Jaemin berumur 6 tahun saat pertama kali sadar bahwa setiap orang punya orang tua yang menjadi penyebab keberadaannya.
Ini tidak aneh sebenarnya mengingat ia dibesarkan oleh Yeena. Ia hanya tau Yena disepanjang masanya bertumbuhnya.
Yena ada ketika dia bangun dipagi hari, menemaninya seharian, kemudian menidurkannya.
Dia tidak pernah bermasalah dengan itu.
Ketika Renjun dijemput oleh ibu Ratu saat selesai bermain ditaman, ketika Renjun menceritakan semua tentang bagaimana ibu Ratu merawatnya, Jaemin membanggakan Yena sebagai gantinya.
"tapi Yena itu pelayan." ucap Aldric yang kala itu tidak setuju dengan ucapan Jaemin.
"Jaemin anak pelayan?" tanya Renjun kebingungan dengan wajah polosnya.
"bukan." Sanggah Aldric yang memang jauh lebih pintar dari 2 anak itu.
"dia seperti, dayang Ratih." sambung Aldric mencoba menjadikan pelayan terdekat Renjun sebagai contoh paling mudah agar Renjun dan Jaemin paham.
"lalu ibu Jaemin siapa?" tanya Renjun bingung.
Aldric menunjuk kearah Selir Liora yang berdiri diujung sana bersama raja dan ratu.
"ibu selir." Jawab Aldric singkat.
"ibu selir itu, ibuku." sahut Hyunjin tidak terima.
Jaemin setuju, semua orang setuju tentang itu.
Lalu satu hal yang muncul dikepala Jaemin berusia 6 tahun kala itu, pertanyaan sederhana yang semua orang yang lahir dan tumbuh dilingkungannya tidak akan pertanyakan, perihal siapa ibunya.
Jaemin masih cukup kecil untuk mengerti banyak hal kala itu.
Jaemin bertanya pada Yena, dan Yena menjelaskan dengan lembut sebisa mungkin tidak menyakiti Jaemin dan itu berhasil.
Diusia 7 tahun, tepat disaat ulang tahunnya, ia ingat renjun pernah bercerita tentang bagaimana ibu Ratu memberinya kejutan ditengah malam membuat Jaemin terjaga semalaman menunggu kejutannya yang tidak pernah datang.
Ia berumur 7 tahun ketika ia sadar bahwa tidak semua ibu sama seperti milik Renjun.
Diusia 8 tahun, Jaemin mulai paham hal yang dijelaskan Yena saat ia berumur 6 tahun hanya ucapan untuk menenangkannya.
Tapi tak apa, Jaemin yakin setiap orang punya alasannya sendiri dan Jaemin mungkin hanya perlu sedikit lebih mendekat pada sosok itu.
Jaemin ingat ketika ia berdiri didepan istana selir untuk membawa hadiah kecil yang ia buat di kelas kerajinan walau pada akhirnya harus memutar langkah setelah 3 jam menunggu karena kunjungannya ditolak.
Di usia 9 tahun, Jaemin bertengkar dengan Hyunjin perihal ibu mereka, Jaemin ingat ketika selir datang dan membawa Hyunjin pergi dari sana tanpa berbicara sama sekali padanya.
Ia masih ingat hari itu dimana Hyunjin sempat berbalik diam - diam untuk menjulurkan lidah padanya, mengejek.
Dan diusia 10 tahun, saat ia menjatuhkan pas bunga dengan tidak sengaja dan melukai tangannya, ia duduk sambil menatap darah yang meleleh dari salah satu jarinya ketika selir Liora berlari kearahnya dengan wajah yang tampak panik.
"kau harusnya memegang itu lebih erat." ucap Liora dengan nada yang cukup tajam sambil mengobati jemari Jaemin dengan wajah datar dan tatapan tidak bersahabat.
Normalnya Jaemin bersedih karena itu. Semua orang tau ibu selir cukup menakutkan, tapi alih - alih menangis, Jaemin tersenyum lebar dan mengangguk "baik ibu." ucap Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPIRE | Nomin {END}
FanfictionJaemin adalah pangeran yang diasingkan, yang selalu disalah pahami karena garis keturunannya. Meski begitu, dia baik hati, ramah dan selalu tersenyum. Bertemu Jeno, pangeran Kekaisaran Heftin, si arogan yang benci dengan senyuman yang katanya tampak...