4

8.4K 743 21
                                    

Jaemin berumur 10 tahun kala itu ketika ia duduk diruang makan sambil menikmati makanannya.

Disampingnya duduk Renjun yang terus mengoceh tentang perjalanannya kekota kekaisaran beberapa waktu lalu.

Dimeja makan itu sebenarnya tidak hanya berisi mereka berdua. Karena itu adalah makan malam kerajaan yang artinya seluruh anggota keluarga kerajaan duduk disana. Itu adalah makan malam wajib yang dilakukan setiap sekali seminggu dimalam rabu.

"Renjun, biarkan Jaemin makan dengan tenang." putra mahkota angkat bicara. "kau juga makanlah." tambahnya.

Renjun memutar bola matanya malas "urus saja makananmu wahai pangeran putra mahkota." jawab Renjun sewot. Mereka berdua kembar tapi entah kenapa Renjun selalu sinis pada Aldric.

Mungkin orang akan lebih percaya jika seseorang mengatakan bahwa Jaeminlah saudara kembarnya. Mereka sedekat itu.

Dan diujung sana ada Ratu yang tidak senang dengan kedekatan itu.

Aldric acuh dan melanjutkan makanannya.

Jaemin tersenyum manis melihat interaksi itu.

Melirik kearah meja diseberangnya, Ibunya makan dengan tenang sambil tersenyum padanya. Ratu juga menatapnya dengan senyum yang sama.

Jaemin senang, tentu saja. ia terus memperhatikan ibunya yang tersenyum hangat padanya. Tapi 2 -ratu dan selir- orang itu adalah 2 orang yang tidak mungkin tersenyum padanya.

Dan saat itu Jaemin sadar, ada yang salah.

dari Jaemin berusia 10 tahun, itu berubah menjadi Jaemin 19 tahun yang duduk diantara mereka.

Jaemin melirik kearah Renjun yang menatapnya dengan senyum lebar, semakin lama semakin lebar dan entah bagaimana mulutnya robek dan mengelurkan darah.

"lihatlah pembawa racun itu. dia hidup dengan tenang." ucap ratu menunjuk kearah Jaemin.

"aku tidak pernah menyesal tidak mengakui keberadaannya. kehadirannya adalah aib." tambah ibu selir masih menatapnya dengan senyum lebar yang entah bagaimana mulai tampak menakutkan dimata Jaemin.

"dasar licik." sambung Aldric ikut menatapnya dengan senyum yang sama menakutkannya.

"seandainya kau tidak pernah ada. harusnya kita tidak membawanya kembali keistana." Raja melanjutkan.

Sekarang Jaemin ketakutan, nafasnya mulai memburu dengan bulir keringat disekujur tubuhnya.

"bagaimana rasanya meracuni saudaramu sendiri?" tanya Renjun merebut perhatian Jaemin.

Lalu tiba - tiba Renjun menghantam kepalanya sendiri kemeja makan, berulang kali dengan cukup keras "kau ingin membunuhku kan?" tambah Renjun sebelum melanjutkan acara -hancurkan kepala sendiri-

Orang - orang diruangan itu berdiri dan menunjuk Jaemin dengan senyum lebar milik mereka sambil melapalkan kalimat yang sama yang mereka ucapkan tadi berulang - ulang.

Jaemin semakin ketakutan ketika jarak mereka semakin dekat, dan sang ibu meraih lehernya.

Dan dengan kedua tangannya, wanita itu mengcengkram leher Jaemin sambil melapalkan kalimat sama berulang - ulang.

"matilah!"

"matilah!"

"matilah!"

Jaemin kesulitan bernafas ketika cekikan semakin kencang dilehernya.

Sampai batas ia benar - benar berfikir ia akan mati, ia mendengar suara lain masuk kegendang telinganya.


EMPIRE | Nomin {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang