Jeno dikelilingi oleh orang - orang yang menurutnya senang menjilat, dan Jeno terbiasa dengan itu.Menurutmu, berapa banyak yang mencoba mencari perhatian Jeno? Banyak sekali. Para pejabat, di istana dan anak mereka di sekolah kekaisaran.
Dia bukan putra mahkota, tapi orang - orang butuh koneksi dengannya. Wajar, karena bagaimanapun, dia seorang pangeran kekaisaran.
Bahkan jika tidak menjadi kaisar, ia akan mewarisi setidaknya satu wilayah yang tidak kecil, atau mungkin dia akan menjadi pangeran pendamping yang membantu kaisar mengambil keputusan.
Tapi meski begitu, tidak banyak yang bisa benar - benar melangkah untuk mendekat. Alasannya sederhana; Jeno itu arogan dan mulutnya tajam, tak banyak yang tahan.
Lantas apa? Oh ayolah, Jeno bukan calon raja yang harus ramah dan baik pada siapapun. Dia tidak butuh itu. Dia tidak perlu punya jiwa baik seperti bagaimana Mark. Dia senang menjadi apa adanya dia. Jeno tau dia tidak akan menjadi kaisar yang baik dan memang tidak berniat dengan itu. Jeno cukup dengan gelar pangeran arogannya.
"Anda tidak bertemu dengan pangeran Jaemin lagi hari ini yang mulia?" tanya Reon. Dia berjalan satu langkah dibelakang Jeno. (Reon adalah salah 1 dari 2 pengawal pribadi milik Mark, dia muncul di chapter 1)
Jeno tiba - tiba menghentikan langkahnya, dia tidak suka kalimat itu.
"Kau ingin Mark menamparku lagi?"
"saya tidak berani yang mulia" Reon menunduk.
2 hari lalu Jeno baru saja ditampar oleh Mark.
"soal pangeran Jaemin,."
"apa maksutnya itu?" Jeno merasa diejek mendengar nama itu.
"saya kira kalian bertengkar. Anda dan pangeran Jaemin."
"Kenapa kami harus bertengkar? Kau membuat itu terdengar seperti kami berada dalam satu hubungan." Jeno tak suka.
"anda menolak pesan dari pelayan istana pangeran Jaemin 2 hari belakangan yang mulia."
Jeno menatap datar.
"Raja memerin,-" Jeno tidak harus menjelaskan point itu. "Hei Reon, aku tidak tau kalau kau seaktif ini bertanya." Jeno melanjutkan langkahnya.
Reon menyusul sambil tersenyum melihat itu. Ah, tentang Reon, sejak kejadian 2 hari yang lalu, Mark memerintahkannya untuk mengawal kemanapun Jeno pergi. Ia tidak ingin adiknya membuat lebih banyak masalah.
Tapi ayolah, Reon terdengar seperti meledeknya menyukai Jaemin, atau mungkin hanya perasaan Jeno.
Dia, menyukai pangeran menyedihkan dengan rumor buruk dan garis keturunan menyimpang itu? Dari mana omong kosong itu berasal? Tidak mungkin.
"Reon, apa aku terlihat seperti sedang menyukai seseorang?" tanya Jeno. Ia masih melangkah dengan Reon yang ikut dibelakangnya.
"Maaf yang mulia." Reon tertunduk, menghilangkan senyumnya ketika sadar alpha tone dari Jeno.
"Aku tidak menyukainya." Tanpa konteks, Jeno Menyangkal.
Tapi bahkan setelah berkata demikian, Jeno menghabiskan hampir seluruh waktunya hari itu, dari pagi hingga petang dengan menanyakan jawaban dari pertanyaannya sendiri. Apa dia menyukai Jaemin?
Benar, Jaemin payah. Dia juga punya rumor buruk dan tidak punya power apapun dipergaulan kelas atas. Dia lebih dari payah, menyedihkan.
Orang seperti Jaemin bukan orang yang akan Jeno biarkan berdiri dengan baik disekitarnya. Tapi, disanalah ia. Di antara pikiran dimana dia menjadi penurut dan pemaklum yang baik untuk laki - laki kecil itu. Itu tidak terdengar seperti dia ketika dia berhadapan dengan Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPIRE | Nomin {END}
FanficJaemin adalah pangeran yang diasingkan, yang selalu disalah pahami karena garis keturunannya. Meski begitu, dia baik hati, ramah dan selalu tersenyum. Bertemu Jeno, pangeran Kekaisaran Heftin, si arogan yang benci dengan senyuman yang katanya tampak...