Dariel menepikan mobilnya. Kemudian memeriksa dahi Azello, ada luka lebam berbentuk lingkaran di dahi karena terpentok dashboard. Untung sana bukan di tengah, jika di tengah sudah seperti orang India.
Azello melihat Dariel mengeluarkan sebuah kotak. Ada berbagai macam obat disana termasuk jarum suntik, stetoskop, perban dan kawan-kawan.
"Lo dokter kan?"
"Bukan, saya dukun."
"Jangan maen-maen sama jarum suntik!" Azello langsung berteriak kala Dariel seperti akan mengambil jarum suntik. Apa jidatnya akan disuntik? Tidak mungkin kan?!
"Tidak usah ge er, saya mau ambil ini."
Dariel mengambil salep yang ada di balik tumpukan jarum suntik itu.
Azello bernapas lega, dia kira nyawanya akan melayang disini karena ditusuk dengan puluhan jarum suntik.
"Mendekat."
Dariel dengan telaten mengobati Azello. Sesekali Azello meringis dan melampiaskannya dengan menabok lengan Dariel.
"Sudah, pakai sabuk pengamanmu."
Beberapa saat kemudian mereka sampai. Azello baru sadar akan sesuatu. Lagi, Azello merasakan sebuah keanehan.
"Bentar, kenapa tadi lo kayak langsung tau arah rumah gue kemana?"
Dariel mengendikkan bahu, "hanya menebak."
Azello memicingkan mata, tak percaya pada ucapan Dariel.
"Jangan lupa bawa uangmu."
"Gue cuma ambil dua lembar, ntar kalo gue ambil semua disangkanya gue habis ngepet."
"Berarti kamu babi?"
Tanpa merespon kata Dariel, dia keluar dari mobil dan membanting pintu dengan keras.
"Ganteng gini dibilang babi! Lo kali yang babi, babi titan."
***
Satu minggu ini, hidup Azello tenang dan damai. Saat ekstrakurikuler basket kemarin juga tidak ada Keegan yang merusuh.
"Kayaknya lo seneng banget Zel? Abis ketiban duren ya?" tanya Deon.
"Gue seneng aja gitu, nggak kayak minggu kemarin, hidup gue penuh kerusuhan."
"Siapa yang bikin rusuh?"
Tidak mungkin kan dia mendadak bercerita soal Keegan dan om-om kembar.
"Ada lah pokoknya."
"Galak, pinjem duit dong," ucap Azello dengan puppy eyes-nya.
Tapi hidupnya tidak semulus itu karena dia tidak punya uang sekarang. Karena saku celananya bolong. Hanya ada sepuluh ribu di saku bajunya dan sudah dia belikan bakso.
"Buat apa?"
"Beli lolipop, 5 rebu aja."
Galaksi mengambil uang dari sakunya dan memberikannya pada Azello.
Azello langsung berlari pergi membelinya di minimarket sekolah.
"Ada-ada aja tuh bocah."
Mereka berempat juga sudah lebih dekat sekarang. Azello sudah lebih jinak dengan mereka, terutama saat bersama Galaksi. Bisa dibilang mereka bak kakak adik. Tadinya Deon menyuruh Azello untuk memanggil mereka abang atau kakak karena mereka lebih tua tiga tahun, tapi jelas saja Azello menolak dan mendiami Deon selama tiga hari tiga malam. Akhirnya Deon menyerah dan membujuk Azello dengan susah payah. Deon hampir angkat tangan lalu Galaksi mengusulkan untuk membujuk Azello dengan memberikan lolipop. Bak sulap, Azello langsung memaafkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLO [END]
Teen Fiction"Woy, Kuning!" Duagh "Manggil gitu lagi, gue galiin kubur lo!" Pemuda bar-bar bernama Azello itu sungguh tak bisa diajak bercanda. Senggol sedikit langsung bacok. Tapi itu candaan yang menyebalkan, enak saja rambutnya ini blonde you know! Bukan kuni...