41

8.5K 752 30
                                    

Illard sedang menyantap sarapannya ketika ia mendengar kabar itu.

Kabar tentang Jaemin.

Karenanya, dia tidak perlu lebih banyak alasan untuk berlari meninggalkan ruang istirahat yang disediakan oleh Raja Toras, menuju ke istana Jaemin.

Ketika dia tiba disana, Illard bisa liat jika istana itu jauh lebih ramai dari biasanya.

Istana Jaemin mungkin istana paling tenang. Mereka tidak mempekerjakan banyak pelayan untuk ukuran istana yang cukup besar.

"Aku ingin bertemu Pangeran Jaemin." ucap Illard pada seorang pelayan disana dengan nafas yang putus - putus.

Pelayan itu sudah mengenali Illard, karena Jaemin selalu menghabiskan waktunya dengan pangeran dari Pert itu kapanpun dia datang kekerajaan Toras.

"Tapi pangeran kekaisaran sedang disana, yang mulia. Dan dia melarang siapapun untuk masuk." ucap pelayan itu.

Illard berdecih tak suka "Aku akan masuk, aku akan bertanggung jawab jika dia marah."

Dan belum sempat pelayan itu menahan, Illard sudah melenggang masuk kedalam kamar Jaemin, Terbilang cukup tidak sopan.

Hal pertama yang Illard lihat begitu memasuki kamar itu adalah Jeno yang duduk disamping Jaemin yang terbaring tak sadarkan diri sambil memegang tangan Jaemin.

Illard menghela nafas sebelum berjalan mendekat.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Jeno, dia bahkan tidak berbalik sama sekali.

Yah, itu wajar untuk para alpha. Mereka bisa mengenali feromon satu sama lain. Dan feromon alpha baru yang berani masuk kedalam kamar Jaemin bahkan setelah larangan yang ia buat, mungkin satu - satunya yang akan begitu adalah Illard.

"Mengungjungi sahabatku." Jawab Illard santai. Dia berjalan mendekat kearah tempat tidur dimana Jaemin berbaring tak sadarkan diri.

Illard sempat tertegun sesaat, tidak sanggup melihat bagaimana Jaemin terbaring sekarat disana. Tapi dia buru - buru mengembalikan akal sehatnya. Tidak ingin tampak begitu terluka dihadapan Jeno.

Dia berdecih melihat pemandangan dihadapannya sebelum tersenyum sarkas.

Illard memundurkan langkahnya, menghindari rasa sakit yang sepertinya semakin mekar tak kala melihat Jaemin dengan kondisinya sekarang. Ia mengambil posisi dikursi yang terletak ditengah ruangan. Tidak cukup dekat untuk melihat Jaemin tapi tidak cukup jauh untuk ukuran seseorang yang mengunjungi orang sakit.

"Kau cukup hebat." ucap Illard kemudian.

Jeno tau Illard tidak akan bersikap ramah. Tapi Jeno terlalu lelah, tampak dari kantong matanya. Dia sama sekali tidak tertarik meladeni Illard hingga tercipta hening yang cukup panjang diantara mereka.

"Aku mengenal Jaemin sejak lama." Ucap Illard setelah lelah dengan hening itu. "Dia adalah yang paling sering tersenyum. Dia banyak bicara, meski dibeberapa kondisi dia cukup tenang. Dia baik dan memperlakukan semua orang dengan baik." tambahnya cukup panjang.

Jeno mungkin diam, tapi dia tidak mungkin tidak mendengarkan ucapan Illard.

"Kita berdua tau bagaimana hidupnya. Kau tidak mungkin tidak tau, bagaimana dia berusaha begitu keras." Illard menghela nafas setelah kalimat itu.

Tapi sebenarnya, Jeno tidak benar - benar tau soal ini. Jaemin terlalu sering menipunya dengan senyum lebar seolah dia baik - baik saja. Dan Jeno menelan mentah - mentah apa yang Jaemin sajikan untuknya, selalu begitu.

"Dia selalu tampak yang paling cerah." ucapnya dengan nada pelan diakhir kalimatnya. Berhasil menarik perhatian Jeno. "Aku penasaran apa yang kau lakukan sampai berhasil membuatnya berbaring disana." Illard menopang dagunya dengan sebelah tangannya yang bertumpu pada sisi kursi yang ia tempati duduk. "Seseorang anak laki - laki muda yang mati - matian mencari alasan untuk hidup, berakhir terbaring tak sadarkan diri setelah berada disekitarmu tidak sampai sebulan. Bukankah itu terdengar cukup hebat, yangmulia?"

