39

5.9K 585 62
                                    





Renjun tersenyum mendengar ucapan salah satu  dayangnya.

Jeno diluar, katanya.

"Lalu apa yang kau tunggu, beri ijin dia masuk." ucap Renjun tersenyum lebar sebelum bangkit dari duduknya untuk berdiri.

Dan tepat setelah ucapannya, pintu istananya di buka, dengan Jeno yang berdiri disana.

Renjun tidak bisa untuk tidak melempar senyuman kearah Jeno yang berdiri disana.

"Jeno, ini pertama kalinya kau kesini." Ucap Renjun memberi Jeno akses untuk masuk.

Jeno memasuki ruangan dengan wajah yang tampak kacau.

"Renjun, pelecehan itu,.."

Renjun agak kaget, dia tidak tau bahwa Jeno akan mengatakan itu sekarang.

"Kenapa kau,." Jeno menundukkan kepalanya, ucapannya menggantung.

Ada jeda yang cukup panjang disana, sebelum akhirnya Renjun angkat bicara.

"Aku,.. aku marah." Ucap Renjun kemudian. "Dia merebut semuanya. Jeno kau paling tau bagaimana aku." tambah Renjun. "Jeno, kupikir kau,. ku pikir kau memihaknya." Renjun tertunduk.

"Bukankah itu berlebihan?"

Renjun mulai berasa bersalah, Yah, bagaimanapun itu memang berlebihan tapi Renjun tidak ingin Jeno melihatnya sebagai orang jahat disana. "Aku hanya menyuruh mereka menakut - nakutinya. Aku tidak tau kalau mereka melecehkannya." Renjun mulai panik dengan ucapannya sendiri, takut Jeno salah paham "Aku,.. aku tidak tau kalau mereka akan melakukan itu Jeno. Aku tidak pernah memerintahkan mereka memperkosanya. Aku hanya,."

"Ketemu." Ucap Jeno, suaranya dingin. Pelan, Jeno mengangkat kepalanya.

"kena kau." tambah Jeno dengan smiriknya.

Dan ketika mata mereka bertemu, Renjun tau dia  salah.

"ternyata itu kau." Jeno menatap tepat kearah Renjun dengan tatapan meremehkan "Pantas saja semuanya buntu." tambahnya terkekeh.

Pelan, Jeno berjalan maju, menghampiri Renjun. Sedang Renjun memundurkan langkahnya dengan takut.

"Sebelumnya, sepertinya aku harus meluruskan sesuatu." ucap Jeno ketika ia hanya berjarak 2 langkah dari Renjun yang sudsh terpojok ditembok "Kau salah banyak hal malam itu." Jeno melanjutkan "Pertama, Aku tidak mengasihani Jaemin.."

Renjun beku ditempatnya.

"Aku tidak tau kenapa aku harus mengatakan ini padamu, tapi aku mencintainya lebih besar dari yang kau tau."

"Kedua, kau salah, jika kau bilang aku tidak berniat mengungkap itu sama sekali." ucap Jeno, mimiknya masih sama, datar. "Aku hanya berhati - hati. Aku bahkan tidak mengasihanimu." tambah Jeno. "Pantas saja aku tidak bisa menemukan garis Ratu disana. Ternyata tebakanku salah."

"Jeno,." suara Renjun bergetar.

"Kau pasti berfikir kau begitu spesial, Renjun." Jeno terkekeh dengan ucapannya sendiri "Padahal kau tau, sekali aku mengklaim sesuatu milikku, aku tidak akan membiarkan orang lain menyentuhnya." Jeno berjalan, melangkah mendekat, mengikis jarak mereka.

"Aku,.." Tangan Renjun bergetar, dia takut sekarang.

"Tapi kesombonganmu membuatku muak." Jeno mencekik leher Renjun "Terima kasih karena keluar dengan sendirinya. Ternyata itu kau." Jeno mengencangkan cengkramannya sampai pada batas kaki Renjun terangkat, tidak menyentuh lantai sama sekali "Beraninya kau menyentuh milikku." ucap Jeno dengan alpha tone dan mata birunya, Jeno marah, berhasil membuat Renjun ketakutan bukan main.

Tapi ketika bola mata hitam Renjun hampir hilang, nyawanya hampir habis, Jeno melepaskan cengkramannya, membuat Renjun jatuh lemas dibawah kaki Jeno.

