Jennie pov
Aku sedang dalam perjalanan menuju perushaan lisa. Ya! Aku ingin menemuinya! Jelas! Kami perlu bicara untuk menyelesaikan masalah kami. Aku tidak ingin berpisah dengan mereka dan kami perlu berfikir bagaimana caranya agar nanon mau mempercayai kami.
Aku sampai, keluar dari mobil dan belum sempat aku masuk ke dalam gedungnya aku melihat dia baru saja tiba dan tengah berbincang dengan seorang client nya. Akan aku hampiri dia.
"Lisa?" Panggilku dan dia menoleh.
Lisa mengajakku untuk pergi keruangannya. Hanya kami berdua dengan teh hangat untuk kami di atas meja. Sebelumnya lisa menawarkan bir akan tetapi aku menolak karna perutku mual sejak semalam.
"Apa yang kamu lakukan disini? Jika nanon tau dia akan marah padamu" katanya menuangkan teh di cangkir untkkku.
Aku menatapnya dengan dahi berkrut, kenapa dia bicara seprti itu? Aku datang karna aku berniat baik untuk meminta penjelasan padanya. Ya ampun!.
"Kenapa memangnya jika aku menemuimu? Kau tak sudi aku temui?" Kataku kesal dan dia melirikku kemudian menelan ludahnya samar.
"Tidak, bukan seprt itu.. maksudku, bagaiaman dengan anakmu? Jika dia tau kamu menemuiku maka dia akan marah besar pada mu" katanya dan apa aku perduli? Justru tujuan aku disini adalah agar kita bicara dan mencari jalan keluar untuk masalah kita.
"Justru aku disini untuk bicara pdamu! Kita harus memikirkan ini dan mencari jalan keluarnya lisa! Apa kau ingin terus kita seperti ini? Aku bahkan tak ingin jauh darimu apalagi atasa" kataku tajam dan dia terdiam.
"Lisa aku mohon... aku sekarang sedang stress karna nanon mengancamku bahwa jika kita bersama dia akan pergi jauh dari ku.. aku tak mau itu terjadi tapi aku juga tak mau pisah darimu dan atasa" kataku memohon dan mataku berkaca kaca sekarang.
Aku benar benar stress memikirkan ini sejak semalam. Aku tak bisa tidur karna aku takut ancaman anak itu menjadi kenyataan bagiku, aku tak mau sampai itu terjadi.
Aku merasakan lisa menyentuh tanganku dengan lembut. "Sudahlah.. jangan dipikirkan.. jangan membuat kamu stress.." katanya terlihat tenang. Ya Tuhan! Aku bersumpah untuk orang ini! Kenapa dia sangat tenang padahal aku sudah sangat khwatir sekarang? Bagaimana mungkin dia bisa terlihat tenang huh?!.
"Yah! Kenapa kau masih terlihat tenang huh?! Lisa! Aku sudah sangat cemas disini tapi kenapa kau malah menyuruhku tenang?! Aku tak bisa tenang!" Kataku tajam mendengus ke arahnya.
"Y-ya tapi aku benar kan Hon? Kita harus tenang untuk mencari jalan keluarnya" katanya dan sial! Percuma aku disini tapi aku tak menemukan jawaban apapun!.
"Ck! Idiot! Percuma aku disini! Aku tak menemukan jawaban apapun! Sebaiknya aku pergi saja!" Kataku bangkit dan akan pergi meninggalkannya sampai dia menahan diriku untuk tidak pergi.
"Ok ok ok.. sayang? Tetap disini.. jangan pergi" dia berkata dan aku mendenguskan nafasku sambil memutar kedua bola mataku.
Dia bangkit, mendekatiku. Dia beridiri tepat di depanku dan mengikis jarak diantara kami. "Dengar.. aku tau keresahanmu saat ini.. tapi, kita perlu berfikir dengan pikiran yang dingin... merasa khwatir dan cemas berlebihan tidak akan menyelesaikan masalah" katanya mencoba membuat aku tenang.
Dia memegang kedua bahuku dan menarik daguku agar aku menatapnya. "Kamu tenang saja.. aku bisa jamin bahwa kami tidak akan kehilangan kami.. aku, atasa ataupun nanon... serahkan semuanya padaku... aku akan mencoba meyakinkan anakmu yang itu agar kita bisa kembali sebagai keluarga" katanya dan aku menatapnya lirih. Sungguh? Aku bahkan sangat menantikan hari itu tiba.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & butterfly
FanfictionPerceraian jennie dan lisa 17 tahun silam membuat kedua anak mereka harus di korbankan secara mental dan bantin. Perpisahan keduanya membuat luka satu sama lain yang masih membekas hingga 17 tahun kemudian. Dan ajaibnya, takdir mempertemukan kedua...