Jennie pov
Sudah dua minggu anakku pergi entah kemana. Dia benar benar menghilang dan tak ada kabar sama sekai untuk kami.
Kami semua sudah mencarinya kemanapun di sudut kota, tapi tak ada satupun petinju dan tanda tentang dirinya.
Itu yang menbuat aku khwatir, aku hanya takut sesuatu terjadi dengan anak itu di luar sana. Bagaimana jika dia mengalami sesuatu dan kami semua tak tau? Tidak! Semoga saja tidak! Dia akan baik baik saja dan hanya pergi sebentar kemudian kembali.
"Kami datang!!"
Aku menoleh dan itu adalah ayah dan ibuku, mereka datang untuk menengokku. Mereka tau nanon menghilang dan itu sebabnya mereka disini untuk membantu kami.
"Bagaimana kabarmu jen? Kau sehat kan?" Ibuku memberi pelukan dan ciuman hangat padaku.
"Hm.. ya Mom.. begitulah" kataku tersenyum sekilas dan kembali menundukan wajahku.
Ayahku datang menghampiriku dan memberi sambutan juga padaku. "Kau baik baik saja nak? Sudah... jangan terlalu bersedih.. dad disini untuk membantu kalian" katanya dan aku tersenyum kecil ke arahnya.
Aku pergi ke dapur bersama ibuku untuk membuatkan makanan dan minuman. Ayahku bergabung dengan lisa untuk berbincang di sofa.
Ayah dan ibuku tau lisa dan atasa sudah kembali, merka juga tau permasalahan kami dan ya mereka sangat menyayangkan sikap kami terhadap putri kedua kami. Aku tau.. itu salah ku... harusnya sejak awal aku menjelaskan sesuatu pada nanon dan tidak membuatnya berfikir untuk membenci dadanya. Tapi... ini semua sudah terlanjur dan aku tak tau dimana dia berada.
Ayah dan ibuku belum bertemu dengan atasa, ini di akibatkan kesibukan mereka dan waktu yang tak tepat karna atasa juga jarang bersamaku. Mungkin mereka akan terkejut ketika melihat atasa sudah dewasa nanti.
"Ini semua salahku Mom... seharusnya aku mengatakannya sejak awal pada anaku... dan.. seharusnya aku tidak membuat nanon membenci dadanya" kataku sambil mengaduk teh di dalam cangkir.
"Tidak ada penyesalan yang datang lebih awal jennie... itu adalah resiko yang harus kau tanggung sekarang" Ibuku berkata sambil meletakan kue di atas piring.
"Tapi... aku sekarang menjadi sangat khwatir... bagaimana jika sesuatu terjadi denhan nanon di luar sana? Mom.. bahkan kita semua tidak dapat melacak keberadaannya" kataku lirih dan hanpir kembali memangis sampai ibuku mencoba menenangkanku.
"Sudah.. jangan berfikiran yang aneh aneh.. dia akan baik baik saja aku yakin.. kau juga harus ingat bahwa kau sedang hamil" katanya dan aku menghapus air mataku di sudut mataku. Itu benar.. terkadang aku merasa down dan seketika aku mengingat bayiku di dalam. Aku tak boleh egois untuk melupakannya.
Kami selesai membuatkan makanan dan minuman kemudian kami membawanya ke ruang tamu untuk diberikan pada keduanya.
"Aku sudah melaporkan ini pada pihak polisi uncle.. tapi.. mereka bahkan tidak bisa melacak keberadaan nanon dimana. Itu sangat sulit" lisa berkata dan mereka sedang membicarakan tentang anak kami.
"Hm... kau sudah mencari di kota kota lain? Mungkin saja dia pergi keluar kota?" Ayahku berkata.
Aku meletakan teh dan yang lainnya di atas meja kemudian duduk di sisi lisa berhadapan dengan orang tuaku.
"Aku sudah menyebar semua bodyguard ku untuk mencarinya dimanapun bahkan di seluk beluk Korea" lisa berkata dan aku menghela nafasku kemudian menundukan wajahku.
"Hah... semoga saja cucuku tidak apa apa.. semoga saja dia hanya bersembunyi sebentar dan kembali pulang" ayahku berkata dan aku harap juga begitu.
Aku akan menangis lagi sampai lisa mengenggam tanganku lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & butterfly
FanfictionPerceraian jennie dan lisa 17 tahun silam membuat kedua anak mereka harus di korbankan secara mental dan bantin. Perpisahan keduanya membuat luka satu sama lain yang masih membekas hingga 17 tahun kemudian. Dan ajaibnya, takdir mempertemukan kedua...