35

6K 639 27
                                    

Jeno mengulurkan sebelah tangannya, dan Jaemin meraih itu tanpa ragu. Mereka berdua kemudian turun dari kereta dengan bergandengan.

Mereka tiba didepan gerbang istana Toras.

"Ini baru seminggu, tapi rasanya asing sekali." ucap Jaemin pelan.

"Jaemin, jangan berlebihan." ucap Jeno memperingatkan.

Jaemin terkekeh mendengar ucapan Jeno "Jeno, apa setelah kita masuk gerbang itu kita akan lansung keruangan raja?"

"untuk apa?"

"Menikah?" Jaemin terdengar ragu dengan ucapannya sendiri, tapi binar itu kembali diwajah tersenyum milik Jaemin. Binar yang Jeno rasa sudah lama tidak melihatnya.

Oh ayolah. Jeno juga ingin itu, tapi Jaemin dan celetukannya yang memang kadang tidak bisa Jeno tebak sepertinya menjadi lumayan berbahaya belakangan ini. Alasannya sederhana. Karena Jeno rasa ia mulai terlalu menyukai mahluk tak terlalu pintar yang berdiri tepat disampingnya sambil memerkan senyuman bodoh padanya yang sialnya terlihat sangat cantik.

"Kalau kau ingin, kita bisa melakukan itu sekarang." Jawab Jeno kemudian "Jaemin, apa kita perlu kependeta sekarang?"

Jaemin membulatkan matanya mendengar jawaban Jeno "Jeno, bisakah kau pelan - pelan dengan mulutmu?" tanya Jaemin, senyumnya hilang berganti mimik sebal "Jeno, aku bisa saja lansung percaya dengan ucapanmu jika kau berkata dengan ekspresi seperti itu."

"Jaemin, tapi aku ser,."

"oh itu ibu selir." Ucap Jaemin ketika melihat kedatangan selir Liora yang tampak berjalan dengan langkah tak pelan kearah mereka berdua. Di belakang selir Liora ada Yena dan beberapa dayang.

Jeno tidak berhasil menyelesaikan ucapannya karena matanya ikut memandang pada titik yang berhasil mencuri perhatian Jaemin.

Jaemin dengan cepat berlindung dibelakang Jeno "Jeno, bisakah kau menggantikanku hari ini?"

"Apa maksutmu?" tanya Jeno agak bingung, matanya masih mengikuti langkah para wanita yang masih berjalan kearah mereka dengan langkah cepat.

"Jeno, kau tau, mungkin kedengaran menyebalkan. Tapi ibuku tidak terlalu suka padaku. Mungkin kali ini dia akan menamparku karena aku membuat masalah untuknya. Bisakah kau menggantikanku Jeno. Kau kan mete ku." jelas Jaemin panjang.

"Jaemin, apa ibu mu selalu menamparmu ketika kau membuat masalah?" tanya Jeno, ia melempar tatap kearah Jaemin yang berdiri belakanganya, wajahnya tak terbaca.

Jaemin berfikir sebentar "Tidak juga sebenarnya. tapi kali ini aku yakin. Soalnya aku membuat masalah besar."

"Jaemin, kau menyadari kalau kau membuat masalah besar?"

Jaemin berfikir sebentar, tapi kemudian dia mengangguk "Jeno, bisakah kali ini kau menggantikan ku?" tanya Jaemin memelas "ku dengar itulah yang dilakukan mate."

Jeno melirik sebentar kearah selir yang jaraknya sudah semakin dekat dengan mereka.

Jeno meraih lengan Jaemin yang bersembunyi dibelakangnya dan menariknya kedepan, tepat didepan Jeno. Jadi sekarang posisinya Jaemin berdiri dihadapan Jeno, membelakangi pria tampan itu.

"Jeno, apa yang kau lakukan?" Tanya Jaemin memelas ketika melihat ibunya berjalan semakin dekat. Dia itu masih mabuk darat, jika ditampar sepertinya ia akan tepar saat itu juga. Staminanya benar - benar sedang tidak bagus.

"Kau harus menerimanya kali ini. Aku tidak ingin membenci calon mertuaku. Jika ibumu melakukan itu padaku, aku tidak yakin bisa untuk tidak membencinya." terang Jeno.

Jaemin terkekeh, dia kembali menjadi Jaemin yang begitu mudah berubah "Jeno, kau tau itu terdengar seperti kita benar - benar akan menikah."

Tapi senyum Jaemin meluntur ketika sadar jaraknya dan selir semakin menipis. "Jenoo~"

EMPIRE | Nomin {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang