Author pov
Lisa, mengantarkan jennie pulanh kerumahnya. Ini sudah malam dan lagipula, hujan sudah reda yang mengharuskan jennie pulang kerumah atau sang anak akan mencarinya.
Sebelumnya lisa berinisiatif mengajak jennie untuk pergi ke supermarket membeli banyak makanan dan camilan untuk putri bungsunya di rumah. Dia akan memberi banyak makanan dan menitipkannya pada jennie agar jennie bisa memberikannya pada anak itu.
"Kau yakin nanon akan menyukainya?" Tanya lisa ketika mereka sedang berbelanja di supermarket untuk membeli camilan si bungsu.
"Aku yakin. Aku tau bagaiaman betul anak itu..." katanya dan lisa mengangguk anggukan kepalanya meletakan banyak camilan di keranjang.
"Lalu? Apa lagi yang dia suka? Aku akan memberikan banyak untuknya" katanya dan jennie rasa itu sudah cukup? Dia tak mau memberi banyak camilan pada sang anak karna itu akan membuat anaknya tak sehat.
"Sudah? Aku rasa sudah cukup? Dia tidak akan sehat jika memakan banyak camilan" katanya dan lisa terkekeh sambil mereka berjalan bersama.
"Hahahaha sepertinya kau sangat memperhatikan gizinya? Aku yakin dia menjadi anak yang cerdas sekarang" katanya dan jennie tersenyum lembut.
"Itu harus!" Katanya dan mereka berjalan untuk menuju kasir. Oh tapi jennie penasaran dengan lisa dan anaknya selama 17 tahun tidak memberi kabar. Bagaiaman cara lisa mengasuh atasa dan apa yang terjadi selama mereka berpisah? Jennie hanya ingin tau juga tentang sang anak.
"Eum.. dan? Bagaimana dengan atasa? Apa dia juga tumbuh menjadi anak yang cerdas? Kau memberikannya nutrisi yang baik kan?" Jennie berkata dan lisa terkekeh di sisinya. Kenapa jennie sangat tidak mempercayainya untuk merawat sang anak?.
"Kenapa? Kau tidak mempercayaiku dalam mengasuh anak kita?" Katanya dan jennie menelan ludahnya samar dan kembali membuang wajahnya.
"Tenang saja.. anak kita tumbuh dengan baik. Mau dia menjadi anak cerdas atau tidak dia tetap anakku jennie" katanya dan itu membuat jennie tersentuh. Lisa selalu mengatakan anak kita seolah dia tidak akan pernah membiarkan anak anak menjadi hanya anak salah satunya.
Jennie memandangi wajah lisa lekat dan entahlah.. perasaan yang pernah ada sejak dulu seprti tak pernah berubah sampai detik ini. Mungkinkah jennie masih mencintainya?.
"Aku melihat tadi kau tampak akrab dengan seorang pria... siapa dia? Apa dia kekasihmu?" Lisa bertanya tiba tiba membuat jennie mengetukan dahinya. Apa lisa perlu tau itu? Mengapa dia tiba tiba bertanya?.
"Kenapa tiba tiba bertanya?"
"Tak apa.. jika memang kau sudah memiliki kekasih? Aku akan memberimu selamat dan semoga bahagia" katanya tersenyum dan jennie tidak mengeti ini. Mengapa lisa bahkan tampak biasa saja dan seolah tak merasa sesuatu ketika jennie bersama pria lain? Apakah lisa tidak memiliki perasan lagi padanya?.
"Bukan, dia hanya temanku.. namanya Johny.. kebetulan kami akrab" jennie berkata dan oh lisa berubah menjadi Tak enak untuk itu. Dia salah bicara.
"Mian.. aku pikir.." katanya dan jennue tak masalah soal itu.
Um.. apa jennie juga perlu bertanya soal lisa? Dia hanya penasaran dan ingin tau.
"Ekhem.. dan kau? Apa kau juga memiliki seseorsnh bersamamu? Semacam... kekasih mungkin?" Jennie bertanya ragu dan sejujurnya dia malu menanyakan itu karna.. itu adlaah masalah privasi lisa yang tak perlu dia tau.
"Kau menanyakannya padaku?" Lisa berkata dan itu membuat jennie merasa gugup.
"A-ah ya? Kenapa? Apa aku salah bertanya? Maksudku.. jika memang kau memiliki kekasih? Katakan saja padaku_ ah maksudku.. ya katakan saja.. aku akan memberitahu pada anak anak dan tak masalah soal itu.. mungkin aku akan menjelaskan segalanya pada mereka bahwa ya mereka akan memiliki ibu baru yang bersama dadanya dan perlu menerimanya ya kan?" Jennie berkata salah tingkah membuat lisa tersenyum mengerti maksudnya. Jennie membuang wajahnya dan dia benar benar merasa malu sekarang, mengapa dia mengatakan itu? Harusnya dia tidak mengatakan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & butterfly
FanfictionPerceraian jennie dan lisa 17 tahun silam membuat kedua anak mereka harus di korbankan secara mental dan bantin. Perpisahan keduanya membuat luka satu sama lain yang masih membekas hingga 17 tahun kemudian. Dan ajaibnya, takdir mempertemukan kedua...