Sarkas.

"Sepertinya mulutmu yang kejam, bekerja cukup baik padanya." Illard terkekeh sarkas dengan kalimatnya sendiri.

Tapi kemudian, volume suara Illard menciut dengan nada lirih yang kentara "Dia yang berusaha menetap dengan tenang, berakhir melarikan diri. Dia yang berusaha tetap hidup, berakhir menggantung dirinya sendiri." Illard terluka dengan ucapannya sendiri, sedikit miris mengucapkan kalimat itu. Ia tidak bisa bayangkan Jaemin melalui itu "Aku berniat menyinggumu, tapi kurasa aku juga bukan teman yang baik." ucapnya kemudian dengan suara pelan, dia merasa bersalah.

Illard menarik nafas sebelum menghembuskannya kasar, berusaha meredam perasaan tidak nyaman dihatinya "Pointnya sebenarnya singkat. Aku ingin kau tau, kau merusak hidup yang mati - matian berusaha dia jalani."

"Aku tidak yakin harus menceritakan ini padamu atau tidak yang mulia. Tapi pertemuan pertamaku dengan Jaemin adalah ketika dia berusaha mengakhiri hidupnya."

Jeno mengeratkan genggamannya pada tangan Jaemin ketika mendengar kalimat itu keluar dari mulut Illard. Itu hal baru yang Jeno jelas tidak tau.

Illard juga terdengar terluka dengan kalimatnya sendiri.

"Padahal aku kira semuanya sudah baik - baik saja karena dia sudah bertemu denganmu."

"Ini salahku, bagaimana akhirnya dia berakhir seperti ini. Aku melepasnya karena kau adalah matenya. Aku mempercayaimu, dan itu mungkin adalah kesalahan paling besar yang aku lakukan. Aku kira kau akan menjaganya. Meski kau sekejam itu, tapi dia adalah matemu." Illard tertunduk, memegang kepalanya sendiri. Merasa bersalah dan frustasi mengingat bagaimana ia dengan mudah kembali ke Perth tanpa berfikir dua kali. Meninggalkan Jaemin dan topengnya sendirian ditengah ramai yang asing untuk Jaemin. Padahal dia yang paling tau Jaemin adalah orang yang menggunakan topeng untuk hidup. Lalu bagaimana dia bisa jadi orang yang tertipu dengan itu?

Hubungannya dan Jaemin mungkin tampak sederhana. Seorang teman. Tapi itu lebih dari itu. Mereka hanya memiliki satu sama lain untuk waktu yang lama. Jaemin tau hidup Illard dan begitu pula sebaliknya.

Jadi meski tidak terikat darah sama sekali, Illard dan Jaemin ikatannya lebih dari itu.

Awalnya, tujuan Illard adalah membuat Jeno merasa bersalah. Tapi kata - kata yang ia ucapkan berhasil melukai dirinya sendiri. Punggung Illard bergetar, lelaki muda itu menangis disana.

Meski selalu tampak dewasa ketika bersama Jaemin, jauh dari itu, ketika mereka berada disituasi serius, Jaemin adalah sosok kakak yang tidak pernah Illard punya.

Illard selalu terlihat kokoh, itulah bagaimana ia dibesarkan. Tapi dititik tertentu, ketika dia jatuh atau ingin mengeluh, Jaemin adalah sosok dewasa yang sesungguhnya.

"Aku mati - matian memberinya alasan untuk hidup. Tapi alasan itu pada akhirnya membunuhnya." Illard tertuduk marah. Pada Jeno, pada dirinya sendiri.

Tidak jauh dengan Jeno, Illard juga tidak bisa membayangkan dirinya jika Jaemin sampai kenapa - kenapa.

Illard mungkin terluka dengan ucapannya sendiri, tapi Jeno adalah orang yang paling kalah diatas ucapan Illard.

Jeno mengepal sebelah tangannya kuat, menahan rasa bersalah yang berhasil Illard tanam pada dirinya.

Dia tidak tau apa - apa tapi melempar begitu banyak kotoran pada Jaemin.

Lalu bagaimana Jeno akan memaafkan dirinya sendiri setelah ini?

TBC~

EMPIRE | Nomin {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang