16

6K 646 11
                                    

Terima kasih sudah mampir dibook ini 🥰

Di tengah gelap istana, seorang pelayan berjalan dengan langkah terburu memasuki kediaman Ratu.

"Yang mulia ratu,.. " Dayangnya Meri memberi hormat dari luar ruangan sebelum membuka pintu dihadapannya.

Sedangkan Ratu sedang mengisap tembakaunya ketika dayang kepercayaannya memasuki ruangan.

Ini adalah kebiasaan ratu yang tidak bisa ia ubah, bahkan sejak saat sebelum ia menikah.

Didepan Ratu duduk seorang pria berumur yang tampak memperhatikan meja catur dihadapan mereka.

"anda membuat gerakan tidak terduga yang mulia, anda tampaknya semakin mahir dengan permainan ini." ucap Pria tua itu terkekeh.

"Aku belajar dengan cepat ayah." Ratu menggerakkan salah satu pion miliknya sebelum kembali mengisap nikotinnya. "ada apa Meri?"

"Yang mulia, ada berita dari istana Raja. Seorang utusan dari kekaisaran telah tiba malam ini." Jelas Mari.

"hanya itu? itu terdengar terlalu biasa untuk mengganggu waktuku." Ratu menatap fokus pada papan catur dihadapannya.

"tidak hanya itu yang mulia. Utusan itu adalah utusan bayangan. Dia menghadap Raja malam ini. Dan yang mulia, sepertinya utusan itu kembali dari kekaisaran tapi bukan berasal dari sana." Jelas Mari.

Nt: Utusan bayangan adalah utusan yang dikirim kerajaan diam - diam, biasanya membawa informasi penting yang cukup rahasia.

"Raja mengirim utusan kekekaisaran?" Ratu menatap nyalang kearah Mari. "dan kalian tidak tau itu?" tambah ratu dengan nada setengah berteriak, dia marah.

dan Mari dengan cepat berlutut disana. "maafkan saya yang mulia."

"cari tau apa yang disampaikan utusan itu." ucap Ratu dengan kilat amarah yang jelas dimatanya.

"tahan emosi mu Alexa,." ucap pria tua didepan ratu menginterupsi "lagipula kita punya kartu yang cukup kuat." tambahnya seraya tersenyum miring.

-

Jaemin tersentak kecil dalam tidurnya sebelum membuka matanya dengan mimik kaget yang kentara.

"ada apa?" tanya Jeno dengan suara parau ketika menyadari gerakan tiba - tiba disampingnya.

Jaemin sedikit kaget dengan suara itu. Dia hampir lupa kalau dia tidur disana.

Jaemin mengatur ekspresinya, menghapus keringatnya yang sebesar biji jagung didahinya sebelum berbalik kearah Jeno dan menggeleng pelan.

Dia tidak ingin tampak lebih menyedihkan didepan Jeno, lagi. Jeno tidak boleh tau kelemahannya lebih banyak.

"Jeno, kurasa aku lapar." Ucap Jaemin sambil mengelus perutnya.

"kau merepotkan sekali." tapi meski berkata begitu dengan suara tidak bersahabat, Jeno tetap bangkit dari tidurnya, Jaemin tersenyum melihat itu. Jeno itu, tsunder sekali, pikirnya.

Dilihat dari sisi manapun, Jeno menyukainya. Walaupun ucapannya agak ingkar dan sedikit mencekik. Tapi tidak apa - apa. Jeno masih tersesat, pikir Jaemin.

Jeno hanya perlu sedikit dituntun dan Jaemin akan menjadi penuntun yang baik dan sabar.

Jaemin ikut bangkit dari tempat tidurnya dengan cepat menyambar jubahnya.

"kau mau kemana?" tanya Jeno ketika Jaemin tampak bersiap - siap.

"bukannya kita akan keluar makan?"

"dijam segini?" Jeno mengeluarkan jam miliknya dari salah satu laci nakas tepat disamping tempat istirahatnya.

EMPIRE | Nomin {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang