tak tenang. Ah, sudahlah, mungkin ini cuma perasaannya saja yang terlalu khawatir karna keadaan gus Azzam hari ini.

~~~~

Lima belas menit mereka melakukan perjalanan, akhirnya mereka telah sampai dipondok. Hari sudah larut, mungkin ini sudah mulai masuk jam sholat isya.

Gus Azzam dan kyai Hasim segera berjalan cepat ke ndalem, mereka lupa mengabari orang rumah. Mungkin sampai disana mereka akan dimarahi habis-habisan oleh istri mereka.

"Assalamu'alaikum, " salam keduanya.

Pintu ndalem itu perlahan terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya, dengan rotan kecil ditangannya.

Di Atas Sajadah  || END [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang