"Tolong ada Om-Om, saya mau diculik!"
Para pengunjung warung bakso langsung menaruh perhatian pada mereka.
"Maaf semuanya, adik saya sedang kumat."
"Prince, don't be naughty," bisik Dariel penuh ancaman. Untung saja Dariel tidak serta mengajak para bawahannya, jika iya mungkin dia benar-benar dikira benar menjadi penculik anak.
Dariel menggandeng Azello keluar, untung saja Azello menurut. Dia heran, baru saja ditinggal sebentar sudah hilang. Saat mengecek CCTV tadi, Dariel sampai tak bisa berkata-kata karena melihat kelakuan Azello yang sampai menyamar menggunakan dedaunan. Ada saja tingkahnya, apa umur segitu sedang aktif-aktifnya. Seingatnya saat umur segitu, dia lebih ke pendiam.
"Dadah Kale, bayarin baksonya ya thank you muach." Azello baru akan memberikan kiss bye, tapi tak jadi karena Dariel sudah mengangkat tubuhnya seperti karung beras. Memang kakak tidak berperikeadikan sekali. Haruskan dia laporkan ke komnas perlindungan adik?
"Nakal."
"Kakak yang nakal," balas Azello tak mau kalah.
Sepanjang perjalanan hening melanda.
Azello duduk menjauh dari Dariel. Pria itu bingung, harusnya kan dia yang marah karena adiknya ini keluar tak izin. Ditambah malah makan bakso setan.
***
"Sudah puas kaburnya?" tanya Asher tajam.
"Duduk," titah Gillion.
Azello duduk di hadapan dua lelaki itu, pun dengan Dariel.
"Aku nggak kabur, cuma keluar sebentar."
"Sama saja."
Aura ketiga pria ini membuat Azello menunduk takut. Dia tak berani mendebat lagi. Rasanya seperti ada sinar laser yang mengarah padanya dan siap mencincang tubuhnya. Mungkin jika di komik, dia sudah jadi abu.
"Apa perlu Papa suruh Johnson, Edward, dan Dika untuk menjagamu?"
Azello berkedip berkali-kali masih dengan kepala menunduk, dia tak salah dengar kan? Memangnya dia tahanan sel apa?
Berpikir, Azello harus berpikir. Dia harus apa?
"Hiks, pelut Aze sakit."
Dariel dengan intuisi dokternya langsung bergerak.
"Berbaring."
Azello menggeleng, Dariel mencoba sabar, akhinya dia memeriksa Azello dalam keadaan duduk. Dia tekan perut Azello di beberapa bagian.
"Sakit," ucap Azello.
"Hah, lain kali jangan makan cabai terlalu berlebihan. Ingat, ada masalah dengan lambungmu. Apa perlu kakak melanjutkan pendidikan lagi ke spesialis bedah?"
Deg
Azello menggeleng, tidak dia tak mau. Yang ada nanti dia dimutilasi oleh Dariel seperti di film-film.
Sedangkan kedua pria lainnya diam, mereka tak ingin mengganggu Dariel yang memeriksa, ada kekhawatiran di mata mereka. Baru saja sembuh sedikit, sudah sakit lagi, pikir mereka. Padahal tadinya mereka akan memberikan hukuman agar anak itu kapok.
Azello merasakan tubuhnya lagi-lagi diangkat oleh papanya. Azello heran, kenapa mereka mudah sekali menggendongnya? Ya, dia tau kalau dia itu lebih pendek, tapi rasanya ia tak ada harga dirinya.
"Mau kemana?"
"Tentu saja kamarmu, minum obat lalu istirahat."
Sampai di kamar, Gillion menyodorkan obat dari Dariel.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLO [END]
Teen Fiction"Woy, Kuning!" Duagh "Manggil gitu lagi, gue galiin kubur lo!" Pemuda bar-bar bernama Azello itu sungguh tak bisa diajak bercanda. Senggol sedikit langsung bacok. Tapi itu candaan yang menyebalkan, enak saja rambutnya ini blonde you know! Bukan kuni...