Lisa pov
Hari menjelang malam. Jennie masih disini karna katanya dia masih ingin melihat anaknya dan bersama atasa sampai malam ini. Aku membiarkannya... jennie memiliki hak atas segalanya pada atasa sebagai ibunya, jadi aku membiarkannya.
Aku membawakan teh hangat dan kopi untuk anakku dan jennie. Aku meletakannya di atas meja makan karna kami sedang berkumpul di meja makan untuk berbicara lebih banyak. Ahh.... Aku senang melihat pemandangan ini, andai saja anak kedua kami juga ada disini. Mungkin? Kebahagiaan kami akan semakin lengkap karna kami kembali berkumpul bersama.
"Bagaimana sekolahmu? Mommy penasaran dengan apa saja yanh kamu lakukan selama mommy tidak bersmamu" jennie bertanya penuh kasih pada putri kami. Dia memilih tempat duduk di sisi anak kami dan sepeti tak ingin jauh darinya.
Atasa meletakan kembali cangkir tehnya di atas meja kemudian menatap ibunya di sisinya. "Semua berjalan lancar mommy... tenang saja.. aku menjadi anak yang baik dalam asuhan dada" katanya dan kami terkekeh. Oh jangan katakan itu atasa... dada merasa bangga. Hahaha.
"Tapi sekarang aku sedang mempersiapkan untuk masuk ke universitas... aku pikir aku perlu belajar lebih baik untuk mendapat nilai yanh bagus?" Katanya penuh ambisi.
Perlu kalian tau guys... anak pertama kami memiliki ambisi dan tekad yang baik menurun dari ibunya. Dulu, saat pertama kali aku bertemu dengan jennie aku tau bahwa ya... dia adalah anak yang ambis dan tujuan hidupnya tertata rapih. Sampai pada akhirnya aku menghancurkan semua masa depannya. Sejujurnya jika aku mengingat hal itu aku menyesal, akan tetapi... apa yanh bis aku lakukan? Semua sudah telanjur terjadi.
"Benarkah? Woah... itu bagus sayang.. lakukan apa yang kamu mau dan mommy akan mendukungmu" jennie berkata dan anak itu tersenym lebar mematap ibunya.
"Terima kasih mommy... aku jadi lebih semangat sekarang karna ada mommy" katanha dengan manis dan jennie memeluk nya sebentar kemudian meninggalkan kecupan di pipinya.
Jennie tak berhenti tersenyum menatap anak kami, dia benar benar merasa bahagia melihag putri kami.
"Atasa.. mommy benar bener meminta maaf ne... karna mommy gegabah di masa lalu.. kamu dan adikmu harus menjadi korban perceraian kami... maaf karna mommy tidak sempat merawatmu" katanya dan senyum ku memudar. Aku juga merasa bersalah untuk itu.
"Tak apa mommy... sudahlah.. mommy sudsh mengatakan itu berkali kali.. jadi? Jangan katakan lagi atau aku yanh akan marah karna mommy terus meminta maaf.." katanya dan jennie tetap merasa sedih.
"Tapi sayang_"
"Mom.... Itu adalah masa lalu kita... aku sudah tau semuanya, dada sudah memberitakan semuanya padaku.. aku tak masalah karna ya... aku menghargai keputusan mommy" katanya dan jennie menatapku dengan tatapan haru.
Aku memghela nafas sebelum aku kembali bicara. "Dada juga meminta maaf karna dada terlambat mempertemukan kamu dan mommymu... dada tidak tau jika kamu selama ini mencari mommy dan adikmu... dada pikir kamu tidak perduli soal itu?" Kataku dan dia tersenyum menundukan wajahnya sebentar dan kembali menatap kami.
"Mana mungkin aku bisa memutuskan ikatan antara aku, mommy dan adikku? Dad... kita masih satu darah... mungkin hubungan mommy dan dada sudah putus, tapi ikatan darah? Tidak akan pernah putus" katanya dan ya ampun... dia sudah sangat dewasa.
Jennie menyentuh tangannya dan mengusap tangannya merasa terharu pada anak kami. Itu benar, aku juga terharu mendengarnya.
"Kamu benar benar tumbuh menjadi anak yanh baik sayang.. kamu benar benar sudah dewasa, cara berpikir mu benar benar membuat mommy terkesan" jennie berkata dan kami terkekh.
![](https://img.wattpad.com/cover/354026071-288-k90761.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & butterfly
FanfictionPerceraian jennie dan lisa 17 tahun silam membuat kedua anak mereka harus di korbankan secara mental dan bantin. Perpisahan keduanya membuat luka satu sama lain yang masih membekas hingga 17 tahun kemudian. Dan ajaibnya, takdir mempertemukan kedua...