"Tau nggak, dokter yang itu tuh, galak tau. Jangan mau sama dia." Azello menunjuk Dariel saat berbisik pada salah satu pasien yang seumuran dengannya.
Azello sudah selesai dengan acara menemani Asher di kantornya, juga ini hari ketiga dia ada di rumah sakit tempat Dariel bekerja. Untuk membunuh rasa bosan, dia tak segan berinteraksi dengan orang-orang disini.
"Yang bener?"
"Iya, masa aku bohong."
Anak yang berbincang dengan Azello bernama Calvin. Calvin memiliki penyakit gagal ginjal. Entah sudah berapa kalinya dia ke rumah sakit untuk kontrol rutin dan sekarang harus dirawat di rumah sakit.
"Tapi aku beberapa kali kontrol sama dokter Dariel, orangnya ramah."
"Jangan percaya, itu cuma gimmick."
Azello mengaduh saat telinganya ditarik pelan. Dia tahu siapa pelakunya, makanya dia pura-pura kesakitan.
"Hehe Kak Ash."
"Jangan berbohong, tidak baik."
"Ih kan bener, tuh galak kan."
Dariel membawa Azello keluar dari ruangan rawat inap. Adiknya ini bandel sekali, padahal sudah dia suruh bermain jangan jauh-jauh dari ruang kerjanya. Ditambah Azello yang selama di lingkup rumah sakit dia tak ingij diikuti oleh Edward maupun Johnson. Jadi dia hanya mengutus pengawal lain yaitu Tian untuk membuntuti anak ini.
Namun Tian berakhir tertidur, sepertinya Azello mencampurkan obat tidur pada minuman yang dikonsumsi Tian.
Sungguh Dariel tak habis pikir dengan tingkah laku adiknya. Salahnya juga yang mengajak Azello kemari. Walaupun begitu, saat teringat dan melihat Azello ada disini rasa lelahnya seakan langsung sirna.
"Kak Riel, itu Kak Kai kan?"
Dariel melihat ke arah yang dimaksud Azello.
"Iya, lalu?"
"Mau ketemu."
"Kak—"
Dariel membekap mulut Azello, "jangan berteriak."
"Mulut Kak Riel bau alkohol, habis ajeb-ajeb ya?"
Dariel meraup wajah Azello. Padahal bau alkohol yang dimaksud adalah alkohol yang digunakan untuk mensterilkan.
"Kamu tahu ajeb-ajeb itu apa?"
"Tau, yang minum alkohol terus mabok terus joget-joget kayak orang gila itu kan?"
"Anak kecil jangan bicara hal yang orang dewasa lakukan."
"Aku kan udah dewasa."
"Dewasa darimana, hm?"
Dariel menyatukan kening mereka, gemas dengan Azello. Kemudian mengecup dahi anak itu.
"Coba sebutkan bukti jika kamu sudah dewasa."
"Aku udah tinggi..."
"Tinggi?"
"Jangan ngejek! Kak Riel yang ketinggian. Terus 2 tahun lagi lulus SMA."
"Umurmu masih 13, masih jauh dari dewasa."
Azello kesal, saking kesalnya dia menabok keras lengan atas Dariel. Bukannya marah, kakaknya itu malah tertawa.
Kemudian Dariel membawa Azello ke tempat yang dia tunjuk tadi.
"Azello?"
"Turun."
Azello turun dari gendongan Dariel, lalu mendekat ke brankar Kairel.
"Kak Kai sakit apa?"
"Sakit..." Kairel berhenti bicara, dia menatap Azello yang naik ke brankarnya. Duduk bersimpuh, menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLO [END]
Fiksi Remaja"Woy, Kuning!" Duagh "Manggil gitu lagi, gue galiin kubur lo!" Pemuda bar-bar bernama Azello itu sungguh tak bisa diajak bercanda. Senggol sedikit langsung bacok. Tapi itu candaan yang menyebalkan, enak saja rambutnya ini blonde you know! Bukan kuni...