Seulgi pov
Aku sedang membaca koran di kursi meja makan sambil menunggu istriku selesai memasak sarapan pagi. Putri kecilku di sisiku sedang menggambar sambil menunggu ibunya selesai juga memasak.
Aleyna sudah berusia 6 tahun dan tahun depan adalah tahun pertamanya di sekolah dasar. Waktu berjalan begitu cepat, padahal baru kemarin kami hanya memiliki yeri di sisi kami. Tapi sekarang? Anak kedua kami juga sudsh tumbuh menjadi gadis cantik.
"Beardy..." dia memanggilku dan aku menutup koranku.
"Hm?"
"Aku ingin memiliki banyak buku gambar.. bisakah lain kali kita membelinya? Please.." dia berkata dan oh? Siang ini aku tak bisa memiliki waktu karna aku akan berada di incheon untuk meeting dengan para anggota parlemen.
"Ok, weekend nanti kita akan membelinya" aku berkata dan dia menatapku tajam sambil mengerungkan dahinya.
"Aku ingin malam ini beardy! Kamu tau? Besok ada lomba mewarnai di sekolah! Jadi? Aku harus membeli banyak buku gambar untuk berlatih" katanya dan ya ampun.. Irene kecilku selalu seperti itu. Kapan aku akan terbebas dari Irene Irene ku?.
"Tapi beardy tak bisa sekarang sayang.. beardy memiliki banyak pekerjaan... oh atau nanti dnegan mommy saja bagaimana?" Kataku dan dia cemberut mempoutkan bibirnya.
Tak lama putri pertama kami turun. Yeri datang menghampiri kami dan menyambut kami di pagi hari, dia sudah siap dengan pakaian sekolahnya.
"Morning.." sapanya. Dia duduk di sebelah adiknya. "Aleyna? Ada apa? Kenapa cemberut?" Tanyanya dan putri kecil kami melirikku tajam.
"Beardy tidak membelikan ku buku gambar!" Katanya ketus dan marah. Hah... bukan tidak, tapi aku tak sempat membelinya jika sekarang.
"Appa tidak sempat yer.. appa ingin pergi ke incheon siang ini dan kemungkinan pulang malam sekali" kataku dan ini adalah bagian dia membujuk adiknya.
"Aleyna... sudah.. bagaimana jika siang nanti kita pergi bersama ke toko buku untuk membeli nya? Unnie akan menemanimu" katanya dan tentu saja anak itu sangat senang dan bersemangat.
"Benarkah unnie? Yeay!!! Terima kasih unnie" dia terkikik girang dan ya ampun... mereka sefrekuensi.
Irene datang membawakan sarapan kami, dia menyajikan makanan di atas meja untuk kami semua.
"Apa yang senang sekali hm?" Tanyanya.
"Mommy.. siang nanti aku dan unnie ingin membeli buku bersama.." Aleyna melaporkan kegiatan apa yang akan dia lakukan nantinya.
"Oh benarkah?" Tanyany dan anak-anak menganggukkan kepalanya.
Irene duduk di sisiku dan kami mulai memakan sarapan kami. "Yeri? Kemarin kamu menjenguk atasa? Bagaiaman dia? Baik baik saja?" Istriku bertanya dan anakku tampak senanh menjelaskannya.
"Ne Mom.. dia sudah baik baik saja. Dia juga mengatakan bahwa sudah sehat dan bisa kembali ke aktifitas nya sekarang" katanya tersenyum lebar.
Istriku ikut tersenyum memandanginya dan ada apa? Apa mereka saling melempar pikiran?. "Kau tampak senang membicarakan nya? Apa kau menyukainya?"
"Uhuk Uhuk!"
Aku tersedak ketika mendengar istriku bicara itu. Yah! Apa apaan ini? Tidak ada! Tidak boleh terjadi!.
"Yah! Ala apaan ini?! Jangan bicara yang bukan bukan bae! Tidak mungkin!" Kataku tajam dan istriku ikut menatapku tajam.
"Memangnya kenapa? Apa salahnya? Anak kita sudah besar bear!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & butterfly
FanfictionPerceraian jennie dan lisa 17 tahun silam membuat kedua anak mereka harus di korbankan secara mental dan bantin. Perpisahan keduanya membuat luka satu sama lain yang masih membekas hingga 17 tahun kemudian. Dan ajaibnya, takdir mempertemukan kedua...