Lisa pov
Aku sudah sampai di rumah. Aku sempat beristirahat dan membersihkan diriku sebelumnya.
Aku turun ke bawah dan tidak melihat putriku disana. Dimana dia? Apa dia sudah pergi keluar?.
Aku mencoba mencarinya dan itu dia, ternyata dia ada di belakang rumah kami. Aku menghampirinya dan akan berbicara banyak padanya sesuai yang kami bicarakan tadi saat aku baru sjaa tiba.
"Atasa.." Panggilku dan aku duduk di sisinya. Dia tengah melamun sambil memainkan gitarnya, apa yang sedang dia pikirkan?.
"Ada apa? Kau punya masalah hm? Oh ya.. kamu belum menceritakan sesuatu tentang lukamu. Musuhmu dan... mungkin? Gadis yang kau cintai?" Kataku dan dia tertawa disana. Dia meletakan gitarnya dan mulai berbicara padaku.
"Tidak ada musuh bagiku dad.. akan tetapi.. seseorang membenciku hanya karna kesalahpahaman yang terjadi" katanya dan benarkah? Aku harus tau apa yang terjadi dengan anakku karna itu lah cara dimana aku bisa dekat dengannya.
"Sungguh? Kesalahpahaman apa?" Tanyaku.
"Entahlah dad.. dia menuduhku bahwa aku membunuh sahabatnya padahal tidak! Aku bahkan sama sekali tidak tau soal itu" katanya dan aku terkjut mendengarnya. Oh aku yakin anaku tak melakukan itu, aku sangat tau bagaimana atasa.
"Hanya karna aku adalah ketua dari kelompok geng motor yang dia tuduh, dia bisa seenaknya menuduhku seprti itu" katanya merasa tak enak.
Aku tau bagaimana atasa, dia anak yang baik. Dia tak mungkin melakukan itu dan aku sangat mempercayainya. Aku mengajarkannya banyak hal, meskipun aku membebaskannya dalam melakukan apa yang dia mau aku tetap mengawasinya dan menyuruhnya untuk tetap ada batasannya. Dan ya, selama ini aku tak pernah mendengar kesalahan darinya. Dia selalu menepati janjinya padaku untuk tetap menjadi orang baik.
"Dada percaya pdamu.. dada tau kamu tidak mungkin melakukannya" kataku dan dia menatapku dengan senyum indahnya. Perlu kalian tau.. senyumnya sangat mirip dengan jennie, itu sebabnya aku selalu ingin melihat dia tersenyum karna aku suka senyumnya yang sama persis seprti milik ibunya.
"Tapi dad.. apa yang harus aku lakukan unruk membuat dia percaya bahwa bukan aku yanh melakukannya? Jujur, hidup denhan bayang bayang tuduhan seprti ini membuat aku tak nyaman" katanya dan aku mengerti rasanya.
"Dia menginginkan darah di balas dengan darah" katanya lagi kemudian menundukan wajahnya.
Aku mengusap punggungnya dan mencoba menghiburnya. "Atasa.. itu adalah resiko ketika kau menjadi seorang pemimpin di sebuah kelompok. Selain kau harus menjaga anggota mu? Kamu juga harus bertanggung jawab untuk apapun. Dan soal orang itu? Kau tak bisa menghentikannya jika tanpa bukti! Jadi? Yang harus kamu lakukan adalah membuktikannya padanya bahwa kau benar dan tak bersalah" kataku memberi saran padanya.
"Dan.. kita harus menerima kenyataan bahwa tak selamanya semua orang akan suka pada kita... bahkan orang yang memyukai kita saja bisa menjadi membenci kita. Jadi? Kau tak bisa memaksakan semua oranh harus suka padamu ok?" Kataku menepuk nepuk punggungnya.
Aku tau ini tak adil karna aku harus mengatakan ini, tapi itu adalah fakta dimana di setiap kehidupan tidak akan pernah selalu mulus dalam kebahagiaan. Kita perlu mengalami dukanya.
"Tapi aku punya dada yang tidak pernah membenciku kan?" Katanya dan aku terdiam sebentar hingga kemudian aku terkkeh. Tentu saja! Aku bahkan tak punya waktu untuk membenci anakku.
"Tentu saja! Kenapa kamu bertanya? Bahkan sampai kapanpun dada tidak akan pernah membencimu" kataku dan dia tersenyum disana kemudian memyandarkan kepalanya di bahuku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & butterfly
FanfictionPerceraian jennie dan lisa 17 tahun silam membuat kedua anak mereka harus di korbankan secara mental dan bantin. Perpisahan keduanya membuat luka satu sama lain yang masih membekas hingga 17 tahun kemudian. Dan ajaibnya, takdir mempertemukan kedua...