14

5.1K 595 32
                                    


Jaemin menatap kearah Jeno yang berdiri diseberang sana.

Ini sudah seminggu sejak acara Haula di buka. Dan beberapa hari setelah kejadian ciuman itu. Setelah kejadian itu, ini pertama kalinya Jaemin melihat Jeno.

Jeno jadi sulit ditemui.

Tapi Jaemin akan membiarkannya untuk sekarang.

Toh, mereka mate, jadi pada akhirnya Jeno akan berakhir dengan dia dan mungkin akan ada adegan dimana Jeno akan berlutut minta maaf di depan Jaemin nanti. Saat itu terjadi, Jaemin akan memastikan untuk menempatkan Jeno diposisi sulit untuk membalas perbuatannya hari ini.

Jeno berdiri disana, diantara anak pejabat dan beberapa pangeran yang menikmati acara hari itu dengan tenang.

"Pangeran,." Suara kecil Yena berhasil merebut perhatian Jaemin.

"em?"

"sebentar lagi giliran anda." ucap Yena  mengingatkan.

Dan Jaemin menghela nafas pasrah mendengar itu.

Jaemin benci olahraga, khususnya panahan.

Jaemin tidak bisa, lebih tepatnya tidak tertarik.

Jaemin tidak bisa membayangkan dirinya harus mengarahkan anak panah itu pada hewan, terlebih manusia. Mengerikan. Kenapa juga dia harus mempelajari hal kejam seperti itu?

Tapi sialnya, dari sekian banyak hal baik yang mungkin bisa ia ikuti selama perayaan Haula, dia diharuskan ikut memanah.

Sekilas Jaemin tau, siapapun yang mengatur ini, sudah jelas orang itu pasti tidak menyukainya. Ini sama saja mempermalukan Jaemin.

Jaemin jadi kesal sendiri.

Awalnya ia hanya kesal sedikit. Tapi saat menyadari sosok Jeno berdiri diseberang sana, Jaemin jadi lebih kesal. Ini akan sangat memalukan jika ia harus meleset saat Jeno menonton.

Awal mendengar namanya dicantumkan sebagai salah satu partisipan dalam acara Haula, Jaemin sangat bersemangat. Dia yang terbiasa diabaikan, terbiasa tidak masuk hitungan, terbiasa tidak diikut sertakan tiba - tiba mendapat peran. Jadi bagaimana mungkin Jaemin tidak senang?

Tapi ketika tau itu panahan, Jaemin menyesal karena sudah bersemangat. Tiba - tiba Jaemin rasa dirinya lebih cocok diabaikan.

Jaemin jadi merindukan kegiatan lamanya, dimana ia bisa menghabiskan waktunya sesukanya.

Seandainya masih bisa kembali kesaat itu, ia hanya ingin mengikuti Jeno seharian. Jaemin harap Raja Toras menurunkan perintah untuk hanya mendampingi Jeno saja seharian seperti sebelumnya.

Jaemin melirik Jeno sekali lagi. Pria tampan itu berdiri tepat disamping Renjun. Mereka tampak membicarakan sesuatu, Jeno sampai tertawa beberapa kali karena ucapan Renjun.

"dia tersenyum terlalu lebar." Jaemin bergumam pelan.

Jaemin tiba - tiba merasa sedih. Jeno tidak pernah seperti itu saat bersamanya. Saat bersama dengannya, Jeno lebih sering mengeluh dan mengatainya. Kenapa dia jadi begitu berbeda ketika bersama teman - temannya?

Jaemin merasa ingin kesana dan menyuruh Jeno untuk tidak tersenyum selebar itu. Tapi keberaniannya menyapa sama dengan nol.

Jaemin mendengus, tidak bersemangat.

"Yena, apakah kita boleh pulang saja. Aku rasa kepalaku sakit." ucap Jaemin memijit kepalanya yang sebenarnya tidak sakit sama sekali.

"dan membuat orang - orang membicarakan anda sekali lagi? saya rasa itu ide yang buruk pangeranku." tolak Yena

EMPIRE | Nomin {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang