AZ || DUA DUA

33.9K 3.1K 206
                                    

Sudah satu minggu berlalu, Azello mulai bisa beradaptasi tanpa kehadiran Lola.

Masih ada Bi Jeni yang bekerja di rumahnya, ditambah ada dua orang pekerja baru yang ditempatkan di rumahnya oleh papanya.

Satu orang lelaki penjaga keamanan rumah dan satu lagi seorang perempuan yang membantu Bi Jeni. Mereka bernama Johnson dan Clara. Clara dan Bi Jeni sudah seperti bestie, Clara yang tadinya menyukai film Hollywood, berubah menjadi sinetron karena pengaruh kuat dari Bi Jeni.

Azello sampai dibuat heran karenanya. Yang penting mereka tidak mengganggu acaranya menonton Pororo dan Spongebob. Ya walaupun Azello lebih sering menontonnya di kamar. Untuk urusan butik milik Lola, diurus oleh anak buah kepercayaan Lola, juga diawasi oleh orang Gillion.

Tak jarang Dariel atau Asher sering kemari, Keegan juga. Kalau Gillion entahlah dia tidak ingat, mungkin sibuk.

Azello memakai sepatunya siap berangkat ke sekokah. Satu lagi yang perlu kalian tahu adalah semenjak ia bertemu dengan keluarganya. Mereka memerintahkan supir untuk mengantar jemputnya, jadi dia tak pernah terlambat. Jadi orang kaya memang enak ya?

Suara deru mobil terdengar, pasti itu mobil jemputannya. Buru-buru dia keluar rumah dan membuka pagar.

"Kok beda?" gumam Azello melihat mobil yang biasa dia tumpangi berubah.

Kaca belakang mobil itu dibuka. Ternyata Gillion yang menjemputnya.

"Come in, Prince."

Gillion membuka pintunya, Azello masuk.

Setelah itu mobil berjalan. Azello merasa canggung, mereka sudah tak bertemu satu minggu. Beberapa kali juga Gillion mengirim pesan menanyakan pertanyaan semacam dia sudah makan atau belum. Azello hanya membalasnya singkat, agak jahat memang. Tapi rasanya dia masih butuh lebih banyak waktu untuk beradaptasi dengan Gillion. Melihat Gillion, Azello selalu teringat perjuangannya dengan sang bunda dulu.

Azello jadi berpikir, dulu saat dia dan Lola susah. Gillion pasti sedang duduk nyaman, menikmati semua fasilitas yang dia punyai. Secara tidak langsung Gillion lah penyebab penderitaannya juga bundanya. Entahlah, hidup memang kadang tak adil.

"Memikirkan apa?" tanya Gillion mengusap bahu Azello.

"Enggak."

"Maafkan Papa belum sempat mengunjungimu," ucap Gillion merasa bersalah. Setiap akan menghampiri Azello, rasa bersalah terus menghantuinya. Kemudian dia sadar, jika dia terus diam saja maka tak akan ada perubahan, dan hari ini dia berinisiatif mengantarkan Azello ke sekolah.

"Sudah sampai Tuan."

Mobil berharga fantastis itu masuk ke dalam halaman sekolah Azello. Hal itu turut menjadi perhatian banyak pasang mata, mereka penasaran siapa gerangan yang datang dengan mobil yang sangat mahal itu.

"Kan udah kubilang di luar aja," kata Azello kesal.

Bukannya menjawab, Gillion keluar. Sebagian dari mereka tahu siapa Gillion, dia adalah seorang konglomerat sekaligus donatur terbesar di sekolah ini.

Gillion membuka pintu untuk Azello. Mau tak mau Azello keluar.

Pria paruh baya itu menggenggam tangan sang anak menuju ke kelasnya.

"Biarkan Papa mengantarmu ke kelas untuk pertama kalinya."

Azello yang kepalang malu hanya bisa pasrah dan menutup wajahnya dengan tangan satunya.

Benar juga, ini pertama kalinya dia ke sekolah diantar papa. Sekarang tidak ada yang mengejeknya lagi tidak punya papa.

Bicara tentang Azello yang di umur 13 tahun sudah kelas 1 SMA. Jelas karena Azello mengikuti akselerasi di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

AZELLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang