Jeno merebahkan tubuh Jaemin diatas tempat tidur.Mereka baru saja tiba dikota terdekat beberapa saat yang lalu.
Sudah terlalu larut untuk kembali ke kota kerajaan, jadi mereka memutuskan untuk istirahat disana.
Jaemin berbaring dengan nafasnya yang teratur, dan Jeno duduk tepat disamping tubuh yang dibalut oleh jubahnya.
Seorang pelayan datang membawa air hangat dan beberapa kain lap seperti yang Jeno perintahkan.
Setelah pelayan itu pergi, Jeno melepas kaitan jubahnya yang membalut Jaemin dengan gerakan pelan, terlalu takut jika tidur yang lebih muda terusik.
Tapi detik ketika kaitan jubah itu ia lepas, bersamaan dengan jantungnya yang berdetak tak karuan, detik itu, Jeno tau perasaannya jauh lebih jelas dari sebelumnya.
Sialnya, perasaannya mencuat di waktu yang benar - benar terlambat.
Yah, Jeno terlambat.
Untuk tau perasaannya, juga untuk datang lebih awal.
Sekarang, pemandangan yang ia dapati berhasil membuat salivanya tertahan dan lehernya tercekat.
Bagaimana tubuh indah yang terakhir kali ia lihat sudah dihiasi dengan bercak - bercak memar merah keunguan.
Jeno tidak bisa membayangkan Jaemin harus melalui malam haula yang selalu ia nanti dengan cara seperti itu.
Rasanya aneh melihat si tengil yang selalu tersenyum bodoh didepannya, berbaring dengan bentuk seperti ini.
Sialan. Jeno tertunduk pelan.
Jika saat itu ia sedikit lebih baik, jika malam itu dia sedikit lebih ramah. Jika kata - kata yang ia sadari kejam tidak pernah ia lontarkan malam itu, mungkin Jaemin tidak perlu mengalami semua ini.
Air mata yang biasanya tidak pernah Jeno tampakkan pada akhirnya jatuh juga. Tangis dominan itu, pecah dihadapan tubuh Jaemin yang tampak berantakan.
Jeno seolah dijebak. Perasaannya tidak bisa ia ingkari karena hatinya menjadi terlalu terluka detik itu.
Jeno meraih tangan Jaemin pelan lalu menggenggamnya erat, menciumnya berkali - kali untuk menyalurkan penyesalannya disana.
Jeno menatap wajah tenang milik Jaemin yang terlelap disana.
Wajah itu selalu jadi favorit Jeno sejak malam itu. Ini adalah kenyataan yang ia ingkari mati - matian.
Entah bagaimana, mata yang tertutup dengan bulu mata lentik juga hidung kecil yang sangat sempurna dengan bibir tipis begitu mudah berhasil membuat merasa tenang dan damai.
Tapi kali ini, wajah tenang itu menyakitinya.
Ada bengkak diujung bibir Jaemin dengan luka sobekan cukup besar disana. Jeno benci fakta dikepalanya. Jeno bisa membayangkan betapa memberontaknya Jaemin hingga berhasil menciptakan luka sobekan yang tidak sedikit disana.
Disisi lain tubuh Jaemin, Jeno menemukan bekas gigitan. Disisi lain, ada memar karena bekas pukulan benda tumpul. Jadi beritahu pada Jeno, bagian mana dari semua ini yang tidak menyakitinya.
Karena setiap luka dan bercak yang ia bersihkan seolah berhasil memberikan sayatan dihatinya.
Ia tidak bisa membayangkan teriakan Jaemin.
Dari tangannya yang lentik, dari kakinya yang bengkak dan bekas luka yang ada disana, luka itu melepuh dengan beberapa duri kecil menempel. Jeno bisa tau Jaemin sempat berhasil melarikan diri. Walaupun akhirnya dia kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPIRE | Nomin {END}
FanfictionJaemin adalah pangeran yang diasingkan, yang selalu disalah pahami karena garis keturunannya. Meski begitu, dia baik hati, ramah dan selalu tersenyum. Bertemu Jeno, pangeran Kekaisaran Heftin, si arogan yang benci dengan senyuman yang katanya tampak...