Jeno menatap lurus kearah Renjun yang masih berusaha meraup udara dengan rakus dibawahnya.

"Aku menunda matimu hari ini. Karena aku tidak akan membiarkanmu semudah itu mati. Kau akan merasakannya pelan - pelan. Bukan oleh hukum Toras atau Kekaisaran. Aku akan menyimpanmu untuk kuhakimi sendiri."

Jeno berjongkok tepat didepan Renjun, dan dengan bola matanya yang masih biru, Jeno mencengkram kuat rahan Renjun "Bajingan, aku akan membuatmu menderita sampai kau memohon untuk mati dibawah kaki omegaku." Tambah Jeno sebelum menghempas dengan kasar wajah Renjun sebelum meninggalkan tempat itu.

Renjun pun Jaemin salah. Jeno tidak berhenti menyelidiki kasus itu. Tidak mungkin dia berhenti saat ia adalah orang paling geram dengan tubuh Jaemin hari itu.

Jeno adalah orang yang membersihkan sisa paling kotor yang orang - orang itu tinggalkan ditubuh omeganya. Dia yang paling merasa bersalah dan hancur diatas tubuh pesakitan Jaemin hari itu.

Dia adalah orang yang menangis untuk Jaemin.

Jadi mana mungkin Jeno menghentikan penyelidikan? mustahil. Jeno hanya berhati - hati. Dia memeriksa semuanya sendiri. Satu persatu, karena dia tidak akan mungkin memaafkan dirinya sendiri jika ia melakukan kesalahan dan pelakunya sampai lolos karena itu.

Buktinya, Jeno hampir melakukan kesalahan itu. Berita baiknya Renjun muncul dengan sendirinya. Jeno salah mengira itu adalah ratu Toras. Karena itu ia berusaha menekan perdana mentri, tapi alih - alih menangkap ikan besar sebagai pelakunya, ia menangkap ular kecil yang menyamar dengan baik.

Jika saja Jeno salah dan Renjun lolos, Jeno tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Jeno terlalu berhati - hati untuk Jaeminnya.

Dan tentang ungkapan cintanya, Jeno tidak ingin mengatakan itu saat dia belum membuktikan apa - apa pada raja. Dia tidak ingin ungkapan cintanya menjadi basa basi yang basi.

Bagaimana dia bisa begitu bangga mengatakan dia mencintai Jaemin ketika bahkan menangkap pelaku pelecehan itu saja ia tidak mampu?

Jeno hanya ingin semuanya sempurna.

Karena itu, Jeno meminta Jaemin sedikit bersabar.

Yah, dia ragu. Tapi ragunya tidak berasal dari perasaannya yang goyah. Ragunya berasal dari kemampuannya sendiri.

Dia tidak ingin jadi laki - laki yang dengan mudah mengatakan hal sesakral itu sedang belum berhasil membuktikan itu dengan tindakannya.

Tapi sekarang, dia mendapatkan orang itu. Mengaku dihadapannya.

Jadi langkah Jeno seolah tidak dibatasi oleh apapun. Ia berjalan dengan langkah tidak lambat menuju keistana Jaemin.

"Pangeran." ucap Dean setalah datang entah dari mana dibelakang Jeno. "Saya siap menerima perintah anda."

"Awasi dia. pastikan dia tidak kabur atau berusaha membunuh dirinya. Aku akan jadi orang yang menjatuhkan vonis untuknya. Jangan biarkan orang kerajaan, terutama Ram tau hal ini." Ucap Jeno panjang, masih dengan langkah yang sama.

"baik pangeranku." Dean menghentikan langkahnya, memberi hormat sebelum terbang menhilang entah kemana.

Sedang Jeno terus melangkah meninggalkan tempat itu.

Tujuannya satu, untuk menyampaikan hal yang paling ingin Jaemin dengar malam ini.

Langkah Jeno sempat berhenti sebentar ketika suara lonceng Jam malam bergema dengan suara cukup keras.

Entah, rasanya jantung Jeno berdetak tidak nyaman.

Tapi kemudian Jeno mengabaikan perasaan itu. Jeno hanya ingin segera bertemu Jaemin sekarang. Jadi dia kembali melangkahkan kakinya yang sempat berhenti.

Jeno tidak tau saja betapa kacau istana Jaemin sekarang.

TBC~

Kalean masokis ❤️

EMPIRE | Nomin {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang