"Kak Ash bosen."
Asher menunduk menatap Azello yang memainkan dasinya.
"Sebentar lagi selesai."
Kemudian kembali menatap layar laptop di hadapannya.
"Mau jalan-jalan."
Azello menarik kerah Asher lalu turun dari pangkuan sang kakak. Jika Azello bukan adik pria itu, entah sudah seperti apa nasibnya.
"Prince, tetap disini."
"Enggak mau wlek, Kak Asher jelek."
Secepat kilat Azello keluar dari ruang kerja Asher yang suram. Di luar dia bertemu dengan Johnson yang selalu saja mengikutinya.
"Anda ingin kemana Tuan Muda?"
"Jalan-jalan."
"Perintah Tuan Asher, Anda tidak boleh kemana-mana."
"Boleh tuh, nyatanya Kak Ash diam aja."
Johnson terlihat berpikir, dia menatap Edward yang ada di seberangnya, pria itu hanya mendengarkan sejak tadi. Berdiri bak patung tanpa ekspresi.
Edward yang sadar pun mengendikkan bahu.
Azello melangkah pergi, jangan lupakan Johnson yang setia mengikuti. Mengikuti kemanapun langkah bocah bertopi kucing itu.
Saat Azello masuk ke dalam lift, dia sengaja langsung menutup liftnya agar Johnson tak bisa masuk.
"Dadah Om Jojon." Azello tersenyum girang dengan melambaikan tangannya.
"Jadi orang kaya enak banget ya?" gumam Azello yang baru sadar jika sejak tadi dia ada di lantai 50 dan gedung ini adalah milik papanya.
Ting!
Lift sampai di lantai 8, entah apa yang ada disini karena Azello hanya menekan asal.
Melangkah keluar dengan percaya diri, sepertinya ini adalah ruangan divisi marketing. Disana ada ruangan dengan banyak kubikel di dalamnya.
Tentu saja Azello hanya melihat dari luar, tidak ingin mengganggu para pekerja.
Kedatangannya yang mencolok itu lambat laun disadari oleh satu persatu pegawai disana.
"Anaknya siapa ini nyasar kesini?"
"Adek lucu banget sih, mau coklat nggak?"
Dua pegawai bernama Rara dan Renata menghampiri Azello.
"Mau, makasih kakak." Azello tersenyum senang hingga memperlihatkan lesung pipinya, membuat kedua perempuan itu menahan pekikan.
"Gemes banget sih."
"Adek anaknya siapa?"
"Anaknya bunda."
Rara gemas, buka itu maksudnya.
"Sini duduk."
Renata menarik Azello ke dalam, kasihan juga kan anak hilang sendirian di koridor.
"Anak siapa yang kamu bawa Re?"
"Anak gue." Renata menjawab asal.
Rara menyenggol lengan Renata.
Renata melihat arah lirikan Rara. Dia meringis mendapati Darwin, direktur mereka yang kaku. Entah apa yang membuat pria itu datang kemari.
"Halo Om," sapa Azello pada Darwin, sepertinya Darwin seumuran dengan kedua kakak kembarnya.
"Benar anakmu?" tanya Darwin pada Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLO [END]
Novela Juvenil"Woy, Kuning!" Duagh "Manggil gitu lagi, gue galiin kubur lo!" Pemuda bar-bar bernama Azello itu sungguh tak bisa diajak bercanda. Senggol sedikit langsung bacok. Tapi itu candaan yang menyebalkan, enak saja rambutnya ini blonde you know! Bukan kuni...