"Kamu kan sudah bukan bagian dari tim basket lagi," kata pelatih saat Azello akan bergabung dengan mereka.
Tentu saja Azello terkejut, ya memang sih sejak pertemuan kedua dia belum pernah masuk lagi, tapi dia kan tidak mengundurkan diri.
"Kenapa bisa, coach? Apa karena aku udah nggak pernah masuk?"
"Bukan, tadi coach terima surat pengunduran dirimu. Ditandatangani langsung oleh keluargamu."
Azello berusaha menyangkal, tapi tetap saja sekeras apapun dia membujuk sang pelatih. Pria itu malah berkata agar menanyakan langsung dengan keluarganya.
"Gimana Zel?"
Bahu Azello merosot. Padahal kan dia sudah mulai meniatkan diri agar serius menekuni bidang ini. Apalagi tadi dia bermimpi jika menjadi pebasket terkenal. Ya walaupun dulu cita-citanya adalah ingin jadi orang yang banyak uang, tidak sespesifik itu. Karena dia hanya berpikir jika banyak uang maka bundanya tak perlu bersusah payah bekerja lagi.
Ah, Azello jadi melankolis kan. Dia mengusap pipinya yang terdapat air mata.
"Jadi kangen bunda."
"Jangan sedih, ntar pulang coba bicarain baik-baik sama mereka. Bilang apa mau lo," kata Deon menepuk pundak sahabatnya.
Jadi Azello hanya melihat latihan basket dari pinggir lapangan dengan muka kesal. Awas saja setelah ini dia mau marah, semarah-marahnya!
Bahkan satu jam kemudian, Azello masih betah duduk disana.
"Loh nggak pulang? Panas disini Zel." kata Deon yang duduk di sebelah Azello dengan meminum air mineral. Keringatnya bercucuran karena sparing. Ia melirik Azello yang betah dengan diamnya.
Deon meletakkan botol minumnya, ia menarik Azello bangkit, menariknya ke berteduh di pinggir bagian rindang yang ada pohon di atasnya.
"Seenggaknya kalau mau liat mending di teduhan."
"Ah, gue sebel!" kata Azello menghentakkan kakinya.
"Emang bocah, dasar kuning."
"Apa?!"
"Ini kuning lapangannya," ralat Deon. Daripada bocil marah dan nangis kan, nanti dia sendiri yang repot.
"Huft."
Teringat sesuatu, Deon merogoh saku celananya. Mengeluarkan dua lolipop dari sana. Lalu memberikannya pada Azello.
"Gue lanjut dulu," ucap Deon sambil menepuk kepala Azello lalu pergi.
"Nyogoknya pake lolipop," gumam Azello. Tapi tangannya bergerak untuk membuka bungkusannya, kemudian memasukkannya dalam mulut.
"Tuan Muda," panggil seseorang saat Azello baru akan memejamkan matanya karena mengantuk, efek duduk di bawah pohon yang rindang.
Azello mendongak menemukan Johnson yang berdiri menjulang di depannya.
"Anda sudah ditunggu Tuan Keegan sejak tadi untuk pulang bersama."
"Nggak mau pulang, mau nginep disini aja," balas Azello menatap Johnson malas. Jangan bilang sejak tadi pagi, Johnson sama sekali belum kembali.
Johnson sedikit tersentak, "kenapa, Tuan? Nanti Anda bisa kena marah."
"Bodo, pokoknya enggak. mau. pulang. titik." Azello menekankan katanya di setiap suku kata. Padahal juga dia tidak mungkin menginap di sekolah. Nanti rencananya, ia akan menginap di rumah Galaksi saja.
"Om Jojon pulang aja sana."
Ponsel Johnson berbunyi, Keegan yang menelepon.
"Maaf, tapi Tuan Muda Azello katanya tidak ingin pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLO [END]
Teen Fiction"Woy, Kuning!" Duagh "Manggil gitu lagi, gue galiin kubur lo!" Pemuda bar-bar bernama Azello itu sungguh tak bisa diajak bercanda. Senggol sedikit langsung bacok. Tapi itu candaan yang menyebalkan, enak saja rambutnya ini blonde you know! Bukan kuni...