20

5.5K 528 8
                                    

Jaemin berjalan sambil bersenandung pelan saat memasuki area dapur istana.

Seharusnya ia tidak boleh disana. Yena sudah menekankan hal itu berulang kali hari ini.

Tapi Jaemin merasa kalau dia balik - baik saja. Itu mungkin batu, tapi tak sebesar itu sampai bisa memecahkan tengkoraknya. Memangnya Yena menganggapnya selemah apa?

Jadi Jaemin menyelinap keluar setelah ijin pada Yena untuk istirahat dikamar tidurnya dan tidak ingin diganggu sama sekali.

"apa yang kau lakukan disini?" tanya Gomin begitu melihat Jaemin datang dengan kepala yang tampak sedikit bengkak dan memar.

"membantumu mempersiapkan makan malam." ucap Jaemin sesantai mungkin. Tangannya sibuk mengambil beberapa sayur dan mengulurkannya pada Gomin, bertingkah seperti asisten dapur yang baik. Sedang mulutnya sesekali bersenandung dengan nada pelan dan wajahnya tampak terlalu bersemangat, sangat tidak cocok dengan memar yang ada disana.

Gomin bahkan geleng - geleng dibuatnya. Jaemin lebih senang berarti dia akan lebih repot dari biasanya, meladeni Jaemin tentu saja.

"kepalamu kenapa?"

Jaemin memegang jidatnya yang memang sedikit bengkak dengan memar yang jelas. Tadinya itu berdarah, tapi tak banyak dan sudah di obati oleh Yena. Jadi dia pikir dia balik - baik saja sekarang.

Dan yah, kemampuan sembuh omega sejenis Jaemin itu cepat. Jadi jika kalian khawatir, dia tidak terlalu sakit sekarang. Jaemin sudah baik - baik saja.

"sedikit atraksi. semacam itu." Jaemin tidak mungkin menceritakan kejadian sebenarnya karena gosip adalah yang paling mudah tersebar diistana.

"Hei kalian, pindahkan ini kegudang. Yang itu juga." perintah Gomin pada beberapa pelayan dapur.

"Tumben sekali kau membuat makanan ini dalam jumlah banyak." ucap Jaemin melihat kearah makanan yang Gomin perintahkan untuk bawa kegudang penyimpanan.

"aku akan pergi beberapa hari." Gomin menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya "yah, beberapa hari. Semoga aku bisa pulang."

Jaemin mengangguk "kalau moon goddest dengar doaku, kau pasti pulang. Memangnya mau kemana?" Tanya Jaemin masih memperhatikan orang - orang memindahkan makanan yang diperintahkan.

"Patikan."

"apa?"

"Apa telingamu juga terluka?"

Jaemin tiba - tiba memeluk Gomin, membuat pria tua itu tersentak kaget. "sudah ku duga reaksimu akan berlebihan." ucapnya disela pelukan itu, suaranya agak susah soalnya Jaemin memeluknya terlampau erat.

Jaemin melepaskan pelukannya "jaga - jaga kalau kau tidak pulang." ucap Jaemin kembali membantu Gomin.

Jaemin mengambil pisau dapur dengan ukuran lebih besar ketika tangan Gomin meraih daging.

Jaemin sudah hapal gerakan Gomin, soalnya dia sudah sering disana.

"jadi kapan kau berangkat?"

"tepat saat puncak haula, saat semua orang sedang mempersiapkan malam paling bersejarah dalam hidup mereka, paginya kami berangkat."

"Yah, Kau jadi tidak bisa melihat perayaanku." Jaemin cemberut tapi Gomin agak terkejut.

"Kau akan ikut tahun ini?"

Jaemin mengangguk dengan semangat.

Gomin tau, Jaemin menantikan ini untuk waktu yang sangat lama. Jadi wajar jika tingkahnya terlalu bersemangat hari ini. Baiklah, Gomin maklum.

EMPIRE | Nomin {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang