23

5K 626 84
                                    

Hari ini triple up, mungkin sampe 4. Jadi klu besok libur, gpp yah ❤️


-

Jeno tertegun begitu bibir tipis milik Renjun mendarat tepat diatas miliknya.

Tapi hanya sebentar.

Setelah 3 detik, Renjun menarik diri.

Mereka diam ditempat masing - masing.

Jadi Renjun terkekeh, Sebelum menarik diri lebih jauh. Jeno tidak membalas ciumannya sama sekali. Juga tidak menarik untuk memperdalam itu.

"Sepertinya kau sudah tidak menyukaiku lagi yang mulia." ucap Renjun, dengan senyum yang sama. "ini sangat memalukan." sambungnya tertunduk malu.

"Maaf." ucap Jeno pelan.

"tak apa." Balas Renjun bohong "tapi yang mulia, bisakah kau meninggalkan ku? Aku terlalu malu untuk kemana - mana sekarang."

Dan Jeno menurut, dia bangkit kemudian pergi dari sana.

Renjun menghela nafas, sepertinya dia sudah kalah.

-

Jeno tidak merasakan itu.

Jeno tidak bisa merasakan perasaan yang sama seperti bagaimana ketika Jaemin dan gerakan patah - patahnya merangkul Jeno, tidak ada perasaan yang sama seperti yang ia rasa ketika bibirnya bertemu dengan milik Jaemin.

Pada akhirnya Jeno paham, Renjun bukan Jaemin.

Jika ada perasaan yang bisa ia rasakan ketika bibir milik Renjun menyentuh miliknya, maka itu adalah perasaan bersalah yang rasanya luar biasa tidak nyaman.

Jeno terus memikirkan Jaemin dan senyuman bodohnya begitu Renjun mendaratkan bibirnya disana.

"ah, sialan." Jeno mengerang frustasi, memegang kepalanya yang tiba - tiba berdenyut nyeri. Mereka bahkan belum terikat. Itu tidak wajar jika Jeno memiliki perasaan tidak nyaman seperti itu.

Ia benci menyadari dirinya merasa seperti itu hanya karena Jaemin.

Ia benci ia jadi bodoh karena anak yang sialnya lahir dari garis yang ia benci. Oh ayolah, tidak ada yang bisa meremehkan bagaimana Jeno sebenci itu dengan anak haram. Alasannya jelas dengan kematian ibunya sebagai pengingat.

-

Setelah selesai dengan isak ributnya, Jaemin membersihkan diri dengan air kran. Hiasan yang pelayan bubuhkan pada wajahnya sudah hilang, tapi itu jauh lebih baik.

Jaemin menolak untuk merasakan sakitnya lebih banyak.

Selain kebaikan hati, dan senyumnya, kalau ia kalah sekali, kalau ia protes sekali, kalau ia lemah sekali, maka ia akan benar - benar tenggelam dalam hancurnya yang ia tunda.

Jadi dia memilih diam, mengabaikan setiap sakit yang ia terima dan tersenyum sebagai gantinya.

Selama ini, dia banyak begitu.

Malam ini dia kelepasan sedikit, tapi Jaemin sedang memastikan itu tidak akan berpengaruh banyak pada perasaannya.

Ada banyak malam yang ia lalui dengan kesulitan tidur. Ada banyak hari yang ia lalui dengan menahan dirinya untuk tidak melukai tubuhnya. Karena setiap penolakan itu ia terima, ia menyimpannya rapat, untuk dirinya sendiri. Tidak pada Illard yang membantunya hidup atau pada Yena yang selalu berusaha berada disekitarnya.

Jaemin tidak ingin orang terdekatnya tau kalau dia sebenarnya sudah terlampau lelah.

Jaemin benci hidupnya, lebih dari ibunya membencinya. Lebih dari ayahnya mengabaikannya. Lebih dari ratu yang menginginkan kematiannya. Lebih dari semua pelayan yang diam - diam berbicara buruk tentangnya.

EMPIRE | Nomin {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang