"Lo mirip orang yang gue kenal," ujar Keegan.
"Jangan deket-deket!"
Azello mendorong Keegan menjauh.
Keegan mengambil obat merah.
"Emang lo bisa?"
"AH SAKIT DODOL!"
Dengan kurang ajarnya Keegan menekan keras lukanya. Kenapa juga ada orang macam begini.
"Jangan keras-keras! Sakit tau! Sini gue aja!"
Azello ingin merebut kapas dan obat merah itu dari Keegan, tapi tidak bisa karena kakak kelasnya itu malah menjauhkannya.
Keegan selesai mengobati dengan memberi sentuhan terakhir dengan menempel perban dan plester. Walaupun tidak terlalu rapi.
"Makasih sekali lagi udah nolongin gue. Tapi gue penasaran, sebenernya apa mau lo?" tanya Azello. Dia bingung karena tiba-tiba mereka jadi sering berinteraksi. Ya ada faktor kebetulan juga sih. Bukannya terlalu percaya diri atau apa, tapi ia merasa Keegan seperti ingin dekat dengannya? Buktinya saja sekarang, kenapa laki-laki itu susah-susah ingin mengobatinya padahal dekat saja tidak. Dia juga yakin jika Keegan bukan orang yang sepeduli itu pada orang yang tak dia kenal.
Misalnya saja kemarin, dia melihat salah satu siswa dibully. Tapi Keegan yang notabenenya ketua Osis saja tak ingin ikut campur maupun menolong.
Sedangkan tadi, padahal dia hanya luka kecil seperti itu. Atau mungkin masih ada rasa bersalah padanya karena saat itu menghukumnya sampai dia pingsan?
"Kalau masalah kemarin gue pingsan, itu bukan salah lo kok," lanjut Azello.
"Heh Keegan!"
Azello berteriak memanggil Keegan yang hanya diam saja.
"Nggak sopan."
"Gue lebih tua dari lo, harusnya lo panggil gue pake embel-embel Kak, Bang, atau apapun itu. Orang tua, ayah lo nggak pernah ngajarin hormat sama orang yang lebih tua ya?"
Ucapan Keegan membuat Azello tersentil. Bukan masalah tidak sopan, iya memang dia tidak sopan, tapi Keegan yang menyinggung kata ayah membuat Azello mendadak sedih.
"Jangan bahas ayah, gue nggak punya ayah!"
Azello bangkit, dia berusaha pergi dari sana walau harus tertatih-tatih.
Mendadak dia teringat saat masa sekolahnya dulu.
Hari ini sekolahnya mengadakan perlombaan yang dibuat khusus untuk menambah kedekatan sesama orang tua dengan siswa. Ya, lomba ini mengharuskan para orang tua datang menemani anaknya berpartisipasi dalam lomba. Saat ini dia ada di bangku kelas 2 sekolah dasar.
Semua terlihat riang disana. Namun tidak dengan seorang anak yang duduk sendirian agak jauh dari keramaian. Dia adalah Azello.
Azello menatap pemandangan itu tanpa ekspresi.
"Azello, kamu nggak datang sama ibu kamu?" tanya Angel, selaku wali kelas Azello. Dia mencari salah satu anak muridnya yang hilang, ternyata ada disini.
Azello menggeleng.
"Kamu mau disini aja, atau mau pulang? Nanti ibu izinin," kata Angel. Dia sedikita tahu tentang keadaan orang tua Azello. Ibunya adalah wali tunggal anak ini. Jadi Angel tak ingin banyak bertanya karena takut menyinggung perasaan Azello.
"Disini aja," kata Azello pelan.
"Yaudah Ibu tinggal, ini ada permen buat kamu."
Angel memberikan lima buat permen lolipop berwarna-warni. Azello berterimakasih pada Angel, lalu gurunya itu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLO [END]
Dla nastolatków"Woy, Kuning!" Duagh "Manggil gitu lagi, gue galiin kubur lo!" Pemuda bar-bar bernama Azello itu sungguh tak bisa diajak bercanda. Senggol sedikit langsung bacok. Tapi itu candaan yang menyebalkan, enak saja rambutnya ini blonde you know! Bukan kuni...