AZ || TIGA BELAS

38.9K 3.3K 89
                                    

"Kenapa bete gitu Zel?"

Deon menatap heran kawannya yang terlihat tak senang itu. Padahal tadi pagi heboh bertanya harus membawa apa untuk basket hari ini. Sudah seperti mau perang.

"Habis kena najis dugong." Azello masih mengusap-usap pipinya.

"Udah lupain aja, 10 menit lagi kita main," ucapnya walaupun Deon tak mengerti apa yang dimaksud Azello.

"Kenapa ada dia, Yon?"

Azello menunjuk Keegan yang dengan santai duduk berdampingan dengan pelatih basket mereka.

"Lah iya, ngapain dia disini? Selama gue ikutan basket nggak pernah ada dia."

"Sekarang semuanya kumpul."

"Lari keliling lapangan dua kali, habis itu pemanasan bareng."

"Lo oke?" tanya Deon memastikan keadaan Azello yang terengah-engah.

"Oke kok."

"Khusus hari ini akan dibagi dua kelompok. Satu sama gue, lainnya sama Keegan. Kelas 2 sama 3 ikut gue."

Raut wajah Azello langsung tidak enak dilihat. Dia mencium bau-bau konspirasi disini.

"Ambil bola masing-masing, dribble pake tangan kanan 50 kali, tangan kiri juga 50 kali."

"Oke Kak," jawab yang lain.

"Posisinya yang bener," kata Keegan.

Walaupun tidak spesifik berkata pada siapa, tapi Azello merasa perkataan itu untuk dirinya.

Merubah ekspresinya, Azello mendribble bola membelakangi Keegan.

"Sekarang pake dua tangan."

Begitu terus, sampai Azello bosan.

"Yon, emang biasanya kayak gini?" Azello berbisik, sembari melirik anak basket kelas 2 dan 3 yang sudah sparing.

"Enggak, biasanya langsung main."

Entah ini perasaan Azello saja, karena dia merasa Keegan sengaja.

"Kita kapan mainnya?" tanya Azello akhirnya. Karena sejak tadi mereka hanya memainkan bola di tempat.

"Nanti."

Sudah lebih dari satu jam mereka hanya mengoper-oper bola tidak jelas. Azello sudah mendumel sejak tadi, tapi Keegan seakan tak mendengar. Yang lain hanya bisa membatin karena mereka tahu siapa itu Keegan, salah-salah bisa nyawa mereka yang melayang.

"Latihan hari ini selesai," kata Keegan tiba-tiba.

Azello menganga tak percaya. Tak habis pikir dengan ucapan Keegan. Karena kesal dia melempar Keegan dengan dua bola yang ada di genggamannya. Sialnya Keegan bisa menghindar dengan mudah.

Azello menatap kakak kelasnya itu penuh permusuhan.

"Woy Bang Ke gelut yok!"

Keegan hanya menaikkan satu alisnya, tanpa berkata apa-apa lagi pemuda itu pergi meninggalkan lapangan.

"Gue beneran nggak habis pikir," kata Deon.

Deon mengajak Azello yang terlihat emosi itu ke pinggir lapangan.

"Nggak seru, kalau gini mending gue keluar aja."

"Jangan dulu, coba kita liat minggu depan. Siapa tau Keegan udah nggak ada."

"Nggak ada, maksudnya meninggoy gitu?" ucap Azello dengan tak berdosa.

"Ya nggak gitu juga Zel." Deon merangkul Azello dengan gemas. Untung Keegan sudah pergi, jika tidak pasti kakak kelasnya itu sudah berubah menjadi Hulk.

AZELLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang